Bola.com, Kazan - Tim bulutangkis junior Indonesia berhasil membawa pulang Piala Suhandinata untuk pertama kalinya pada tahun ini. Keberhasilan tim junior ini mendapatkan apresiasi dari legenda bulutangkis Indonesia sekaligus sang manajer tim, Susy Susanti.
Tim bulutangkis junior Indonesia menjadi juara setelah menghadapi Tiongkok di pertandingan final. Empat laga final harus dilewati dengan rubber gim dan dengan durasi lebih dari satu jam. Hasilnya positif bagi Indonesia yang akhirnya menjadi juara untuk pertama kalinya, di mana pada 2013, 2014, dan 2015 hanya menjadi finalis.
"Perjuangan anak-anak benar-benar luar biasa. Sebenarnya kami bisa menang 3-0. Ketika kejadian Bobby, sempat terpikir jangan-jangan bakal terulang lagi final Asia Junior Championship, di mana kami sudah unggul 2-0 akhirnya malah kalah. Namun, saya langsung singkirkan pikiran itu. Saya yakin kalau kami tetap bisa, terus yakin dan akhirnya menang 3-1," ujar Susy Susanti dalam rilis yang diterima Bola.com.
Poin pertama disumbang ganda campuran Daniel Marthin/Indah Cahya Sari Jamil setelah mengalahkan Feng Yan Zhe/Lin Fang Ling dengan skor 21-18, 18-21, dan 21-11. Pada partai kedua, Putri Kusuma Wardani meraih kemenangan atas Zhou Meng dengan skor 21-18, 20-22, dan 21-14.
Indonesia nyaris menang sempurna 3-0 setelah Bobby Setiabudi berhasil menciptakan kedudukan 20-16 dan hanya butuh satu champion point. Sayangnya, Bobby harus mengakui keunggulan Liu Liang dengan skor 17-21, 21-17, dan 20-22.
Ganda putri dadakan, Putri Syaikah/Febriana Dwipuji Kusuma, menjadi pahlawan penentu kemenangan tim usai mengalahkan Li Yi Jing/Tan Ning dengan skor 16-21, 25-23, dan 21-13. Putri biasanya berpasangan dengan Nita Violina Marwah, namun kali ini ia diduetkan dengan Febriana.
Sama halnya di ganda campuran, Indah Cahya Sari Jamil berhasil menyumbang angka saat berpasangan dengan Daniel Marthin yang bukan pasangan tetapnya. Indah biasanya berpasangan dengan Leo Rolly Carnando.
"Ganda putri ketika menghadapi Thailand di semifinal kemarin masih agak kurang maksimal. Jadi kami pikir harus ada gebrakan-gebrakan lain, jadi musuh tidak menyangka. Kami sudah melihat gebrakan di ganda campuran itu berhasil di semifinal, akhirnya kami memberanikan diri untuk mengubah strategi di ganda putri pada laga final, ternyata berhasil juga," jelas Susy.
"Strategi utak-atik pasangan berhasil karena para pelatih sudah menyiapkan. Para pemain kan sudah sering ketemu lawannya, sudah dipelajari mainnya," kata Susy Susanti.