ONE Championship: Stamp Fairtex Masih Perlu Pembuktian

oleh Defri Saefullah diperbarui 01 Sep 2019, 08:40 WIB
Stamp Fairtex masih harus diuji lagi di ONE Championship (dok: ONE Championship)

Jakarta - Juara Dunia ONE Championship Kickboxing dan Muay Thai Wanita kelas atomweight Stamp Fairtex belum puas menggenggam dua sabuk juara. Ia tengah mengincar sabuk Juara Dunia ketiganya di panggung global ONE.

Pada tanggal 16 Agustus di depan para pendukungnya di Bangkok, Thailand, ia menjalani debut di panggung mixed martial arts (MMA) ONE Championship, sebagai langkah awal untuk menjadi atlet ONE pertama yang berhasil meraih tiga gelar Juara Dunia dalam tiga bidang olahraga berbeda.

Advertisement

Dalam ajang bertajuk ONE: DREAMS OF GOLD tersebut, Stamp menghadapi atlet India yang tengah naik daun, Asha Roka, yang memiliki keterampilan tinggi dalam olah raga tinju.

Meski banyak yang memprediksi bahwa laga keduanya akan lebih banyak berlangsung stand up, faktanya Stamp berhasil tampil memukau dalam duel ground dan berhasil memenangi laga lewat kuncian di ronde ke tiga.

Kemenangan ini seolah menunjukkan bahwa masih banyak amunisi yang Stamp miliki dalam dunia seni bela diri. Meski demikian, akan ada banyak rintangan yang siap menghadang Stamp dalam upayanya menjadi juara MMA.

Faktanya, divisi atomweight diisi oleh atlet-atlet berkualitas seperti atlet kebanggaan Indonesia Priscilla Hertati Lumban Gaol, atlet Malaysia Jihin “The Shadow Cat” Radzuan dan tentu saja sang pemegang gelar “Unstoppable” Angela Lee.

"Saya cukup salut dengan kemenangan Stamp," ujar Priscilla.

"Dia lawan yang selalu pantas diperhitungkan baik dalam pertandingan Muay Thai, kickboxing bahkan MMA.”

Sumber: Liputan6.com, penulis Defri Saeufullah, editor Windi Wicaksono, published 31/8/2019

 

 

2 dari 3 halaman

Penantang Angela Lee

Stamp Fairtex masih harus diuji lagi di ONE Championship (dok: ONE Championship)

Priscilla adalah salah satu kandidat kuat untuk menjadi penantang gelar Angela Lee. Ia merupakan atlet tersibuk di sepanjang tahun 2018 setelah memenangi lima dari enam laga yang ia jalani sepanjang tahun, terbanyak dari seluruh atlet yang bernaung di The Home Of Martial Arts.

Pujian yang ia lontarkan tentunya bukan hanya isapan jempol belaka dan menurutnya, Stamp tidak bisa dianggap sebagi anak baru.

"Saya lihat dia selalu berusaha tampil maksimal dan dia juga sudah cukup memberi bukti di pertandingan kemarin melawan Asha Roka. Dia bisa berhasil melakukan submission dan itu sangat diluar dugaan," kata Priscilla.

Namun untuk semakin membuktikan bahwa ia merupakan pesaing yang layak berada dalam jajaran atlet elit di kelasnya, Stamp harus menghadapi lawan tangguh yang juga memiliki latar belakang kuat dalam ground game.

Priscilla mungkin merupakan lawan yang pas bagi dirinya, mengingat bahwa dirinya telah meraih kemenangan dua kali lewat kuncian dari total enam kemenangan yang telah ia raih di organisasi bela diri terbesar di dunia.

Pujian yang sama dilontarkan Jihin, dan ia pun berharap bisa menghadapi Stamp dalam waktu dekat untuk saling membuktikan keterampilan masing-masing.

"Saya akan ingin menguji diri saya melawan Stamp Fairtex," kata atlet berusia 20 tahun itu.

"Kebangkitan Stamp memang cukup impresif, dan keinginannya untuk beralih ke bela diri campuran menunjukkan betapa haus dirinya akan kesuksesan."

"Saya mengetahui bahwa lawan saya tidak akan bertambah mudah, dan saya dapat menjamin jika laga ini terjadi, itu akan menjadi sebuah kontes luar biasa," ujarnya.

3 dari 3 halaman

Kelemahan Stamp

Perwakilan Ultimate MMA Academy ini turut mengobservasi laga yang dijalani Stamp dan ia merasa Stamp memiliki kekurangan dalam ground yang bisa dimanfaatkan oleh para atlet elite di divisi atomweight.

"Menurut saya, jika Stamp berlaga dengan seseorang yang memiliki keunggulan grappling atau ground game, ia tidak akan dapat tampil seperti di Bangkok," jelas atlet kelahiran Johor Bahru ini.

Sebagai seorang Juara Dunia wushu, Jihin tak merasa khawatir jika harus beradu keterampilan dalam duel stand up. Sebaliknya, Ia merasa unggul ketika laga berlangsung diatas matras.

"Jika kami bertanding, saya harus berhati-hati dengan striking-nya. Tetapi saya juga tidak akan meremehkan kemampuan saya, karena saya tahu saya punya kekuatan,” tambahnya.

"Ground game saya lebih baik darinya, tetapi mari kita lihat apa yang terjadi saat kami berhadapan. Saya tidak akan mencoba membawa kontes ini ke dalam duel bawah. Walaupun striking adalah kekuatan terbesarnya, saya akan dapat mematahkan serangannya untuk menang."

 

Berita Terkait