Cara Jitu Staf Pelatih Timnas Indonesia U-16 Mengatasi Kenakalan Remaja Para Pemain

oleh Ario Yosia diperbarui 02 Nov 2019, 06:30 WIB
Pelatih Timnas Indonesia U-16, Bima Sakti, saat pemusatan latihan di Sawangan, Senin (13/5). Sebanyak 41 anak mengikuti seleksi untuk memperkuat timnas di Piala AFF U-15 2019 di Thailand. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Bola.com, Jakarta - Staf kepelatihan Timnas Indonesia U-16 dihuni legenda Tim Merah-Putih. Status kebintangan di masa lalu, tak membuat Bima Sakti dkk. bisa mudah menangani anak-anak muda yang akan berlaga di Piala AFC U-16 2020 mendatang yang akan diselenggarakan di Bahrain.

Bima Sakti yang berstatus sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia U-16 didampingi, Indriyanto Nugroho, Firmansyah (asisten), dan Markus Horison (pelatih kiper). Mereka terkenal pada masanya, saat masih aktif bermain.

Advertisement

Bima dan Indriyanto, jebolan program mercusuar PSSI berlabel Timnas Primavera. Sekumpulan pemain belia berusia 17 tahun dikirim ke Italia pada medio 1990-an untuk ikut berkompetisi di Negeri Pizza dengan ikut menebeng latihan di klub Sampdoria.

Dalam perbincangan santai dengan Bola.com di KLY Office pada Jumat (1/10/2019), Indriyanto bercerita banyak pengalamannya memegang para pemain muda.

"Mereka mengingatkan saya pada masa muda. Dulu saat di Timnas Primavera saya pun seperti mereka. Muda, punya semangat tinggi dan mimpi besar. Karena pernah punya pengalaman kurang lebih sama di Timnas Junior, pola pendekatan kami banyak didasari pengalaman masa lalu," kata Indriyanto.

Indriyanto dan para koleganya di barisan staf kepelatihan Timnas U-16 seringkali bertindak tegas. "Ketegasan perlu menghadapi anak-anak sekarang. Berbeda dengan zaman saya dulu, sekarang para pemain muda merasakan kemudahan. Karena lebih mudah, terkadang mereka kurang daya juang," ceritanya.

Pelatih kelahiran 14 September 1976 mencontohkan, betapa mudahnya seorang pemain mendapatkan sepatu sepak bola berkualitas, sehingga mereka terkadang meremehkan senjata perangnya.

"Saya kadang sering melempar jauh-jauh sepatu milik pemain untuk kemudian menyuruh mereka berlari mengambilnya. Bukan bermaksud mau jahil, tapi saya ingin mereka terlihat punya usaha melakukan sesuatu," ucap pria yang dulu dijuluki Mr. Cepek saat ditransfer dari PSIS Semarang ke Pelita Jaya dengan mahar 100 rupiah saja.

"Dulu saya waktu belia, hanya punya sepatu satu buah. Ayah saya tak mau membelikan yang baru sebelum sepatu itu rusak. Saya jadi sangat hati-hati dan merawat sepatu tersebut dengan sebaik-baiknya, karena sadar itu senjata utama saya bermain sepak bola," timpal Indriyanto Nugroho.

 

Simak video spesial mengenang bintang Timnas Indonesia U-16 di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Tak Bisa Macam-macam

Indriyanto Nugroho. (Liputan6.com/Magang/Marsa Aulia)

Setengah bercanda, Indriyanto Nugroho mengakui saat dulu berusia remaja ia juga bandel sebagai pesepak bola. Bandel yang dimaksud misal kenakalan remaja seperti, melanggar jam malam, bolos latihan, atau pacaran dengan lebih satu wanita.

"Ya pastilah ada bandel-bandelnya, namanya juga anak muda. Tapi juga tidak kelewat batas, saya tetap fokus latihan dan selalu bekerja keras mengejar mimpi sebagai pesepak bola," ungkap Indriyanto.

Saat ditanya apakah ada pemain Timnas Indonesia U-16 yang bandel, Indriyanto setengah tertawa berujar: "Pasti ada yang bandel. Gaya dan modusnya sekarang juga lebih banyak. Tapi kan mereka enggak bisa macam-macam karena pelatihnya sudah lebih berpengalaman dan merasakan masa-masa itu," kata pelatih asal Sukoharjo itu.

"Awas saja kalau macam-macam," timpalnya lagi.

Untuk informasi, Timnas Indonesia U-16 memastikan tiket ke Piala Asia 2020 dengan status sebagai salah satu runner-up terbaik dalam fase kualifikasi.

Anak asuh Bima Sakti gagal menumbangkan China pada laga terakhir Grup G Kualifikasi Piala Asia U-16 2020 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (22/9/2019) silam. Dengan demikian anak asuh Bima Sakti pun menjadi runner-up di bawah China yang unggul selisih gol.

Tim Merah-Putih menempati peringkat kedua dalam klasemen runner-up, hanya karena kalah produktivitas gol dari Yaman. Sedangkan dua negara lain yang lolos ke Piala Asia U-16 2020 sebagai runner up adalah Uzbekistan dan Oman.

Yaman, Indonesia, Uzbekistan, dan Iran sama-sama mengumpulkan tujuh poin. Yaman dan Indonesia memiliki selisih gol 12, namun Yaman mencetak 14 gol atau unggul dua gol ketimbang Indonesia. Sementara itu, Uzbekistan mencetak tujuh gol berbanding empat kali kebobolan, dan Oman mencetak tiga gol tanpa kebobolan.

Dalam penghitungan runner-up grup terbaik, laga Timnas Indonesia U-16 melawan Kepulauan Mariana Utara tidak dihitung lantaran negara tersebut ada di peringkat kelima sementara beberapa grup lain hanya berisi empat negara.

Keberhasilan melaju ke putaran final Piala AFC U-16 merupakan yang ketujuh kalinya bagi Indonesia. Dari enam keikutsertaan sebelumnya, Tim Garuda Muda meraih prestasi terbaik ketika menjadi penghuni peringkat keempat pada ajang Piala Asia U-16 1990.

Pada tahun lalu, Timnas Indonesia U-16 hampir mengulang capaian 18 tahun sebelumnya. Namun pada babak perempat final, anak asuh Fakhri Husaini kalah 2-3 dari Australia.

Piala AFC U-16 2020 juga merupakan kualifikasi menuju Piala Dunia U-17 2021. Empat tim semifinalis akan mendapat tiket ke putaran final Piala Dunia belia tersebut.

Selain sukses lolos ke persaingan Asia, Timnas Indonesia sebelumnya juga menduduki peringkat tiga Piala AFF U-16 2019. "Kami berharap bisa menyajikan kejutan nanti di Bahrain. Mohon doanya," ungkap Indriyanto Nugroho.

 

Berita Terkait