Dari Pelatih Asing, Madura United Beralih ke Arsitek Lokal

oleh Aditya Wany diperbarui 04 Jan 2020, 12:15 WIB
Latar belakang mengapa Madura United yang kini lebih condong ke pelatih lokal ketimbang arsitek asing. (bola.com/Rudi Riana)

Bola.com, Bangkalan - Keputusan Madura United merekrut Rahmad Darmawan sebagai pelatih kepala menjadi catatan baru. Untuk pertama kalinya, Laskar Sape Kerrab mendatangkan pelatih lokal sejak awal musim.

Sejak berdiri pada 2016, Madura United mengandalkan pelatih asing. Di antaranya adalah Gomes de Oliveira (Brasil), Milomir Seslija (Bosnia), dan Dejan Antonic (Serbia). Ketiganya mengalami nasib yang sama, keluar sebelum musim berakhir.

Advertisement

Terakhir, tim asal Pulau Garam itu sebenarnya diarsiteki oleh pelatih lokal, yaitu Rasiman. Namun, pelatih kelahiran Banjarnegara ini meneruskan tongkat estafet yang ditinggalkan Dejan Antonic pada pertengahan musim 2019.

"Yang jelas, pelatih asing yang kami pekerjakan selama ini belum memberi prestasi untuk Madura United. Tidak ada jaminan pelatih impor itu akan membawa perubahan positif untuk tim," kata Haruna Soemitro, Direktur Madura United, kepada Bola.com.

"Ada beberapa kultur dan hal lainnya yang berbeda. Contoh utama adalah kendala komunikasi dan bahasa. Di tangan pelatih lokal, kendala seperti ini tidak akan terjadi karena bahasa kami masih sama," imbuh pria berusia 55 tahun itu.

Kendala komunikasi itu kerap menjadi momok buat Madura United. Gomes dan Dejan misalnya, sama-sama lancar berbahasa Indonesia, tetapi tidak terlalu fasih. Lalu, Milomir Seslija, yang harus menggunakan Bahasa Inggris untuk berbicara dengan pemain atau awak media.

2 dari 2 halaman

Kompak Geregetan

Rahmad Darmawan resmi menjadi pelatih Madura United. (Bola.com/Aditya Wany)

Itulah mengapa Madura United membuat kebijakan baru dengan merekrut pelatih lokal, yaitu Rahmad Darmawan. Pelatih berusia 53 tahun itu sarat pengalaman dan termasuk arsitek tim lokal yang sukses di Indonesia.

Kebetulan, pelatih yang akrab disapa RD itu sudah lama tidak memberi prestasi gelar juara untuk tim yang ditanganinya. RD kali terakhir meraih trofi pada 2010 saat membawa Sriwijaya FC menjuarai Piala Indonesia.

"Saya merasa Madura United dan coach RD sama-sama geregetan. Coach RD sudah lama tidak juara, sementara Madura United belum juara. Kalau digabungkan, kami sama-sama punya motivasi kuat meraih itu," imbuh Haruna.

Di sisi lain, pengalaman RD mengangani berbagai klub seperti Sriwijaya FC, Persipura Jayapura, Persija Jakarta, hingga Tira Persikabo menjadi nilai tambah. Dia juga pernah menjadi pelatih Timnas Indonesia U-23 dan membangun tim bermental juara.

"Saya berharap coach RD bisa mendorong pemain lokal untuk lebih hebat, bagaimana pelatih itu menghasilkan tim yang kuat. Penting untuk pelatih bisa memberi dampak bagi perkembangan pemain, terutama yang muda," tutur Haruna.

Berita Terkait