Bola.com, Surabaya - Duel Persebaya Surabaya kontra Persija Jakarta diwarnai satu peristiwa menarik di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Sabtu (24/8/2019). Bonek, suporter Persebaya, menampilkan spanduk dan koreo berisikan pesan persaudaraan antara Surabaya dan Papua.
Pesan itu berkaitan dengan tindakan rasisme yang sempat terjadi di asrama mahasiswa Papua di Surabaya. Insiden tersebut sampai melahirkan kerusuhan dan demontrasi besar-besaran di berbagai kota di Papua.
Bonek menampikan pesan positifnya dalam pertandingan ini. Sebelum pertandingan dimulai, terdapat spanduk bertuliskan “Say No to Racism, Surabaya Papua Bersaudara” di tribune VIP. Beberapa tulisan lain juga menegaskan tak ada penolakan warga Surabaya untuk masyarakat Papua.
Satu koreo menarik ditampilkan oleh Bonek yang berada di tribune timur. Mereka menampilkan dua sosok dengan mengenakan blangkon dan dan koteka. Dua simbol pakaian itu merepresentasikan identitas Jawa dan Papua.
Di bawahnya, tertulis pesan persaudaraan yang terdiri dari dua kata: “Kitorang Sedulur”. Kata pertama diambil dari istilah masyakarat Papua untuk menyebut kata “kami”. Sementara “sedulur” dalam bahasa Jawa berarti “saudara”.
Kapten Persebaya, Ruben Sanadi merasa sangat tersanjung dengan pesan-pesan tersebut. Dia sebagai putra asli Biak, Papua, sangat mengapresiasi langkah Bonek untuk menjunjung persaudaraan Papua dan Surabaya.
“Saya, sebagai anak asli Papua, berterima kasih bisa menjadi bagian tim ini. Saya sampaikan kami semua saudara. Saya bermain di mana pun akan bertindak profeisonal. Saya dipersebaya pun profesional,” ungkap Ruben setelah laga.
“Kejadian kemarin menjadikan saya sebagai contoh. Saya kapten tim dan merangkul semua pemain, tidak pernah membedakan. Kami mendoakan Persebaya tak ada perbedaan. Teman dari mana pun, Aceh atau Surabaya, kita semua sama,” imbuh Ruben.
Ruben pun berterima kasih kepada Bonek yang selalu memberikan dukungan pada semua pemain Persebaya.
Nyaman di Surabaya
Ruben Sanadi menambahkan, sebagai pemain Papua, ia juga merasa nyaman tinggal di Surabaya.
“Kami kerja dan cari makan di sini. Apapun pekerjaan, pelatih atau pelatih, siapapun yang di timnas juga, kami dikontrak untuk Persebaya. Siapapun di tim ini akan kasih keluar kemampuan buat Persebaya,” tutur bek kiri berusia 32 tahun tersebut.
Isu rasisme di Surabaya yang sempat menjadi perbincangan nasional cukup mengejutkan banyak pihak. Ormas yang mengatasnamakan Surabaya itu sejatinya tidak merepresentasikan karakter masyarakat Surabaya yang majemuk dan terdiri dari berbagai etnis sejak lama.
Di Persebaya, terdapat tiga pemain asal Papua, yaitu Osvaldo Haay, Ruben Sanadi, dan Elisa Basna. Keputusan Persebaya menunjuk Ruben Sanadi sebagai kapten tim sejak musim ini telah menunjukkan bahwa tak ada tindakan rasisme di klub ini.