Bola.com, Jakarta - BANYAK stadion baru di kawasan Eropa, bahkan mungkin dunia. Semua menawarkan nuansa anyar, mulai dari jumlah kursi penonton, fitur keamanan, sistem audio level tinggi sampai keberadaan cafe atau pusat perbelanjaan.
Namun, bagi saya, satu di antara stadion yang sangat menarik atensi adalah Wanda Metropolitano. Tak heran jika saya bermimpi bisa berkunjung ke markas Atletico Madrid tersebut. Bukan sekadar menikmati bangunan baru, tapi lebih dari itu; kenyamanan.
Walhasil, ketika La Liga memberi kesempatan saya bisa 'mendarat' di sana, hal itu seperti bukan mimpi lagi. Beragam deskripsi sudah saya baca dan lihat. Namun, hal itu berbeda ketika Anda bisa merasakan sendiri apa yang selama ini hanya ada dalam layar kaca di depan mata.
Jelang Atletico Madrid kontra Real Madrid, dini hari nanti WIB, La Liga memberi kesempatan kepada saya untuk merealisasikan mimpi tersebut. Meski suhu di kota Madrid sempat menembus angka 37 derajat Celcius di siang hari, hal itu tak mengendurkan niatan.
Beruntung, ketika saya masuk area Wanda Metropolitano, angin berhembus cukup kencang, sehingga mengurangi sengatan sinar matahari. Saat mobil yang saya gunakan berhenti tepat di depan pintu gerbang utama Wanda Metropolitano, saya langsung bisa merasakan kenyamanan yang dipadu kemegahan.
Wanda Metropolitano memang berbeda dengan Santiago Bernabeu. Jika nama terakhir adalah stadion di tengah kota Madrid, Wanda berjarak 20 menit, jika tanpa kemacetan, dari pusat kota Madrid. Nuansanya sekitar Wanda Metropolitano memang tergolong sepi.
Wanda Metropolitano berada di area dengan kontur naik turun. Tak heran jika berada di depan Wanda Metropolitano, kita bisa melihat jajaran apartemen dan perkantoran di area Majadahonda, tempat daerah inti Wanda Metropolitano berada.
Kemegahan Wanda
Kemegahan Wanda Metropolitano langsung terlihat ketika berada di depan stadion. Struktur stadion yang kokoh, dipadu dengan kombinasi warna yang cerah, sangat serasi dengan bentangan gambar beberapa bintang Atletico Madrid.
Yup, di area gerbang utama, tepat di samping tulisan besar "Wanda Metropolitano", berjejer foto raksasa Diego Costa, Joao Felix, dkk. Tak heran jika area tersebut menjadi satu di antara spot favorit para pengunjung.
Saya sangat beruntung, karena mendapat kesempatan masuk via pintu utama. Kawasan ini menjadi jalur bagi para pemain masuk ke area dressing room. Beragam ornamen ada di lorong ini, mulai dari foto-foto kebesaran Atletico Madrid sampai kalimat yang berarti "Kita adalah Saudara'.
Setelah masuk ke area kedatangan dan lorong masuk para pemain menuju rumput Wanda Metropolitano, saya berkesempatan menikmati sajian di area Presidensial Room. Kawasan ini menjadi satu di antara bagian termewah dari Wanda Metropolitano.
Di dalam ruang presidensial ini, terdapat beragam fasilitas. Orang-orang yang masuk level ini bisa menikmati layanan bintang lima. Ornamen terkuat adalah sederet sejarah Atletico Madrid, mulai dari jersey pertama Los Rojiblancos sampai nama-nama beken dalam sejarah klub.
Satu yang unik, ruangan VVIP ini langsung menghadap ke area konferensi pers. Status berhadapan ini tergolong khusus, karena siapapun yang berada di ruang konferensi pers, tak akan bisa melihat aktivitas ruang presidensial. Artinya, para pesohor yang ada di area VVIP bisa melihat bebas apa yang terjadi di area konferensi pers.
Selain layanan bintang lima terhadap para tamu VVIP, Wanda Metropolitano juga sangat ramah terhadap 'penonton biasa'. Hal itu bisa terlihat dari beragam fasilitas luar biasa, dengan perpaduan antara kecanggihan teknologi dan variasi penyajian.
Virtual Reality
Satu yang menjadi favorit adalah teknologi virtual reality. Saya sempat mencoba teknologi tersebut, yang memberi pengalaman menakjubkan dalam 15 menit. Teknologi ini memberi visual nyata, seolah-olah saya sedang berada dan atau mengikuti aktivitas dalam sajiian tersebut.
Dalam VR ini, kita bisa mengikuti para petugas Wanda Metropolitano memersiapkan pertandingan, mengikuti langkah pemain, melihat seolah-olah kita di samping Diego Simeone saat berada di ruang ganti pemain sampai menjadi pemain. Bahkan, kita merasaka atmosfer saat seolah-seolah menjadi pencetak gol alias merobek jala musuh.
Setelah selesai berada di ruang entertainment, saya mendapat ijin untuk masuk ke ruang ganti pemain. Kali ini, saya dibuat takjub dengan sentuhan teknologi di daerah sakral tersebut. Tak hanya layar sentuh untuk menjelaskan taktik, Diego Simeone juga menggunakan alat pendeteksi guna menilai kondisi pemain, terutama pada babak pertama.
Nyatanya, hal itu pula yang membuat Simeone selalu memiliki rencana penggantian pemain pada babak kedua. Artinya, tak sekadar sesuai taktik, tapi prediksi terhadap kondisi sang pemain. Canggih!
Ruang Ganti
Hal lain yang tak biasa saya temukan di ruang ganti pemain adalah papan nama pemain, yang menggunakan lampu LED, tepat di atas loker. Struktur tersebut bukan tanpa alasan. Satu yang pasti, nama pemain tak akan muncul jika sang penggawa memang tak bermain pada hari pertandingan.
Ketika saya masuk ke ruang ganti pemain Atletico Madrid, lampu petunjuk nama 'Alvaro Morata' tak menyala. Artinya, pelatih atau asisten pelatih tahu kalau Alvaro Morata absen ketika bertemu Real Madrid, dini hari nanti WIB.
Faktor yang membuat saya semakin 'bermimpi' adalah penyatuan teknologi serta kerapihan dalam mengatur sistem broadcasting atau penyiaran televisi. Khusus yang terakhir, penonton di dalam Wanda Metropolitano tak akan menemui atau melihat kabel berserakan di atas lantai stadion.
Manajemen Wanda Metropolitano memastikan seluruh sistem penyiaran sudah tertanam langsung di dalam rangka stadion. Walhasil, lantai bersih dari kabel apapun. Selain itu, manajemen Wanda Metropolitano sangat memerhatikan kebutuhan internet para penonton.
Oleh karena itu, mereka menyediakan lebih dari seribu hotspot. Bahkan, penonton bisa gratis menikmati layanan tersebut dengan syarat sederhana, yakni log in dengan menggunakan akun media sosial atau email sang pengakses.
Sayang, saya tak bisa secara lengkap melihat dan menikmati ragam kecanggihan lain. Namun, semua itu sudah cukup bagi saya untuk termenung sembari bermimpi ; kapan ya Indonesia punya stadion seperti itu.