Bola.com, Ho Chi Minh - Drama tujuh gol dalam 120 menit membuat Timnas Indonesia U-18 gagal lolos ke partai puncak Piala AFF U-18 2019. Armada Fakhri Husaini itu kalah 3-4 dari Malaysia pada semifinal di Go Dau Stadium, Vietnam, Sabtu (17/8/2019).
Pertandingan berjalan seru sejak awal. Timnas Indonesia U-18 punya motivasi ekstra untuk menang sekaligus memberikan kado bagi Indonesia yang merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-74.
Malaysia dan Indonesia saling berbalas gol di babak pertama. Gol Aiman Afif pada menit ke-19 disamakan oleh Bagus Kahfi sesaat sebelum turun minum.
Malaysia kembali unggul via Luqman Hakim Shamsudin pada menit ke-54. Timnas Indonesia U-18 baru dapat menyamakan kedudukan lewat Fajar Fathur Rachman pada menit ke-83. Semenit berselang, skuat berjulukan Garuda Muda itu berhasil berbalik unggul via Brylian Aldama.
Namun, keunggulan Timnas Indonesia U-18 hanya seumur jagung. Malaysia mampu menyeimbangkan keadaan melalui tendangan penalti Harith Haiqal pada menit ke-84.
Tak ada lagi gol yang tercipta dan pertandingan terpaksa dituntaskan melalui perpanjangan waktu.
Pada babak tambahan, Malaysia berhasil mencetak satu gol via Harith Haiqal untuk memenangi pertandingan dengan skor tipis 4-3. Hasil ini memgantar pasukan Bradley John Maloney lolos ke final Piala AFF U-18 melawan Australia.
Bola.com merangkum tiga penyebab kekalahan Timnas Indonesia U-18 dari Malaysia:
Bermain Terburu-buru
Timnas Indonesia U-18 bermain penuh nafsu melawan Malaysia. Entah terlalu bersemangat atau mengincar gol cepat, serangan yang dibangun Beckham Putra dan kawan-kawan sering kandas di lini pertahanan lawan.
Umpan-umpan jauh yang diarahkan kepada Mochammad Supriadi juga kurang efektif. Penyerang sayap Persebaya Surabaya itu memang punya kecepatan, namun taktik ini mudah dibaca Malaysia.
Banyak Peluang Terbuang
Secara penguasaan bola, Timnas Indonesia U-18 dominan atas Malaysia. Garuda Muda juga banyak membuat peluang. Namun sayang, yang berhasil tepat sasaran hanya tiga.
Bagus Kahfi punya banyak kesempatan, namun tak ada satu pun yang menjadi gol. Ada juga momen ketika Brylian Aldama melakukan solo run namun minus disertai penyelesaian akhir yang baik, sehingga peluang itu terbuang sia-sia.
Kondisi Lapangan
Kondisi lapangan Go Dau Stadium juga sangat memengaruhi penampilan Timnas Indonesia U-18. Terlalu sering dipakai di babak penyisihan, rumput stadion banyak yang berubah menjadi tanah bercampur lumpur.
Partai Timnas Indonesia U-18 kontra Malaysia menjadi yang ke-14 kalinya digelar di Go Dau selama turnamen berlangsung. Alhasil, pengelola tak punya waktu untuk melakukan perawatan rumput stadion.
Akibatnya, permainan dari kaki ke kaki Timnas Indonesia U-18 tidak berjalan dengan baik. Imbasnya, penerapan taktik dan strategi yang diinginkan pelatih Fakhri Husaini tak maksimal.
Baca Juga
3 Penggawa PSBS yang Menonjol dalam Kebangkitan Mereka di BRI Liga 1: Semakin Nyaman Berkreasi
Deretan Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia yang Sebaiknya Main di Piala AFF 2024: Ngeri-ngeri Sedap Kalau Gabung
Mengulas Rapor Buruk Shin Tae-yong di Piala AFF: Belum Bisa Bawa Timnas Indonesia Juara, Edisi Terdekat Bagaimana Peluangnya?