Bola.com, Jakarta - Pemain adalah "pejuang" utama dalam permainan sepak bola. Karenanya, para pesepakbola selalu menjadi sorotan saat berada di lapangan. Di sisi lain sang pelatih atau para manajer juga sama-sama fasih dalam permainan ini, tapi ia harus bisa berfungsi secara keseluruhan.
Manajer harus paham taktik modern, manajemen pemain, hingga analisis pra-pertandingan. Karena alasan inilah tim sepak bola berusaha keras untuk mendapatkan manajer yang tepat.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa baik atau buruknya pemain baik, itu seperti yang dilakukan manajer mereka. Jadi, tidak dapat disangkal bahwa manajer sangat penting untuk keberhasilan atau kegagalan tim mana pun.
Karena itu pula, sering dijumpai sejumlah klub yang belum mencapai hasil terbaik sering gonta-ganti manajer meski kompetisi masih berjalan. Sifat dinamis ini menunjukkan sepak bola adalah bidang yang sangat fluktuatif.
Fenomena ini tak jarang mengharuskan seorang manajer yang dikenal memiliki kualitas terbaik pun harus kehilangan pekerjaannya. Saat ini setidaknya ada tiga manajer teratas yang saat ini tidak memiliki pekerjaan.
Arsene Wenger
Ketika ia diumumkan sebagai manajer Arsenal pada musim panas 1996, Wenger tiba tanpa reputasi. Arsene Who? Media mengkritik keputusan Arsenal yang menunjuk manajer tidak terkenal.
Namun, Wenger segera membuat dunia memperhatikannya. Taktik Wenger serta perhatian pada diet pemain dan kesejahteraan umum dianggap revolusioner dalam manajemen sepakbola. Di bawahnya, Arsenal menjadi salah satu tim paling dominan di negeri itu, secara teratur melibatkan Manchester United dalam perburuan gelar yang memikat.
Kampanye Invincible 2003-04 akan selamanya diukir dalam sejarah sejarah sepak bola. Namun kedatangan pemilik kaya secara besar-besaran mengubah arah sepakbola di Inggris.
Klub-klub seperti Manchester City dan Chelsea bangkit dengan daya tarik keuangan yang besar, dan sejumlah faktor memastikan bahwa Arsenal tidak bisa mengimbangi. Meski begitu, Wenger pantas dipuji karena menjaga klub tetap kompetitif meski kekurangan dana.
Dan setelah menjalani kejadian tidak menguntungkan, pelatih asal Prancis itu memutuskan untuk mundur pada musim panas 2018.
Laurent Blanc
Dalam karier bermainnya, Laurent Blanc mewakili beberapa klub terbesar di dunia termasuk Manchester United, Barcelona, Inter Milan, dan Marseille. Dia memenangkan hampir semua pemenang piala dunia pada tahun 1998.
Setelah pensiun, Blanc memberanikan diri menjadi pelatih. Bahkan ia kemudian ditunjuk sebagai manajer tim nasional Prancis pada musim panas 2010.
Blanc selanjutnya sukses membawa Paris Saint Germain (PSG) di Liga 1 Prancis. Klub ibu kota memulai dominasi mereka yang belum pernah terjadi sebelumnya di liga.
Total, PSG memenangkan 11 trofi bersamanya, termasuk treble domestik berturut-turut. Namun, Blanc gagal membawa PSG di Liga Champions.
Sejak itu dia tidak memiliki pekerjaan. Saat ini, Le President lebih banyak menghabiskan waktunya di lapangan golf di seluruh dunia.
Massimiliano Allegri
Setelah kepergian Antonio Conte pada musim panas 2014, Massimiliano Allegri diangkat sebagai penggantinya di Juventus. Penduduk asli Leghorn ini, sebelumnya sukses melatih AC Milan, di mana ia memenangkan Scudetto 2011.
Dan di musim debutnya di Turin, Allegri hampir membawa Juventus meraih treble pertama mereka. Namun, gagal di final Liga Champions setelah dikalahkan Barcelona.
Secara total, Allegri menghabiskan lima tahun bersama Bianconeri dan memenangkan dua trofi dalam empat tahun pertamanya. Allegri juga memperpanjang rekor Juventus menjadi delapan gelar Serie A berturut-turut.
Namun, meski berjaya di kompetisi domestiknya, Allegri masih kesulitan berbicara di kancah Eropa. Setelah tersingkir lagi di babak perempat final, Allegri mengumumkan bahwa ia akan meninggalkan klub pada akhir musim 2018-19.
Sumber asli: Liputan6.com
Disadur dari: Liputan6.com (Achmad Yani/Harley Ikhsan, Published 30/10/2019)