Jakarta - Suasana duka mendalam amat terasa saat prosesi pemakaman bek Timnas Indonesia U-16, Alfin Lestaluhu, di Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Jumat (1/11/2019).
Alfin Lestaluhu meninggal dunia akibat infeksi otak, Kamis (31/11/2019). Tempat pemakaman umum (TPU) Kampung Baru, Desa Tulehu, menjadi peristirahatan terakhirnya. Prosesi berlangsung sekitar pukul 14.20 WIT.
Rasa sedih tak kuasa ditahan oleh keluarga, kerabat, dan teman seangkatan almarhum saat bersekolah di SD Negeri 2 Tulehu dan Madrasah Tsanawiyah (Mts) 5 Salahutu, juga kawan-kawannya semasa masih bergabung di Sekolah Sepak Bola (SSB) Maehanu Tulehu.
Mereka menangisi kepergian atlet muda yang baru memulai setahun karirenya di sepak bola nasional dan turut mengharumkan nama bangsa dengan memperkuat Timnas Indonesia U-16.
Seorang sahabat yang sangat dekat dengan mendiang Alfin, tak bisa menahan rasa sedihnya yang mendalam. Antara melaporkan, dia menangis keras begitu usai menaburkan bunga di atas makam kawan karibnya itu.
Sementara kedua orang tua almarhum, Erwin Lestaluhu (34) dan Eka Lestaluhu (33) juga tak kalah sedih dan kehilangan. Mereka terus bercucuran air mata dan tak sanggup untuk berkata-kata.
Alfin Lestaluhu yang merupakan anak sulung dari empat bersaudara memang dikenal sopan, ramah dan taat beribadah. Ia juga mudah bergaul dengan siapa saja dan tidak segan untuk menyapa seseorang terlebih dulu.
Tulang Punggung Keluarga
Menurut Said Lestaluhu (45), paman Alfin, almarhum merupakan anak yang membanggakan. Dia ikut membantu perekonomian keluarganya. Kendati telah menorehkan prestasi yang baik di bidang sepak bola dan berpenghasilan sendiri, siswa Sekolah Khusus Olahraga (SKO) Ragunan itu tetap rendah hati.
"Alfin itu anak harapan kedua orang tuanya, bisa dibilang dia itu juga tulang punggung keluarga karena ikut membantu perekonomian keluarganya," ucapnya.
Said Lestaluhu menceritakan, sebelum didiagnosa dokter menderita encephalitis (radang infeksi otak), Alfin yang baru pulang kampung pada 24 September 2019 tampak sehat dan bugar.
Setelah dua hari berada di Tulehu, Alfin dan keluarga kemudian terpaksa harus mengungsi ke kompleks perkuliahan Universitas Darussalam karena rumah mereka retak akibat guncangan gempa tektonik magnitudo 6,5 pada 26 September 2019.
Beberapa hari di lokasi pengungsian, kondisi kesehatan Alfin mulai menurun. Dia sulit tidur, makan tidak teratur, dan mengeluh sakit kepala. Oleh orang tuanya, Alfin kemudian dibawa ke RSUD dr. Ishak Umarela yang sementara beroperasi di kompleks perkuliahan Universitas Darussalam.
Tidak Kunjung Pulih
Alfin kemudian dirujuk ke RST Tk II Prof dr JA Latumeten Ambon. Hampir sepekan dirawat di sana, kondisi kesehatannya tidak menunjukkan perubahan signifikan. Oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Alfin kemudian dibawa ke RS Royal Progress Jakarta pada 10 Oktober 2019.
Tak kunjung sembuh, Alfin yang selama di rumah sakit didampingi oleh sang ayah, lalu dipindahkan ke RS Harapan Kita dan menghembuskan nafas terakhirnya pada Kamis 31 Oktober 2019, sekitar pukul 22.11 WIB.
"Alfin itu anaknya pendiam, walau sakit dia tidak pernah mengeluh, bahkan sama kedua orang tuanya juga tidak pernah, dia hanya mengeluh merasa sakit kepala kepada temannya," ujar Said Lestaluhu.
Sumber asli: Antara
Disadur dari: Liputan6.com (Harley Ikhsan/Edu Krisnadefa, Published 1/11/2019)