Bola.com, Surabaya - Nama La Nyalla Mattalitti pernah berkibar tinggi di jagat sepak bola nasional. Pria berdarah Bugis yang besar dan menghabiskan waktunya di Surabaya ini tercatat pernah menjadi Ketua Umum PSSI-KPSI periode 2012-2016.
Dia dipilih oleh mayoritas voter melalui Kongres Luar Biasa yang diprakarsai Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) dalam Kongres PSSI-KPSI pada 18 Maret 2012 di Hotel Mercure, Jakarta.
Namun, setelah KPSI melebur dengan PSSI, La Nyalla Mattalitti didapuk sebagai Wakil Ketua Umum PSSI menggantikan Farid Rahman.
Kemudian pada 18 April 2015, ia terpilih sebagai Ketua Umum PSSI periode 2015-2019 setelah mengantongi suara terbanyak dalam Kongres Luar Biasa PSSI di Hotel JW Marriott, Surabaya.
Pengusaha dan tokoh besar di Jawa Timur itu mendapatkan total 94 suara, mengalahkan Syarif Bastaman, yang hanya mendapatkan 14 suara.
Hanya, terpilihnya La Nyalla tak berjalan mulus karena sehari sebelum KLB PSSI di Surabaya digelar, tepatnya 17 April 2015, Menpora Imam Nahrawi ketika itu lebih dulu membekukan PSSI.
Keputusan Menpora ini kemudian menjadi alasan FIFA untuk membekukan PSSI karena federasi sepak bola dunia itu menganggap adanya intervensi dari pihak pemerintah.
Posisi La Nyalla makin sulit karena tersandung kasus dana hibah Kadin Jatim dan harus menjalani proses hukum. Desakan mundur dari kalangan voter pun kian santer, sehingga pada 3 Agustus 2016, La Nyalla resmi menyatakan mengundurkan diri dari Kursi Ketua Umum PSSI.
Sempat ditetapkan sebagai tersangka kasus penyelewengan dana hibah Kadin Jatim, majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta memvonis bebas La Nyalla dan ia dinyatakan tidak terbukti bersalah melakukan korupsi dana hibah Kadin Jatim 2011-2014 sebesar Rp5,3 miliar.
Saat ini, lebih kurang tiga tahun setelah peristiwa itu berlalu, La Nyalla yang baru terpilih sebagai Ketua DPD RI, siap kembali berkecimpung di dunia sepak bola Indonesia. Ia mendaftarkan diri dalam pemilihan Ketua Umum PSSI periode 2019-2024.
Lantas, apa yang membuat La Nyalla Mattalitti ingin kembali menduduki kursi yang sempat ia lepas pada 2016? Berikut petikan wawancara Bola.com dengan La Nyalla.
Tak Kapok
Apa motivasi Anda kembali mencalonkan diri dalam Kongres pemilihan Ketua Umum PSSI kali ini?
Alasan pertama karena permintaan sejumlah voter. Selain itu, saya ingin membawa sepak bola Indonesia menjadi lebih baik dalam semua aspek.
Menpora Imam Nahrawi pernah membekukan PSSI di era kepemimpinan Anda karena sejumlah alasan. Satu di antaranya tidak adanya transparansi dan dugaan pengaturan skor, menurut Anda?
Hal itu pula yang menjadi motivasi saya maju karena saat saya memimpin, tuduhan itu tidak pernah terbukti. Kali ini, jika nanti kembali diberi amanah, saya akan menunjukkan bahwa komitmen saya menjadikan sepak bola Indonesia bersih tidak main-main.
Anda pernah diminta mundur oleh voter setelah jadi tersangka dana hibah Kadin Jatim. Apa tidak kapok?
Itu bagian dari dinamika berorganisasi. Saya dulu diminta mundur karena sedang menjalani proses hukum. Sekarang situasinya sudah lebih baik, jadi saya merasa bisa memimpin PSSI jika diberi amanah.
Kondisi PSSI
Bagaimana Anda melihat kondisi PSSI saat ini?
Saya melihat kondisi PSSI tidak kondusif setelah sejumlah kasus pengaturan skor yang menjerat sejumlah anggota Exco. Masalah ini berdampak pada semua aspek, termasuk timnas yang secara prestasi cenderung mengalami penurunan dibandingkan saat saya memimpin PSSI.
Dari sisi pencitraan, PSSI juga buruk di mata masyarakat. Meski secara jujur, banyak program PSSI yang sudah berjalan baik. Hampir semua kompetisi kelompok umur diputar.
Program unggulan apa yang Anda janjikan agar terpilih?
Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, saya akan benahi semua aspek. Soal perinciannya terlalu banyak untuk saya sebutkan di sini. Yang jelas, saya akan berkomitmen penuh untuk menjadikan sepak bola Indonesia lebih baik.