Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia mengalami tiga kekalahan beruntun di Kualifikasi Piala Dunia 2022 Grup G. Peluang lolos ke World Cup pun menipis. Fokus Tim Merah-Putih menjaga kans lolos ke putaran final Piala Asia 2023.
Ajang kualifikasi Piala Dunia 2022 juga dipakai AFC untuk Kualifikasi Piala Asia 2023. Timnas Indonesia setidaknya harus menduduki peringkat ke-3 klasemen Grup G agar bisa dapat lawan enteng di lanjutan Kualifikasi Piala Asia.
Mengingat lolos otomatis dengan status juara grup atau runner-up terbaik hampir bisa dibilang amat sulit dilakukan. Kekalahan beruntun dari Malaysia (2-3), Thailand (0-3), dan Uni Emirat Arab (0-5) jadi penyebabnya. Timnas Indonesia kini tersudut jadi juru kunci dengan rekor kebobolan 11 gol!
Masih ada lima laga sisa yang bisa dimaksimalkan untuk memperbaiki posisi, salah satunya laga melawan Vietnam. Timnas Indonesia akan menjamu Tim Paman Ho di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali.
Kans untuk memenangi laga masih amat terbuka, jika melihat rekor pertemuan antarkedua negara kawasan Asia Tenggara. Namun tentu untuk bisa mendulang poin absolut, Simon McMenemy perlu melakukan perbaikan kilat.
Performa Timnas Indonesia di tiga laga sebelumnya bisa dibilang jauh dari memuaskan. Banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus dibereskan nakhoda asal Skotlandia itu. Apa-apa saja?
Performa Kiper
Kinerja kiper-kiper Timnas Indonesia di tiga laga Kualifikasi Piala Dunia 2022 jadi sorotan. Baik Andritany Ardhiyasa yang bermain di laga melawan Thailand dan Malaysia, serta Wawan Hendrawan saat duel kontra UEA, melakukan blunder yang merugikan Tim Garuda.
Tengok saja apa yang dilakukan Wawan. Gara-gara ia salah posisi mengantisipasi tendangan jarak jauh salah satu pemain UEA di pengujung babak pertama, Timnas Indonesia yang sempat membuat kubu lawan kerepotan dengan strategi strategi bertahan yang solit, harus kebobolan. Skor 0-1 membuat para pemain Tim Merah-Putih mendadak lesu darah.
Selanjutnya, Wawan tanpa ampun dibobol empat gol, yang mayoritas di antaranya begitu mudah terjadi karena lini pertahanan timnas mati angin menahan badai serangan UEA.
Kelihatan Wawan yang baru menjalani debut bersama timnas, gugup tak siap menghadapi tekanan laga internasional.
Realitanya baik Wawan dan Andritany adalah kiper terbaik yang dimiliki Indonesia saat ini. Pilihan lain sebagai alternatif adalah Muhammad Ridho.
Penting bagi Simon dan para asistennya membangkitkan kepercayaan diri kiper-kiper yang ada. Secara kualitas teknik mereka adalah pemain berkualitas.
Lini Pertananan yang Rapuh
Strategi Simon McMenemy memasang strategi tiga bek (3-4-3 dan 3-5-2) di dua laga awal melawan Malaysia dan Thailand, berujung pahit kekalahan.
Tidak disiplinnya dua fullback untuk turun melapisi pertahanan membuat kubu lawan dengan mudah menembus area kotak penalti dengan permainan kombinasi atau umpan-umpan silang dari dua sisi melebar lapangan.
Menghadapi UEA yang secara kualitas permainan lebih baik, Simon merubah strategi bertahan. Timnas Indonesia bermain dengan pakem empat bek. Duo Hansamu Yama dan Yanto Basna dipercaya jadi tembok utama dilapis Rizky Fajrin dan Gavin Kwan.
Nyatanya perubahan strategi itu juga tak memperbaiki keadaan. Timnas Indonesia jadi bulan-bulanan UEA.
Terlihat dari tiga pertandingan, kalau bek-bek kita selalu kesulitan mengantisipasi bola-bola atas. Stoper selalu kalah berebut bola lewat sundulan.
Di sisi lain, kekompakan para pemain belakang menjaga zona pertahanan juga bermasalah. Jarak antarpemain terlihat sering terlalu renggang membuat pemain-pemain Malaysia, Thailand, dan UEA dengan leluasa memainkan permainan kombinasi satu dua.
Menghadapi Vietnam yang juga dikenal doyan menggeber umpan-umpan diagonal dari dua sisi sayap, Simon McMenemy perlu mengasah ulang kemampuan para beknya dalam berduel udara. Disiplin posisi juga berlu dibenahi untuk membatasi ruang gerak pemain-pemain ofensif Tim Negeri Paman Ho.
Stabilitas Stamina
Usai laga melawan Malaysia, Simon McMenemy sempat melontarkan kegusarannya dengan kondisi fisik pemainnya yang kepayahan, terutama saat pertandingan memasuki paruh kedua.
Timnas Indonesia selalu tampil bagus di 45 menit pertama, namun selanjutnya permainan mereka kedodoran karena persoalan kebugaran yang tak memadai.
Simon menyebut stamina ampas para pemain dipengaruhi jadwal kompetisi Liga 1 2019 yang agak berantakan imbas penundaan banyak laga karena berbagai hal. Apa yang dikeluhkan pelatih asal Skotlandia itu tak mengada-ada.
Faktanya pemain bermain loyo pada paruh kedua pertandingan, baik saat berjumpa Malaysia, Thailand, dan terakhir UEA.
Tak mudah memperbaiki kebugaran pemain di waktu persiapan pendek. Penggawa Tim Garuda datang dalam kondisi keletihan yang luar biasa. Simon dan asistennya perlu mencari formulasi yang pas untuk mendongkrak stamina pemainnya.
Variasi Strategi
Kecakapan Simon McMenemy melatih digugat banyak pengamat. Berbeda dengan Luis Milla yang punya banyak variasi taktik, Timnas Indonesia besutan Simon saat ini minim kreativitas.
Timnas Indonesia seperti kebingungan mau melakukan apa saat dalam posisi tertinggal. Skema menyerang terlalu mudah dibaca. Situasi ini hampir mirip dengan saat Bima Sakti menukangi Tim Merah-Putih di Piala AFF 2018 silam.
Simon yang besar di kultur sepak bola British seperti tak punya jatidiri. Tak terlihat timnas kuat dalam permainan umpan-umpan jarak jauh yang jadi ciri khas negara-negara Britania macam Inggris, Skotlandia, Irlandia, atau Wales.
Berbeda dengan saat Luis Milla. Timnas Indonesia bermain dengan kelamin yang jelas dengan style pendek merapat ala-ala Timnas Spanyol. Strategi ini cocok dengan karakter pemain-pemain Indonesia yang punya postur pendek tapi punya kemampuan olah skill yang lumayan.
Simon McMenemy wajib merumuskan karakter permainan yang jelas sehingga Timnas Indonesia bertanding melawan Vietnam dengan kepercayaan diri tinggi.