Andrea Dovizioso Tak Mau Disebut Superstar

oleh Wiwig Prayugi diperbarui 31 Des 2019, 05:30 WIB
Pembalap Ducati, Andrea Dovizioso, menjuarai MotoGP Qatar di Sirkuit Losail, Minggu (10/3/2019). (Twitter/MotoGP)

Bola.com, Jakarta Pebalap Ducati Team, Andrea Dovizioso, mendapat banyak penggemar dalam tiga musim terakhir. Dovizioso sukses jadi rival terdekat Marc Marquez. Selain itu, dia juga punya karakter tenang dan rendah hati.

Meski penggemarnya bertambah, Dovizioso merasa seperti 'superstar' MotoGP. Kepada Speedweek, Dovizioso menyatakan dirinya 'normal' orang lein.

Advertisement

Menurutnya, ia terlihat seperti 'bintang' hanya karena ia seorang atlet yang kebetulan kejuaraannya disiarkan di televisi. Rider Italia ini juga masih memegang erat prinsip hidup sederhana dan dekat dengan keluarga.

"TV membuat Anda jadi bintang, tapi kami ini orang normal. Saat masih kecil, kami latihan minibike dengan orang tua, yang menghabiskan uang agar cita-cita kami tercapai. Jelas saya kini turun di dunia yang penuh uang, sorotan TV dan media, tapi saya tak boleh lupa jati diri saya," tuturnya.

Saat pulang ke Forli, Italia, Dovizioso juga lebih suka menghabiskan waktu dengan keluarga dan teman-temannya, atau berlatih motocross demi mempersiapkan diri menghadapi balapan berikutnya. Ia juga mengaku tak terlalu tertarik menambah pundi-pundi kekayaan.

"Saat pulang, saya lebih suka latihan motocross. Saya juga tak terlalu tertarik dengan apa yang bisa saya lakukan untuk menambah pemasukan. Dari sudut pandang ini, kami adalah orang normal dibanding atlet lainnya. Mentalitas ini akan selalu ada, bahkan jika Anda telah berkarier selama 15 tahun," kata Andrea Dovizioso.

2 dari 2 halaman

Mental Sejak Kecil

Pembalap Ducati Team, Andrea Dovizioso berhasil finis pertama pada balapan MotoGP Malaysia di sirkuit Sepang, Minggu (29/10). Dovizioso menyelesaikan balapan dengan catatan waktu 44 menit 51.497 detik. (AFP PHOTO / Manan VATSYAYANA)

Dovi mengakui punya mental tersebut sejak masih anak-anak. Saat masih turun pada ajang balap domestik, ia tak pernah terpikir bisa turun di ajang Grand Prix mengingat beban besar yang harus dipikul.

"Dulu saya malah merasa bebannya bakal besar. Kala itu ada Loris Capirossi, Marco Melandri, Valentino Rossi, yang datang saat mereka masih sangat muda. Anda mungkin berpikir punya peluang, tapi Anda tak terlalu memikirkannya," kisah rider 33 tahun ini.

Meski begitu, Dovizioso tak memungkiri bahwa kala itu dirinya sudah punya idola dari ajang Grand Prix. Ia pun menyebutkan dua pebalap yang sampai sekarang masih ia jadikan sebagai panutan.

"Semua pebalap di kejuaraan dunia adalah pahlawan, dan Anda pasti ingin seperti mereka. Saya sangat mengidolakan Kevin Schwantz, tapi Vale jelas pebalap yang diamati banyak orang karena sering menang. Saya rasa semua orang pasti punya posternya di kamar tidur!" pungkas Dovizioso.

Andrea Dovizioso dan Rossi masing-masing akan menjalani musim ke-19 dan 25 mereka di ajang Grand Prix tahun depan. Mereka akan kembali turun lintasan dalam uji coba pramusim MotoGP Sepang, Malaysia, pada 7-9 Februari 2020.

 

Sumber: Speedweek

Disadur dari: Bola.net (Anindhya Danartikanya, published 30/12/2019)

Berita Terkait