Bola.com, Makassar - Dua tahun lalu, Raphael Maitimo hampir berkostum PSM Makassar di Liga 1. Gelandang yang pernah tiga musim membela Feyenoord sempat memperkuat Juku Eja di Piala Presiden 2017.
Tapi, setelah ajang itu, Raphael Maitimo meninggalkan Juku Eja dan memilih berlabuh ke Persib Bandung. Musim berikutnya, Raphael berlabuh di Madura United.
Kiprahnya di Madura United tak lama dan pindah ke Persebaya Surabaya dengan status pinjaman. Di tim Bajul Ijo, Raphael meredup sejalan dengan cedera yang menderanya. Dia pun memilih pulang ke Belanda untuk menjalani perawatan sampai akhir 2018.
Setelah dinyatakan pulih total, Raphael ke Indonesia. Sejumlah tawaran dari klub Liga 1 meminta bergabung. Tapi, eks tim nasional Belanda u-17 ini memutuskan bergabung ke PSIM Yogyakarta.
Alasannya, Raphael menilai level kebugarannya belum sepenuhnya kembali seperti dulu. Bermain di Liga 2 bersama PSIM adalah pilihan yang tepat. Kebetulan saat itu, PSIM ditangani eks rekannya di Persib, Vladimir Vujovic.
Tak lama setelah itu Vladimir Vujovic mundur sebagai pelatuh, Raphael dilepas PSIM. Sempat berstatus pemain tanpa klub, Raphael akhirnya menerima tawaran dari PSM.
"Saya merasa level kebugaran saya sudah sesuai standar Liga 1. Kebetulan setelah tak lagi bersama PSIM, ada sejumlah klub Liga 1 menghubungi saya termasuk PSM. Dan saya putuskan memilih PSM," tutur Maitimo.
Kembali membela PSM Makassar, Raphael Maitimo mengaku sudah merenda asa bersama Juku Eja. Apa saja? Berikut petikan wawancara Bola.com dengan pemain berusia 35 tahun ini.
Wawancara Eksklusif
Apa alasan anda kembali ke PSM setelah mendadak pergi dua tahun lalu?
Saya punya alasan khusus mengapa saya memutuskan pergi dari PSM saat itu. Tidak etis kalau saya ungkap secara gamblang. Intinya saya merasa tidak cocok dengan Robert Alberts (pelatih PSM saat itu).
Bukan dengan PSM Makassar, apalagi suporternya. Sebagai pemain, siapa yang tidak ingin membela klub besar seperti PSM? Sekarang, saya kembali (ke PSM) dan manajemen menerima saya.
Artinya, dari dulu saya memang tidak masalah dengan PSM.Selain manajemen bagus dan suporter militan, saya melihat PSM selalu menyimpan ambisi meraih juara di setiap musim.
Ada faktor lain?
Sosok Darije Kalezic sebagai pelatih PSM membuat saya tidak pikir panjang menerima tawaran PSM. Saya tahu betul rekam jejak coach Darije. Dia juga pernah melatih klub di Eredivisie, Liga Utama Belanda. Metode kepelatihan pun variatif.
Dia juga dikenal sebagai pelatih yang sangat detail dalam membuat pogram untuk mengembangkan kemampuan pemain dan timnya. Ttu sudah cukup bagi seorang pemain yang ingin kembali bangkit seperti saya.
Tak Ragu pada Usia 35 Tahun
Anda sudah berusia 35 tahun. Usia yang sudah terbilang tua untuk seorang pesepak bola. Yakin masih mampu bersaing di level Liga 1?
Sebagai pemain, saya tentu bisa mengukur kemampuan diri sendiri. Saya merasa belum habis. Kebugaran saya masih standar Liga 1 untuk meopang kemampuan saya dari sisi teknis.
PSM saat ini masih berkutat di papan tengah klasemen Shopee Liga 1 2019. Masih yakin PSM bisa juara musim ini?
Saya yakin PSM Makassar masih bisa bersaing musim ini. Dalam sepakbola, semua bisa terjadi. Apalagi secara matematis, koleksi poin PSM saat ini masih dalam jalur papan atas karena ada sejumlah partai tunda yang bisa dimenangi.
Saat ini masih banyak suporter PSM yang masih meragukan kemampuan Anda. Bagaimana tanggapannya?
Itu hal yang normal. Saya tahu, harapan suporter terhadap PSM sangat besar. Setelah juara Piala Indonesia, mereka tentu ingin PSM meraih trofi juara Liga 1.
Sebagai pemain, tugas saya adalah tampil optimal setiap kali dimainkan oleh pelatih. Sekali lagi, saya yakin PSM bisa bersaing di papan atas. Karena bukan hanya suporter, seluruh elemen tim baik manajemen, pelatih dan staf punya misi dan tekad sama yakni ini menyatukan trofi Piala Indonesia dengan gelar Liga 1.
Baca Juga
Duel Antarlini Timnas Indonesia Vs Jepang: Garuda Wajib Full Konsentrasi dan Manfaatkan Momentum
Memprediksi Trio Bek yang Bakal Perkuat Lini Belakang Timnas Indonesia seusai Gabungnya Kevin Diks
4 Alasan yang Membuat Jepang Jadi Lawan Menakutkan bagi Timnas Indonesia: Produktif Bikin Gol dan Susah Dibobol