Bola.com, Kediri - Bentrokan antarkelompok suporter Persik Kediri dan PSIM Yogyakarta pada laga Liga 2 2019 di Stadion Brawijaya Kota Kediri, Senin (2/9/2019), menelan puluhan korban luka-luka.
Sebagian besar korban mengalami luka di kepala dan sekitarnya, karena terkena lemparan benda keras. Saat kerusuhan, kedua kubu suporter memang saling melempar batu. Bahkan, ada batu sebesar kepalan tangan orang dewasa.
Sekitar 15 orang yang sebagian besar korban dari pihak suporter PSIM, Brajamusti dirawat di lorong masuk pemain Stadion Brawijaya. Korban yang kondisinya lebih parah dilarikan ke dua rumah sakit, RS Bhayangkara Kota Kediri dan RSUD Gambiran II.
"Untuk korban yang dirawat dan diobati di stadion tadi sekitar 15 orang atau lebih. Sebagian besar luka akibat lemparan benda keras. Ada satu wanita yang harus mendapatkan bantuan oksigen, karena dia tersedak. Korban wanita ini yang butuh penanganan lebih lama. Kemungkinan ada faktor kaget, karena efek kerusuhan tadi. Korban yang dibawa ke rumah sakit Bhayangkara lima orang. Yang di RSUD Gambiran II, saya belum tahu jumlahnya," ungkap dr. Iman Taufik, dokter tim Persik.
Berdasarkan informasi panpel, banyak korban yang berada di Taman Wisata Tirtoyoso belum ditangani. Tempat wisata ini memang sengaja dipilih panpel untuk konsentrasi suporter PSIM, karena memiliki lahan parkir sangat luas.
Ketika terjadi kerusuhan, semua pendukung PSIM Yogyakarta diarahkan dan dievakuasi ke tempat wisata tersebut. "Saya melaporkan ini, karena korban di Tirtoyoso sama sekali belum ditangani karena jumlah tenaga medis sangat terbatas," ujarnya.
Penjelasan Panpel
Panpel Persik, Widodo Hunter mengungkapkan, sebenarnya pihaknya hanya memberi kuota bagi dua kelompok suporter PSIM Yogyakarta, Brajamusti dan Maiden, sebanyak 500 orang. Namun, kedua pendukung PSIM ini minta tambahan jatah menjadi 1.000 dengan komitmen akan menjaga keamanan dan kelancaran pertandingan.
"Namun saat hari pertandingan jumlah mereka lebih dua ribu orang. Sebelum mereka berangkat ke Kediri, saya sudah minta komitmen ketua Brajamusti dan Maiden. Namun janji itu mereka langgar dengan terjadinya kerusuhan ini. Kami benar-benar kecewa dan menyesalkan kejadian ini. Soal korban luka, kami sudah evakuasi ke dua rumah sakit. Jika ada korban belum ditangani, karena jumlah tenaga medis di lapangan sangat terbatas, karena mereka bertugas untuk pertandingan, bukan kerusuhan ini," tutur Widodo Hunter.
Bahkan, lanjut Widodo Hunter, sebelum pertandingan, antara anggota Brajamusti dan Maiden sempat baku hantam di luar stadion. Solusinya, panpel memisahkan tempat duduk Maiden dan Brajamusti di tribune terpisah. Brajamusti di tribune utama barat laut, sedangkan Maiden di tribun VIP.
"Nah, kelompok Brajamusti inilah yang bentrok dengan Persikmania Curva Nord Cyber Extreme yang berada di tribune utara. Soal keributan antara Brajamusti dengan Maiden, sempat ada anggota Maiden yang babak belur karena berkelahi. Jadi, sebelum pertandingan suhu antarkedua pendukung PSIM ini sudah panas. Imbasnya, ketegangan itu dibawa masuk ke stadion," jelas Widodo Hunter.