Bola.com, Jakarta - Sebuah fakta terungkap bahwa posisi Ketua Umum (Ketum) PSSI diminati oleh banyak pihak. Menurut penuturan Ketua Komite Pemilihan (KP) PSSI, Syarif Bastaman, sekitar 30 orang mendaftar untuk pos tersebut.
"Yang mendaftar banyak. Cuma saya lupa tepatnya. Sekitar 30 orang ada," ujar Syarif.
"Antusiasme kuat. Kesan saya mengerjakan ini, animo sangat kuat, semoga dibarengi kapasitas yang kuat, integritas yang kuat sehingga kami berharap PSSI ke depan bisa melahirkan kepengerusan dan prestasi yang baik," imbuhnya.
Hingga pendaftaran ditutup pada Kamis (3/10/2019) hanya terjaring 11 nama. Padahal, mengacu pada pernyataan Syarif, ada sekitar 30-an orang mengajukan diri dan mendaftar.
Bola.com mencatat, sedikitnya delapan bakal calon ketum merupakan mantan petinggi PSSI atau orang yang pernah maju dalam bursa pencalonan pada periode-periode sebelumnya. Harus diakui, dominasi orang lama terjadi dan berpeluang mengomandoi PSSI dalam empat tahun ke depan.
Pada artikel sebelumnya, Bola.com telah membedah empat kandidat ketum meliputi Afen Hinelo, Benny Erwin, Sarman El Hakim, dan Yesayas Oktavianus.
Kali ini, Bola.com mencoba melakukan sesuatu yang sama kepada Arif Putra Wicaksono, Bernhard Limbong, Fary Djemi Francis, dan Vijaya Fitriyasa.
Arif Putra Wicaksono
Arif Putra Wicaksono tidak kapok bersaing pada bursa calon Ketum PSSI. Pernah gagal lolos verifikasi pada periode sebelumnya, Chief Executive Officer (CEO) Nine Sport tersebut kini untuk sementara ditetapkan sebagai bakal calon.
Menunjukkan keseriusannya, Arif menggandeng Doni Setiabudi, Chief Executive Officer (CEO) Bandung Premier League, sebuah kompetisi berlabel komunitas yang terkenal dengan penerapan Video Assistant Referee (VAR).
Arif dan Jalu, panggilan Doni, kompak mempromosikan club licensing, fans management, dan VAR apabila pasangan tersebut terpilih.
"Club licensing itu berasal dari FIFA. Sebenarnya, ini produk lama atau program FIFA dari dulu. Cuma sampai saat ini, belum diaplikasikan dengan benar di Indonesia," kata Arif.
"Tujuan kami berdua di sini sama-sama ingin memajukan sepak bola Indonesia saja. Kami merasa mempunyai pengalaman yang berada di bawah koridor PSSI selama ini. Jadi, kami merasa ide-ide kami atau pengalaman kami dan peran kami bisa membawa PSSI untuk lebih baik ke depannya," ujar Arif.
Bernhard Limbong
Bernhard Limbong adalah purnawirawan TNI dengan pangkat terakhir Brigadir Jenderal (Brigjen). Ia adalah bakal calon Ketum PSSI yang ketiga untuk KLB pemilihan pada 2 November mendatang.
Bernhard bukan nama baru di kancah persepakbolaan Indonesia. Direktur Induk Koperasi TNI AD itu pernah didapuk sebagai Ketua Komisi Disiplin (Komdis) PSSI pada 2012 dan Penanggung Jawab Timnas Indonesia era ketum Djohar Arifin di tahun yang sama.
Bernhard juga pernah maju dalam bursa ketum pada 2016. Namun, ia kalah bersaing dari Edy Rahmayadi. Bahkan, tak ada yang memilih Bernhard kala itu.
Fary Djemi Francis
Fary Djemi Francis merupakan mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI periode 2014-2019 yang mendaftarkan diri dan terjaring sebagai bakal calon Ketum PSSI. Politisi Partai Gerinda tersebut juga terbilang wajah lama di kancah sepak bola nasional.
Pada struktur kepengurusan PSSI periode 2016-2019, Fary adalah Ketua Departemen Sport Intelligent PSSI. Eks Ketua Komisi V DPR ini dikenal sebagai penggerak sepak bola di perbatasan, utamanya di kampung halamannya, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang bersebelahan dengan Timor Leste.
Vijaya Fitriyasa
Vijaya Fitriyasa adalah pengelola kontestan Liga 2 2019, Persis Solo. Ia mengambil alih klub berjulukan Laskar Sambernyawa itu pada pertengahan September lalu.
Vijaya mengklaim telah memiliki 70 persen dari total saham di perusahaan Persis Solo, yakni PT Persis Solo Saestu (PSS). Sebanyak 20 persen saham milik Sigid Haryo Wibisono, dan 10 persen lainnya milik klub yang menjadi anggota Persis.
Pria yang merupakan pengusaha bidang minyak dan gas (migas) tersebut sebelumnya telah memiliki klub yang tercatat sebagai anggota Asprov PSSI DKI Jakarta. Klub tersebut bernama Jakarta United Football Club (JUFC) yang pada 2018 yang berlaga di Liga 3 Indonesia zona DKI.
Setelah mengakuisisi Persis, Vijaya terang-terangan ingin menjadi Ketum PSSI.
"Saya menginginkan PSSI dikelola secara profesional, sesuai tuntutan sebagai industri dan entitas bisnis. Dengan strategi, di antaranya menggaji pengurus PSSI dengan layak agar jauh dari permainan pengaturan skor yang saat ini menjadi momok bagi kemajuan sepak bola nasional," ujar Vijaya.