Bola.com, Jakarta - Chief Executive Officer (CEO) Persija Jakarta, Ferry Paulus, mendapat rapor merah dari Ketua The Jakmania, Tauhid Indrasjarief. Pria asal Manado, Sulawesi Utara itu disebut sering membuat blunder fatal.
Ferry Paulus kembali mengambil alih kemudi Persija Jakarta mulai tahun ini. Sebelumnya, tim berjulukan Macan Kemayoran itu sempat dipimpin Gede Widiade sebagai Direktur dan Rafil Perdana sebagai Chief Executive Officer (CEO) selama dua tahun yang berujung torehan treble winner pada 2018 meliputi trofi Boost SportsFix Super Cup, Piala Presiden, dan Liga 1.
Sebelum Gede dan Rafil masuk ke Persija Jakarta pada 2017, Ferry Paulus berperan penting dalam roda kepengurusan Persija Jakarta sejak 2011.
"Penilaian Ferry Paulus tahun ini? Blunder, banyak blunder," ujar Tauhid, yang juga karib dipanggil Bung Ferry tersebut.
"Pertama, ketika dia mengganti Ivan Kolev. Itu blunder apalagi penggantinya Julio Banuelos. Kolev masih bisa diberikan kesempatan. Lalu kalah terus? Waktu itu, Marko Simic tidak bisa bermain. Kasih kesempatan Kolev dengan materi pemain yang lengkap."
"Lalu, diganti Julio yang saya tidak tahu orang ini dari mana tiba-tiba ada. Ini mubazir dan buang-buang uang. Mungkin kalau Julio dibuat karikatur, dia pulang bawa koper dengan duit berserakan lalu dia tertawa 'gue tipu lu sekian bulan'. Saya kesal sekali. Itu blunder paling parah," tutur Bung Ferry.
Menyayangkan Dibuangnya Bruno Matos
Bung Ferry juga menyayangkan keputusan Ferry Paulus yang kerap merombak pemain asing sebelum dan saat kompetisi berjalan. Terutama ketika membuang Bruno Matos yang diduga tidak cocok dengan Julio.
Tidak lama setelah kontrak Matos diputus, Ferry Paulus lalu memecat Julio dan menggantikannya dengan Edson Tavares. Sebelum arsitek asal Spanyol itu lengser, Persija Jakarta telanjur memenuhi permintaanya dengan mendatangkan Joan Tomas.
Bung Ferry juga heran saat Persija memilih mendatangkan Steven Paulle dari PSM untuk menggantikan Neguete sebelum Liga 1 2019.
"Saya pertanyakan karena Paulle tidak dipakai PSM Makassar lagi karena dia cedera dan terbukti mubazir. Jadi banyak blunder-blunder yang dilakukan," imbuh pria berusia 54 tahun itu.
"Termasuk ketika dia memilih mendatangkan Joan Tomas. Dia alumnus LaLiga Spanyol. Dia harus jadi pemimpin di tim ini. Dulu kami punya Luciano Leandro dan Ronald Fagundez, terlihat mobilitasnya. Ini tidak, blunder lagi. Kehadiran Xandao menggantikan Paulle juga tidak menarik buat saya. Awal-awal kelihatan hebat. Kedatangan Fachruddin Aryanto itu baru bagus," jelas Bung Ferry.
"Yang disayangkan Matos. Saya pernah bilang, buang Julio, jangan Matos. Cari pelatih yang bisa memadukan Matos dengan Marko Simic. Saya yakin ini akan menjadi klub paling berbahaya di Indonesia. Tapi ternyata Matos yang dibuang. Di mana-mana, seorang Diego Maradona bandel, Johan Cruyff bandel, Marco van Basten bandel. Di mana-mana, pemain jenius itu bandel. Jadi harus punya pelatih yang bisa menangani. Dulu Greg Nwokolo bandel, ketika masuk Persija Jakarta, ada Bambang Pamungkas, ada Rahmad Darmawan, dia bagus," kata Bung Ferry.
Di tangan Ferry Paulus, pencapaian Persija menurun. Berlabel sebagai juara bertahan saat mengawali musim, Macan Kemayoran hanya mampu bersaing untuk tidak terdegradasi di tahun ini.
Saat ini, Persija Jakarta masih terjebak di peringkat ke-13 dengan 41 poin. Teraktual, Macan Kemayoran dikalahkan Persebaya Surabaya 1-2 pada pekan ke-33 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Selasa (17/12/2019).