CEO Persik Abdul Hakim Bafagih, Lebih Profesional Bersama Generasi Milenial

oleh Gatot Susetyo diperbarui 08 Jan 2020, 08:30 WIB
Wawancara Eksklusif - Abdul Hakim Bafagih (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta Pada musim perdana di Liga 1, Persik Kediri merombak wajah di jajaran manajemen. Perubahan mencolok adalah masuknya Abdul Hakim Bafagih sebagai CEO Persik, menggantikan Subiyantoro.

Persik Kediri tengah dalam persiapan untuk melakoni debut mereka di Liga 1 setelah berhasil promosi dengan menjuarai Liga 2 2019. Satu di antara persiapan tersebut adalah perubahan dalam struktur manajemen. Subiyantoro, yang pada musim lalu menjadi CEO Persik, kini digantikan oleh Abdul Hakim Bafagih.

Advertisement

CEO baru Persik ini merupakan anak muda berusia 27 tahun. Masih berstatus lajang, Abdul Hakim Bafagih terlihat menjadi sosok yang penuh energi dan bermotivasi tinggi.

Abdul Hakim Bafagih juga tercatat sebagai anggota Komisi X DPR RI. Ia juga merupakan pecinta Persik Kediri sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar.

Kepada Bola.com, Abdul Hakim Bafagih buka-bukaan mengenai rencana dan ide yang dimilikinya untuk membawa Persik Kediri di Liga 1 2020. Berikut petikan wawancaranya.

 

2 dari 2 halaman

Kecintaan Milenial Terhadap Persik

Sejak kapan Anda suka sepak bola, terutama Persik?

Saya mulai SD menjadi penggemar Persik Kediri. Kebetulan lokasi SDN Banjaran IV tepat di depan mes Persik. Saya selalu ke stadion saat Persik latihan atau bertanding. Seperti anak-anak kecil lainnya, saya juga berburu tanda tangan pemain.

Bagaimana cerita Anda masuk ke manajemen Persik?

Awalnya 2016. Ayah saya kebetulan suka sepak bola dan punya tanggung jawab moral terhadap eksistensi Persik karena ketika itu menyelesaikan semua tunggakan utang kepada pemain.

Jadi keluarga yang mendanai mulai Liga 2 2017, degradasi di Liga 3 2018, dan juara Liga 2 2019. Tapi, waktu itu saya hanya membantu ayah. Itu saya lakukan hingga 2019. Nah, di Liga 1 ini ayah menyerahkan manajemen kepada saya.

Apa ide dan rencana Anda untuk Persik ke depan?

Latar belakang saya adalah seorang pengusaha. Jadi saya akan mengelolanya seperti perusahaan. Persik klub profesional, semua juga harus profesional. Langkah pertama pembenahan SDM dan kesehatan keuangan.

Dua faktor ini sangat penting. Saya akan ajak jajaran pengurus 'berlari'. Jika tidak berlari, kami akan ketinggian dari klub-klub lain.

Anda masih muda, tentu banyak energi dan manuver lain. Apa kira-kira yang akan dilakukan selain pembenahan manajemen?

Saya akan jadikan Persik tak sekedar klub sepak bola. Tapi, harus ada sisi entertainment juga. Di sini pelakunya adalah pemain.

Saya ingin mulai dari manajemen hingga tim diisi anak-anak muda milenial. Makanya, kami kontrak Joko Susilo, pelatih muda potensial untuk menangani pemain muda Persik.

Apakah Anda juga akan menyentuh suporter?

Pasti. Persikmania adalah pendukung riil kami. Prestasi yang diraih Persik selama ini berkat dukungan suporter. Kami bisa bangkit dari keterpurukan juga karena andil mereka.

Suporter sekarang adalah generasi milenial. Jadi ada titik temu antara manajemen milenial dengan suporter milenial. Kebetulan ada beberapa pentolan suporter yang ternyata mantan teman-teman saya saat masih SD dan SMP. Jadi huhungan kami lebih dekat.

Berapa tahun target Anda untuk membawa Persik bisa kembali prestasi seperti era juara 2003 dan 2006?

Jujur perjuangan kami lebih berat dibanding era tersebut. Waktu itu dana tak jadi masalah, karena boleh memakai APBD. Makanya, di Liga 1 ini kami harus kerja sangat keras.

Bagaimana mencari sponsor, merangkul suporter, dan bersaing dengan kontestan Liga 1 lainnya. Karena persaingan Liga 1 sangat keras, target kami pun harus bertahap. Insyaallah, dalam tiga tahun Persik bisa sehat dalam segala hal. Jika sudah sehat, baru kami bicara prestasi.

Berita Terkait