Bola.com, Surabaya - CLS Knights Indonesia resmi vakum dalam dunia basket profesional. Keputusan itu diambil setelah Christoper Tanuwidjaja yang menjadi managing partner memutuskan mundur dari jabatannya.
Pria yang akrab disapa Itop itu telah 12 tahun mengelola CLS Knights sejak 2017. Dia ingin rehat dari dunia basket profesiona. Ketua Yayasan CLS, Ming Sudarmono, menerima keputusna yang diambil oleh Itop tersebut.
"Saya mewakili Yayasan CLS Surabaya mengucapkan terima kasih, karena sudah 12 tahun mengelola tim profesional kami. Terima kasih atas terja kerasnya selama ini. Untuk selanjutnya kami akan mencari pengganti Christopher,” kata Ming.
“Namun untuk sementara waktu, kami akan vakum dari basket profesional dulu. Saya rasa punya tim profesional itu sangat penting untuk kami. Tapi tentu tidak mudah menangani tim profesional. Oleh sebab itu, kami akan mencari orang yang tepat,” imbuhnya.
Keputusan mundur CLS ini melahirkan pertanyaan perilah nasib para pemainnya. Namun, beberapa dari mereka sudah menyebrang ke klub lain yang berkompetisi di Indonesia Basketball League (IBL). Contohnya, Katon Adji Baskoro yang bergabung ke Pelita Jaya.
Itop secara resmi mengembalikan CLS Knights kepada yayasan yang menaunginya. Mereka tidak akan memilih berkompetisi di IBL karena ajang tersebut mensyaratkan pembentuhan perseroan terbatas untuk klub kontestan.
Pembinaan Pemain
Ming menyebut pihak Yayasan CLS Surabaya akan tetap melakukan pembinaan pemain seperti yang selama ini dilakukan.
“Kalau yayasan hanya membina sampai dengan usia 18 tahun saja. Jadi yang dilakukan yayasan sekarang tetap membina bola basket usia dini dari usia 8 tahun sampai 18 tahun saja sesuai dengan PB Perbasi,” ungkapnya.
Itop telah melewati 12 tahun yang melelahkan bersama CLS Knights. Dia merupakan sosok penting yang membawa klub tersebut menjuarai IBL 2016. Setahun berselang, klubnya mundur dari IBL karena persyaratan perseroan terbatas itu.
Sebagai klub yang berlatar belakang yayasan, CLS Knights kemudian berkompetisi di ASEAN Basketball League (ABL) sejak 2017-2018. Puncaknya, mereka menjuarai ABL 2018-2019. Trofi level Asia Tenggara itu menjadi penutup manis untuk Itop.
“Buat saya, juara itu bonus tambahan. Bagi saya, tujuannya itu bisa memberikan bekal kepada pemain. Kami nggak pernah menjanjikan mereka pekerjaan. Tapi, kami janjikan mereka kuliah sampai selesai. Kalau mau lanjut S-2, dengan senang hati kami mau membiayai,” ungkap Itop.
“Mungkin pencapaian yang terakhir ini yang paling berat buat saya. Dilema juga, pergi di saat semua sudah sangat baik. Buat saya secara pribadi sudah capek juga. Tapi, keberhasilan buat saya pribadi, manajemen kami berhasil menanamkan moto tim, yaitu believe (percaya),” kenang Itop.
Baca Juga
Beda Karakter Suporter di Indonesia dan Italia Menurut Bang Jay Idzes, Apa Tuh?
Mata Hansamu Yama Berkaca-kaca, 8 Bulan Melawan Cedera dan Kembali Jadi Starter di Persija: Gua Disuruh Pensiun...
Kekasih Kabarkan Hokky Caraka Dilarikan ke IGD Setelah Bela Timnas Indonesia Vs Filipina: Pipi Luka Dalam, Dijahit, Demam, Menggigil