Bola.com, Jakarta - Saat Liga Champions memasuki matchday ketiga, mungkin banyak yang mengira kalau perjuangan Atalanta sudah selesai, persis seperti Cinderella yang harus segera pulang sebelum tengah malam tiba.
Bagaimana tidak, tiga kekalahan beruntun didapat oleh anak asuh Gian Piero Gasperini. Dua hasil telak juga didapat, yakni 0-4 di markas Dinamo Zagreb, dan 1-5 di Etihad Stadium, kandang Manchester City.
Pada kesempatan bermain di depan puluhan ribu pendukungnya pun, Atalanta tak bisa berbuat banyak. Setelah sempat unggul lebih dulu lewat gol Duvan Zapata, Shakhtar Donetsk mampu membalas dua kali, masing-masing melalui Moraes menit 41' dan Manor Solomon pada menit 90'+4.
Satu-satunya hal yang membanggakan dari kekalahan 1-2 atas Shakhtar yakni gol Zapata tercatat di buku rekor klub sebagai pencetak gol pertama Atalanta di Liga Champions. Ya, Liga Champions 2019-2020 merupakan kali pertama buat Atalanta mentas di kompetisi tertinggi Benua Biru.
Atalanta datang ke megahnya arena Liga Champions bak Cinderella yang tak bergelimang harta dan serba kekurangan. Jauh sebelum memastikan diri lolos ke babak grup, mereka sebetulnya terancam batal ikut serta karena laporan keuangan yang nyaris menyentuh garis minus.
Finansial Atalanta tengah jeblok saat itu dan harapan publik Bergamo yang berjumlah tak lebih dari 150.000 orang untuk menyaksikan tim kebanggaannya berlaga di kompetisi Eropa nyaris sirna. Efisiensi budget pun dilakukan. Manajemen klub menghadiahi pemain-pemain terbaiknya dengan kontrak baru dan minim belanja pemain. Hal itu sudah dilakukannya sejak awal musim 2018-2019, seakan yakin betul suatu saat Atalanta akan berkompetisi di Liga Champions.
Berdasarkan keterangan The Guardian, total gaji pemain Atalanta tidak menembus 10 besar di Italia. Itu artinya, para pemain tidak digaji besar karena keuangan Atalanta tidak semewah klub-klub lain di Liga Champions.
Mungkin pada musim 2018-2019 Atalanta hanya mematok Liga Europa. Sebab, buat tim sekelas Atalanta, finis di peringkat ketiga bukan perkara mudah. Tanpa mengesampingkan kekuatan mereka, harus ada tim-tim kuat yang performanya menurun agar Papu Gomez dkk. bisa merangsek ke zona Liga Champions.
Singkat cerita, Atalanta berhasil mendapatkan tiket Liga Champions. Setelah tumbang pada tiga laga perdana, Kota Bergamo sibuk mempersiapkan kehadiran tamu besar, yakni Manchester City. Suporter seakan tidak peduli bahwa pada leg pertama, Atalanta digasak 1-5 di Etihad Stadium.
"Atalanta harus mencoba mendikte permainan seperti yang biasa Atalanta lakukan di Serie A," kata Papu Gomez.
"Mari sama-sama kita sepakati dulu bahwa City adalah tim yang kualitasnya jauh di atas kita, mungkin mereka yang terbaik di Eropa," katanya lagi kontradiktif dengan ucapan pertamanya.
Di luar dugaan, Atalanta mampu menahan imbang Manchester City 1-1. Hari bersejarah buat Atalanta. Ini merupakan poin pertama mereka di Liga Champions. Satu poin yang sangat berharga.
Tidak berlebihan menganggap satu poin atas City sebagai kemenangan. Pasalnya, Atalanta saat itu sedang labil menyusul hasil imbang kontra Napoli (2-2) dan kekalahan dari Cagliari (0-2). Bahkan, mereka kembali meraih hasil imbang melawan Sampdoria dan kekalahan menyakitkan 1-3 dari Juventus pada dua laga setelah momen bersejarah di Liga Champions.
Malam Masih Panjang Buat Cinderella dari Bergamo
Satu poin yang didapat dari empat pertandingan Liga Champions, mayoritas orang mungkin menilai itu tak akan banyak membantu, bahkan untuk berada di peringkat ketiga klasemen akhir sekali pun. Tampaknya, Cinderella harus segera pulang. Malam Liga Champions tidak sepanjang yang Atalanta harapkan, awalnya.
Dibayang-bayangi kekalahan 0-4, Atalanta bertekad membalaskan dendam kepada Dinamo sekaligus meraih kemenangan pertama di Liga Champions. Harapan tersebut terwujud. Luis Muriel cs. sukses meraih kemenangan usai mengalahkan lawannya dengan skor 2-0, sementara City ditahan imbang Shakhtar 1-1 pada matchday kelima.
Sadisnya, kemenangan tersebut masih menempatkan Atalanta di dasar klasemen dengan empat poin. Shakhtar di peringkat kedua dengan enam poin, sementara Dinamo berada di tangga ketiga dengan lima poin. Kabar bagusnya, Atalanta masih punya peluang untuk lolos ke babak 16 besar.
Tibalah saatnya penentuan. Laga yang sulit buat Atalanta bermain di Ukraina. Laga yang sulit buat tim mana pun sebenarnya menghadapi Shakhtar Donetsk di Ukraina. Tetapi, Cinderella tahu dia nothing to lose pada laga kali ini. Ia harus mengerahkan yang terbaik tanpa peduli hasil pertandingan Dinamo Zagreb kontra Manchester City yang juga masih menentukan.
Kabar buruknya, Gasperini bermain tanpa dua bek andalannya, Rafael Toloi dan Simon Kjaer. Jose Luis Palomino kini berduet dengan bek veteran Andrea Masiello dan pemain pelapis Berat Djimisiti. Atalanta juga tanpa Josip Ilicic di lini tengah. Sepatu kaca yang Atalanta miliki pada malam itu hanyalah Luis Muriel, Papu Gomez, dan Mario Pasalic.
Kendati demikian, ketika mata penikmat Serie A tertuju pada perjalanan Juventus, Inter Milan, dan Napoli, Atalanta justru tampil luar biasa. Tidak tanggung-tanggung, tim berjulukan Orobici itu mampu menyudahi pertandingan dengan skor telak 3-0. Pada pertandingan lain, City tanpa kesulitan berarti mengalahkan Dinamo dengan skor 4-1. Hari Rabu 11 Desember 2019 menjadi hari bersejarah buat Atalanta. Malam panjang mereka di Liga Champions masih berlanjut.
''Kami senang memberikan ini untuk kota Bergamo, untuk para penggemar dan untuk sepak bola Italia. Kami melakukannya dan menunjukkan bahwa gaya permainan kami dapat berhasil di Eropa,'' kata Gasperini.
''Kami senang bermain di Liga Champions. Kami pun berharap bisa membawa para penggemar kami ke kota yang indah untuk laga tandang,'' ujar pelatih berusia 61 tahun itu melanjutkan.
Kini, Atalanta menunggu drawing babak 16 besar Liga Champions hari ini, Senin (16/12/2019) pukul 18.00 WIB. Barcelona, Bayern Munchen, Leipzig, Liverpool, PSG, dan Valencia sudah menanti Cinderella dari Kota Bergamo. Masihkah panjang malam mu, Orobici?
Diolah dari berbagai sumber