Bola.com, Jakarta Bukan Simon McMenemy atau Yeyen Tumena, tapi Indra Sjafri. Ya, setelah hati penggemar bola di Tanah Air dibuat galau segalau-galaunya dengan kiprah amburadul timnas senior di kualifikasi Piala Dunia 2022, penampilan Indonesia U-22 di SEA Games 2019 membuat jantung kita kembali berdegub hidup. Terima kasih coach Indra, saya percaya medali emas sepak bola tetap bisa kita raih meskipun kita terpeleset kalah 1-2 dari Vietnam di fase grup pada Ahad kemarin.
Well, kebijakan non-teknis McMenemy dalam menilai karakter seorang pemain ternyata tidak sedingin tangannya ketika masih menangani Bhayangkara FC. Persoalan ini mulai mengudara di kepala saya ketika ia memutuskan memilih kiper Andritany Ardhiyasa menjadi kapten skuat Garuda Merah-Putih di laga pertama kualifikasi Piala Dunia 2022 melawan Malaysia.
Menurut saya Andritany secara skill, teknis, dan mental, memang belum siap dan pada akhirnya waktu jualah yang membuktikan kekhawatiran saya. Sementara itu, Yeyen Tumena, teman saya sejak semasa kami berdua masih menjadi komentator di televisi, kemudian amat sulit melakukan pembersihan cepat di timnas senior selepas piring-piring kotor yang ditinggalkan McMenemy masih menumpuk di dapur.
Ya, persoalan character judgement jadi sisi penting dalam komparasi pemilihan bahan baku pemain kedua timnas yang berbeda koki ini. Saya kian mengenal dekat coach Indra pada 2014 di kala ia menyambangi kantor kami di SCTV Tower untuk menjalani syuting video wawancara. Saat itulah saya mengerti kenapa pria asal Sumbar tersebut selalu bisa membentuk karakter tim-tim yang ditanganinya dengan khas. Mantan pilar PSP Padang itu adalah motivator ulung yang selalu membakar semangat anak-anak asuhannya dengan kesadaran bahwa Indonesia adalah negara yang besar yang sudah terlalu lama tertidur!
Rotasi memang diperlukan melawan Vietnam
Indra Sjafri bukan hanya bisa membentuk karakter permainan tim yang solid, tapi sekaligus jago dalam mencengkeram dengan kuat para pemainnya dengan disiplin yang tercermin langsung di lapangan. Winger bengal seperti Saddil Ramdani, misalnya, tampil sangat spartan ketika Indonesia U-22 melawan Vietnam karena pemain Pahang tersebut respek kepada coach Indra, yang menugasinya untuk ikut membantu pertahanan di sisi kiri.
Pada sisi lain, pelatih Singapura U-22, Fandi Ahmad, menyebut modal utama coach Indra adalah para pemain dengan talenta istimewa di semua lini. Bintang Singapura era 80-an yang berdarah Pacitan itu menyebut setidaknya ada dua pemain berbakat hebat di setiap lini Indonesia, dan itu belum termasuk kiper Nadeo Argawinata. Fandi Ahmad benar, namun tanpa sosok kharismatis dan ekstra keras sekelas coach Indra rasanya kumpulan bakat hebat justru bisa menjadi magnet untuk segudang persoalan.
Kini dengan bakat dan karakter yang kuat, Indonesia U-22 menurut saya memiliki modal untuk membawa pulang medali emas dari Manila bulan ini. Kendala terberat menuju ke arah sana adalah hantu cedera dan ketahanan stamina. Dan ini disadari sepenuhnya oleh Indra dkk. di tim kepelatihan Indonesia U-22. So, tidaklah mengherankan pula kepada pada akhirnya Indra melakukan rotasi yang membuat banyak dahi mengernyit pada saat kita menghadapi Vietnam di fase grup.
Jumpa lagi Vietnam di final, siapa takut?
Saat itu Egy Maulana Vikri dan Evan Dimas tidak diturunkan sebagai starter dan taktik “pe-pe-pa” alias (umpan) "pendek-pendek-panjang" terbukti bisa tetap berjalan mulus di 45 menit pertama. Sayangnya, dengan strategi rotasi itu pulalah akhirnya Indra Sjafri terpaksa melepas filosofi “wajib menguasai bola” yang dulu membawa tim asuhannya menjuarai Piala AFF U-19 enam tahun silam dan juga lolos ke Piala Asia U-19 pada 2014.
Dengan catatan di atas dan kedalaman skuat yang mumpuni, Andy Setyo dkk. saya yakini akan melaju final SEA Games 2019. Dan bila pada akhirnya Indonesia U-22 kembali berjumpa Vietnam di partai pemuncak, coach Indra jelas tidak perlu lagi melakukan rotasi pemain bukan?
Tanpa gangguan akumulasi kartu dan cedera pemain yang terlalu parah, Indonesia U-22 akan punya modal kuat untuk menguasai bola dan mendominasi Vietnam, meski skuat the Golden Stars punya motivasi besar guna meraih emas sepak bola pertamanya. Coach Indra pernah menaklukkan Korea Selatan U-19 untuk lolos ke final Piala Asia, saya percaya ramuan pelatih asal Korea Selatan yang menukangi Vietnam saat ini pun tidak sulit juga untuk diatasinya. Apapun hasilnya, sujud syukur sang pelatih akan kita lihat di kala peluit nyaring berbunyi di pengujung laga SEA Games 2019. Doa kami besertamu timnas, ayo bangun!
*Penulis adalah wartawan, VP Operations dan Editor in Chief untuk Bola.com serta Bola.net, kolom ini berisi wawasan pribadi yang terlepas dari sikap kolektif insitusi.