Bulutangkis dan Angkat Besi Jadi Cabor Unggulan Indonesia di SEA Games 2019

oleh Muhammad Adi Yaksa diperbarui 18 Nov 2019, 19:30 WIB
Sesmenpora, Gatot Dewa Broto, Ketua KOI, Raja Sapta Oktohari, dan Group Chief Marketing Officer Gojek, Ainul Yaqin. (Bola.com/Muhammad Adiyaksa).

Bola.com, Jakarta - Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora), Gatot S. Dewa Broto, mengatakan beberapa cabang olahraga (cabor) akan menjadi tumpuan kontingen Indonesia untuk mendulang medali emas di SEA Games 2019. Dua di antaranya ialah bulutangkis dan angkat besi.

"Kami kira, cabor-cabor unggulan kami di SEA Games 2019 itu ada di angkat besi karena kami punya Eko Yuli Irawan dan juga cabor bulutangkis. Beberapa cabor lain juga berpotensi," ujar Gatot di Jakarta, Senin (18/11/2019).

Advertisement

Pernyataan Gatot bukan tanpa sebab. Pada SEA Games 2017, cabor angkat besi keluar sebagai juara umum.

Para lifter berhasil mendulang dua medali emas dan dua medali perunggu. 

"Insyaallah kami bisa mewujudukan target. Fokus kami menjadi juara umum," ucap Dirdja Wihardja, pelatih kepala pelatnas angkat besi.

Begitu pula untuk cabor bulutangkis. Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PP PBSI, Susy Susanti, menginginkan atletnya dapat membawa pulang minimal dua medali emas.

"Persiapan kami cukup baik. Target yang ditetapkan seperti tahun kemarin yaitu dua emas. Tapi, kami berharap ini ada peningkatan. Kami berharap bisa jadi juara umum di SEA Games 2019," imbuh Susy.

2 dari 2 halaman

Tidak Mungkin Juara Umum SEA Games 2019

SEA Games 2019 di Filipina. (Bola.com/Dok. VFF)

Sebelumnya, Zainudin Amali selaku Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) menurunkan target medali emas Indonesia di SEA Games 2019. Yang mulanya 54 keping, menjadi minimal 45 medali emas.

"Pak Menpora mengatakan, paling sedikit 45 medali emas karena di SEA Games 2017 kami mendapatkan 38 medali emas. Syukur kami bisa naik peringkat dari urutan kelima dua tahun lalu," imbuh Gatot.

"Jadi, harapannya, margin eror dari wasit, kondisi lingkungan dan sebagainya bisa berkurang. Kami sadar tidak mungkin jadi juara umum. Supaya tidak kalah sebelum berperang, kami tetap realistis juga dalam konteks kami tahu ukuran negara lain seperti apa," tuturnya.

Berita Terkait