Bola.com, Jakarta - Pembinaan usia muda menjadi cara yang diseriusi oleh Mohamad Kusnaeni apabila terpilih sebagai Wakil Ketua Umum (Waketum) PSSI. Langkah itu diambil untuk melahirkan darah muda berbakat yang kelak menjadi tulang punggung Timnas Indonesia.
Untuk itu, Kusnaeni punya konsep mumpuni. Pria yang juga mencalonkan diri sebagai anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI itu memprakarsai gagasan 'JOSS'.
Konsep 'JOSS' ala Kusnaeni bermakna Jenjang, Orientasi, Sinergi, dan Setop. "Di usia muda, potensi pemain kita memang sangat menjanjikan. Tetapi, kita perlu benahi lagi dengan konsep 'JOSS' agar mereka tidak hanya sukses di usia muda tapi terus berlanjut hingga ke jenjang senior," kata Kusnaeni.
Berangkat dari keberhasilan Timnas Pelajar U-15 Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang menjadi kampiun pada International Football Championship (IFC) 2019 di Bali, 25 Oktober lalu, Kusnaeni melihat ada gap antara prestasi di junior dan senior. Mengingat, sejumlah tim usia muda Indonesia juga mencatat sukses di turnamen internasional, seperti Gothia Cup China, Borneo Cup, Singa Cup, dan sebagainya.
Konsep JOSS yang dimaksud Kusnaeni terdiri dari empat fokus yang mendapat penekanan khusus. Yang pertama, huruf "J" mengandung makna jenjang pembinaannya harus lengkap dan tertata dengan baik.
"Kita perlu memastikan bahwa pembinaan usia muda ini memiliki jenjang yang utuh dan tidak terputus sejak usia dinia, usia muda, hingga senior," kata Kusnaeni.
"Tak boleh ada kelompok usia yang lowong alias tidak memiliki kompetisi karena itu akan memengaruhi minat dan perkembangan kemampuan anak-anak kita," jelasnya.
Kompetisi Kelompok Umur Belum Merata
Saat ini, kata Kusnaeni, hampir semua kelompok umur sejak U-9 hingga U-18 telah bergulir kompetisi. "Namun, sebarannya belum merata dan terlalu terpusat di Pula Jawa," imbuhnya.
"Menjadi tugas bidang pembinaan usia muda PSSI untuk menggairahkan kompetisi kelompok umur di luar Pulau Jawa karena potensi pemain cukup banyak di sana," terang Kusnaeni.
Fokus kedua, “O”, bermakna orientasi pembinaan usia muda harus mengutamakan karier pemain.
"Ada salah kaprah. Banyak orang tua dan pembina yang tidak sabar dan terlalu memaksakan anak-anak agar cepat menuai prestasi di usia dini," urai Kusnaeni.
"Padahal, pembinaan usia dini dan usia muda itu sebuah proses mengasah potensi pemain untuk mencapai tujuan sebenarnya yaitu menjadi pemain berkualitas saat menginjak usia senior nanti."
"Ke depan, kejuaraan usia muda juga harus menjauhkan diri dari kebiasaan menawarkan iming-iming hadiah uang sebagai daya tarik. Ini kurang mendidik, lebih baik diapresiasi dengan bentuk lain," ujar Kusnaeni.
Sinergi dan Setop Pencurian Umur
Fokus ketiga, "S" yang berarti sinergi semua unsur. "Saya selalu mengatakan bahwa pembinaan usia muda itu berat di ongkos. PSSI tidak mungkin melakukannya sendirian. Jadi, harus dikeroyok bersama pemerintah, pihak swasta, komunitas sepak bola, masyarakat, keluarga, dan lain-lain," kata Kusnaeni.
Kusnaeni juga menyarankan agar PSSI berfokus pada kompetisi usia muda yang mendekati usia senior. Sementara usia muda di bawahnya, termasuk usia dini, digarap stakeholder yang lain.
"Di kelompok usia bawah ini, PSSI fokus sosialisasi Filanesia, memperbanyak pelatih muda berlisensi, dan aktif menggandeng pemerintah pusat maupun daerah untuk pengembangan sarana bermain sepak bola yang layak. Sekarang ini, masih sangat terbatas lapangan latihan untuk anak-anak kita," tutur Kusnaeni, menyarankan.
Fokus paling akhir, "S" yang kedua, bermakna setop pencurian umur. Menurutnya, aksi curang ini kaitannya dengan pembinaan usia muda tidak hanya berdampak terhadap mutu kompetisi usia muda.
"Ini permasalahan klasik yang mungkin tak akan pernah selesai. Tapi kita harus tekun dan terus berupaya mengatasi," kata Kusnaeni yang berharap dipercaya mengurusi pembinaan usia muda jika terpilih jadi pengurus PSSI.
"Lebih parah lagi, ini merusak mental pemain itu sendiri. Sebab, sejak kecil, ia sudah diajari sesuatu yang salah dan itu akan terbawa terus sampai ia dewasa," tuturnya.
Baca Juga
Mengulas Rapor Buruk Shin Tae-yong di Piala AFF: Belum Bisa Bawa Timnas Indonesia Juara, Edisi Terdekat Bagaimana Peluangnya?
Prediksi AC Milan Vs Juventus: Duel Raksasa yang Jauh dari Habitatnya
Timnas Indonesia Menatap Piala AFF 2024: Trofi Perdana Direbut atau Status Spesialis Runner-up Berlanjut?