Bola.com, Jakarta - Thailand dan Vietnam kini sedang bersaing memperebutkan supremasi sepak bola ASEAN. Pelatih yang membesut dua negara itu, Akira Nishino di Timnas Thailand, dan Park Hang-seo di Timnas Vietnam, dalam mode persaingan untuk membawa tim asuhan masing-masing mencatatkan prestasi.
Tak terkecuali dalam dua ajang terdekat dan yang masih dijalani, yakni SEA Games 2019 dan kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia.
Pada penyisihan Grup G kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia, rekor Thailand-Vietnam masih imbang, lantaran pada pertemuan pertama di Thailand, pertandingan berujung skor 0-0.
Pertemuan kedua antara Vietnam versus Thailand bakal terjadi pada 19 November 2019, kali ini dengan Vietnam sebagai tuan rumah.
Percikan psywar sudah bermunculan, bahkan sejak laga pertama yang berlangsung pada 5 September 2019, selesai dipertandingkan. Tak lama setelah itu, media-media di Vietnam ramai menyoroti pernyataan Nishino, yang mengkritik pemain Vietnam, yang dianggap suka berakting.
Ibarat genderang perang sudah ditabuh, persaingan Thailand-Vietnam bakal memuncak pada 19 November nanti. Namun, persaingan itu bisa berlanjut di ajang lain; SEA Games 2019.
Kedua negara itu kembali tergabung di grup sama pada fase penyisihan, lagi-lagi juga dengan Indonesia. Tiga negara itu masuk Grup B di SEA Games 2019 bersama Laos, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Bicara perihal SEA Games, meski dalam mode persaingan, Akira Nishino dan Park Hang-seo rupanya memiliki kesamaan. Kedua pelatih itu pernah sama-sama pernah "membuat kesalahan" dengan tak mengindahkan alias cuek dengan SEA Games.
Hal itu terjadi saat keduanya baru dalam masa awal membesut tim masing-masing. Pada awalnya, baik Park Hang-seo maupun Akira Nishino, terkesan enggan membesut timnas U-22 di SEA Games dan total fokus dengan timnas senior. Mereka menyerahkan mandat kepada yang lain, termasuk sang asisten pelatih.
Pemikiran Berubah
Bisa dimaklumi, keduanya datang dari negara yang tak memahami persaingan sengit yang kerap terjadi di SEA Games, dan betapa prestiusnya medali emas dari turnamen multicabor paling akbar di Asia Tenggara itu.
SEA Games memang tak masuk kalender FIFA sehingga pada awalnya, jadi juara di cabor sepak bola ajang tahunan itu dianggap tak bergengsi.
Hingga, mereka mendapat masukan dan informasi, yang mengubah pandangan mereka.
"Pada awalnya Nishino tak tahu apa-apa tentang SEA Games, tapi kemudian dia mulai menyadari pentingnya SEA Games. Masyarakat Thailand ingin tim mereka memenangi medali emas di SEA Games, dan itu berarti tekanan. Akhirnya, Nishino merepons keinginan fans itu dengan berjanji membawa prestasi," tulis media Thailand, Siam Sports, seperti dikutip dari Bao Giao Thong.
"SEA Games sangat penting buat Thailand," kata Nishino pada akhirnya mengakui hal tersebut.
Hal sama terjadi pada Park Hang-seo. Setelah menyelami ekspektasi masyarakat Vietnam terhadap prestasi di SEA Games, pelatih asal Korea Selatan itu langsung mengubah pemikirannya. Park Hang-seo memutuskan mengambil alih kendali Timnas Vietnam U-22.
Kini kedua pelatih itu harus membagi konsentrasi mereka baik di timnas senior maupun U-22. Untuk sementara, prioritas jatuh ke tim senior mengingat laga lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia sudah di depan mata.
Pemusatan latihan timnas U-22 yang sudah digelar Thailand dan Vietnam, dipimpin asisten pelatih level U-22, setidaknya hingga matchday kelima dan keenam penyisihan Grup G kualifikasi Piala Dunia 2022 tuntas digelar medio November 2019.
Sebagai catatan, Thailand merupakan raja di cabor sepak bola putra SEA Games. The War Elephants menyabet 14 medali emas sejak SEA Games edisi 1977 dan Vietnam baru mencoba meraih medali emas pertama mereka di SEA Games 2019.
Sumber: Berbagai sumber
Baca Juga