Madura United Kritik Kebijakan Simon McMenemy perihal Pemain Naturalisasi

oleh Aditya Wany diperbarui 04 Sep 2019, 05:15 WIB
Pelatih Timnas Indonesia, Simon McMenemy, saat latihan jelang laga kualifikasi Piala Dunia di SUGBK, Jakarta, Senin (2/9). Indonesia akan berhadapan dengan Malaysia. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Bola.com, Bangkalan - Kebijakan pelatih Timnas Indonesia, Simon McMenemy, memanggil empat pemain naturalisasi dalam Timnas Indonesia mengundang kritik. Manajer Madura United, Haruna Soemitro, menilai langkah Simon itu kurang bagus untuk Tim Garuda.

Seperti diketahui, Timnas Indonesia yang disiapkan untuk kualifikasi Piala Dunia 2022 memiliki empat pemain yang semula merupakan WNA.

Advertisement

Mereka adalah Victor Igbonefo (PTT Rayong), Stefano Lilipaly (Bali United), Osas Saha (Tira Persikabo), dan Alberto Goncalves (Madura United).

"Saya ingatkan Simon, Timnas Indonesia ini seharusnya diisi oleh orang Indonesia asli. Jangan ambil jalan pintas. Dia harus betul-betul memperhatikan orang yang asli Indonesia itu seperti apa," kata Haruna.

Haruna juga menyindir keputusan PSSI, yang dianggap konyol, dengan memanggil Otavio Dutra, stoper Persebaya. Pemain asal Brasil itu dipulangkan karena proses naturalisasi yang belum rampung. Artinya, Timnas Indonesia sempat dihuni pula oleh pemain asing.

"Jangan seperti ada kasus pemain yang belum WNI sudah dipanggil. Kalau memang mau seperti itu, seharusnya pemain naturalisasi itu cukup satu atau dua saja yang menjadi kunci permainan tim," imbuh pria asal Surabaya itu.

2 dari 2 halaman

Indonesia Bukan Filipina

Manajer Madura United, Haruna Soemitro, menjelaskan bila Fabiano Beltrame dkk. memenangi Piala Gubernur Kaltim, total hadiah senilai Rp 1,5 miliar seluruhnya akan jadi milik pemain dan tim pelatih. (Bola.com/Robby Firly)

Haruna menganggap kebijakan yang diambil oleh Simon itu didasari pengalamannya menangani Timnas Filipina. Seperti diketahui, Timnas Filipina memang berisi banyak pemain naturalisasi serta keturunan untuk bersaing dengan tim dari negara lain.

Namun, kebijakan itu diambil oleh Federasi Sepak Bola Filipina karena kompetisi di sana tidak sebesar Indonesia. Di Filipina, sepak bola juga bukan cabang olahraga favorit karena masyarakatnya lebih menggemari bola basket.

"Apakah pemain naturalisasi menjamin timnas lebih kuat? Ini Indonesia, bukan Filipina. Mungkin Filipina punya sejumlah pemain naturalisasi yang menjadi tulang punggung timnasnya," ucap Haruna.

"Tapi, sekali lagi, ini Indonesia. Indonesia punya kompetisi yang hidup. 18 klub ini siap bahu-membahu menyumbang pemain ke timnas. Ada banyak sekali pemain yang siap juga dipanggil ke Timnas Indonesia," tutur mantan ketua Asprov PSSI Jawa Timur itu.