Bola.com, Kuala Lumpur - Kerusuhan suporter pecah di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, pada Kamis malam (5/9/2019), saat Timnas Indonesia menjamu Timnas Malaysia dalam laga pertama Grup G putaran kedua kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia.
Insiden itu mematik reaksi berbagai kalangan dari Indonesia dan Malaysia.
Salah seorang yang angkat bicara perihal kericuhan ini adalah pelatih Timnas Malaysia U-22, Ong Kim Swee. Sosok yang tak asing lagi buat pencinta sepak bola ini menganggap PSSI dan pihak berwenang Indonesia tak belajar dari insiden serupa yang terjadi di masa lalu.
Pria bergelar Datuk itu berkata seharusnya serangan terhadap pendukung Timnas Malaysia tak terjadi, jika dua insiden sebelumnya menjadi pelajaran buat pihak terkait.
Hal itu seperti termuat dalam media massa Malaysia, Sinar Harian, Jumat (6/9/2019).
"Buat saya, hal seperti ini terjadi setiap kali berjumpa Indonesia. Saat tim yang dilatih K. Rajagopal menjuarai Piala AFF 2010, disusul saat meraih medali emas SEA Games 2011, dan kini 2019. Kalau pihak terkait mengambil pelajaran dari dua insiden itu, saya yakin insiden seperti ini tak akan terjadi," ujarnya.
"Dari 2011 hingga 2019 ada jeda cukup panjang, delapan tahun, tapi mereka tak bisa mengatasi hal ini. Itu berarti mereka tak menganggap ini hal penting," lanjutnya.
Ong Kim Swee lebih lanjut menilai insiden penyerangan oknum pendukung Tim Garuda kepada fan Timnas Malaysia menunjukkan aparat keamanan Indonesia tidak bersiap.
"Saya rasa apa yang terjadi di stadion terhadap Ultras Malaya tidak sepatutnya terjadi, di mana aparat keamanan Indonesia harus bertanggung jawab terhadap keselamatan semua penonton, tak hanya pendukung tuan rumah," ucapnya.
"Itu tanggung jawab pihak keamanan Indonesia, jika dibiarkan seperti ini terus, bisa jatuh korban jiwa. Semua tahu, sepak bola itu hanya permainan, bukan untuk kita bertengkar," imbuh pelatih berusia 48 tahun itu.
Berharap Tak Ada Aksi Balasan
Pelatih asal Melaka itu juga mengomentari pemain Timnas Malaysia asuhan pelatih Tan Cheng Hoe, yang juga terpaksa merasakan pulang menaiki barracuda, seperti yang terjadi pada tim asuhannya sepulang memenangi medali emas SEA Games 2011 di SUGBK.
"Tentang pulang ke hotel menaiki barracuda, kalau itu merupakan cara terbaik untuk menjaga keselamatan pemain dan tim pelatih, kita terpaksa menerimanya. Kita tak bisa menganggap enteng aspek keamanan," ujarnya.
"Jadi, apa yang dilakukan pihak Indonesia dengan menggunakan barracuda, itu keputusan mereka. Ini harus kita patuhi. Namun, saya tak setuju dengan perlakuan terhadap Ultras Malaya, di mana aspek keselamatan agak longgar," sebutnya.
Dalam kesempatan ini mantan pelatih Timnas Malaysia senior ini mengimbau kepada Ultras Malaya untuk memperlihatkan sebagai suporter yang dewasa dan menghormati tim lawan dalam laga kandang kontra Indonesia di Stadion Nasional, Bukit Jalil, 19 November 2019.
"Saya tak setuju kita harus balas dendam terhadap apa yang dilakukan oleh suporter Indonesia. Dalam sepak bola, tak ada istilah balas dendam," katanya.
"Bagi saya, kita tak perlu menuruti emosi untuk membalas dendam. Biar kita buktikan kepada mereka, kita menyambut pengunjung dan tamu dengan hormat," tegas Kim Swee.
Bikin Onar
Pada laga Timnas Indonesia menjamu Malaysia di SUGBK, Kamis malam, pecah kericuhan yang dilakukan suporter perusuh dari pihak tuan rumah.
Tak hanya membuat keonaran dengan menyerang pendukung Timnas Malaysia di dalam stadion saat pertandingan berjalan, mereka juga membuat aparat keamanan yang disiagakan melakukan tindakan tegas untuk mengatasi aksi-aksi tak sportif yang dilakukan di luar Stadion GBK setelah pertandingan.
Suporter perusuh ini sampai dibubarkan paksa menggunakan water canon.
Di sisi lain, pertandingan ini berakhir dengan skor 3-2 untuk kemenangan Malaysia, kendati Timnas Indonesia sempat unggul dua kali.
Sumber: Sinar Harian