Jakarta Hari ini tepat setahun yang lalu, pemain Cardiff City, Emiliano Sala, mengalami kecelakaan pesawat. Dan selama itu juga keluarga menyimpan pertanyaan seputar insiden tragis tersebut.
Sala tewas saat pesawat yang ditumpanginya dalam penerbangan dari Nantes menuju Cardiff jatuh di Selat Inggris pada 21 Januari 2019. Jenazah pemain asal Argentina tersebut baru ditemukan dua pekan setelahnya. Sedangkan pilot yang membawanya malam tersebut masih hilang hingga saat ini.
Penyelidikan telah dilakukan untuk mengungkap kecelakaan tersebut. Hanya saja, sampai saat ini, pihak keluarga belum mendapat jawaban yang meyakinkan dari pihak berwenang. Mereka kemudian secara resmi menyampaikan unek-unek ini saat memperingati setahun kematian Emiliano Sala.
Pernyataan dibacakan oleh pengacara Daniel Machover of Hickman & Rose solicitors yang mewakili pihak keluarga, Selasa (21/1/2020). "Pihak keluarga memperingati kematian Emiliano yang datang sebelum waktunya dengan tertutup, tenang, dan merenung atas kehilangan mereka," kata pengacara.
"Perhatian utama keluarga inti tetap agar pemeriksaan menyeluruh segera dilakukan sehingga mereka bisa mengetahui kebenaran tentang apa yang terjadi dan ke depan bisa mencegah anggota keluarga lain menderita kehilangan orang-orang yang mereka cintai," bunyi lanjutan pernyataan keluarga Sala.
Rencananya, sidang pra-pemeriksaan akan digelar pada 16 Maret. Pihak keluarga Emiliano Sala meminta semua pihak yang berwenang, seperti penyidik, polisi, CAA (Otoritas Penerbangan Sipil), dan khususnya AAIB (Cabang Investigasi Kecelakaan Udara) agar mempercepat kerjanya.
Saksikan video menarik di bawah ini:
Keracunan
Insiden tragis menimpa Emiliano Sala tidak lama setelah memutuskan pindah dari klub Prancis, Nantes ke Cardiff. Pemain berusia 28 tahun itu baru saja ditebus dengan nilai sebesar 15 juta pound.
Agennya, Willie McKay kemudian menyewa pesawat untuk membawa Sala ke Cardiff. Namun, pesawat yang diterbangkan oleh pilot David Ibottson itu tidak pernah sampai ke tujuan.
Sebelumnya, pemeriksaan racun yang dilakukan menemukan kandungan gas karbon monoksida yang tinggi di dalam tubuh Sala. Meski demikian, pemeriksaan post-mortem menyatakan kematian pria berusia 28 tahun itu disebabkan oleh cedera parah di bagian kepala dan sebagian besar tubuhnya.
AAIB juga berpendapat sama. Menurut mereka, pilot juga terpapar gas yang sama. Kandungan karbon monoksida yang tinggi dicurigai telah menyebabkan keduanya tidak sadarkan diri.
Sumber: Liputan6.com
Disadur dari: Liputan6.com (Marco Tampubolon/Edu Krisnadefa, published 21/1/2020)