Bola.com, London - West Ham United wajib bertahan di panggung Premier League jika tak ingin bangkrut. Neraca keuangan klub berjulukan The Hammers itu hingga saat ini minus hingga 27 juta pounds dan masih sulit untuk menutupinya.
Dalam empat tahun belakangan, West Ham telah menghabiskan sekitar 215 juta pounds. Ironisnya, hampir tiap tahun selama kurun waktu tersebut klub London Utara itu berkutat di papan bawah.
Sempat ada asa yang membumbung tinggi ketika mantan manajer Manchester City dan Real Madrid, Manuel Pellegrini berada di balik nahkoda tim. Namun, manajemen akhirnya memecatnya dan mengutus David Moyes sebagai manajer.
Bobroknya prestasi West Ham ditengarai karena ketidakbecusan manajemen klub dalam mengelola sebuah tim sepak bola. David Sullivan, David Gold, dan Karren Brady adalah 'trisula maut' yang membawa klub yang didirikan oleh pekerja galangan kapal itu menuju keterpurukan.
Protes demi protes telah dilakukan suporter West Ham dalam lima tahun belakangan. Sudah banyak tuntutan agar ketiga orang yang pernah menguasai Birmingham City itu angkat kaki dari London Stadium.
Beberapa pekan lalu, gelombang protes terjadi di luar London Stadium jelang laga kontra Everton. Namun, mereka berkilah telah sukses mengeluarkan West Ham dari 'penyakit'. Akan tetapi, kekecewaan suporter telah menumpuk.
Jawaban Gold, Sullivan, dan Brady (GSB) selalu sama:
"Kami berhasil membawa West Ham menjadi satu di antara klub top di Premier League, bahkan Eropa. Indikator utama kami adalah dengan memindahkan stadion dari Boleyn Ground ke London Stadium," kata mereka dalam berbagai kesempatan.
Buat para suporter sebaliknya. Keputusan GSB menghancurkan Boleyn Ground dan memindahkan markas West Ham ke Olympic Stadium, yang sebetulnya hanya berstatus sewa, tidak disukai mayoritas fans.
"Manajemen klub memutuskan pada 2018 kemarin untuk meningkatkan investasi, yakni dengan mendatangkan manajer kelas dunia, pemain klas dunia, dan tentunya insfrastruktur," kata Sullivan terkait London Stadium.
Pada musim 2018-2019, West Ham mengeluarkan dana mencapaii 108 juta pounds untuk transfer pemain saja. Gaji pun membengkak, tapi prestasi makin mangkrak. Bukannya memperbaiki teknis, manajemen malah merogoh kocek lagi sebesar 4 juta pounds untuk memperbaiki tempat latihan mereka, Rush Green, tempat latihan yang sudah tidak dipakai sejak era Slaven Bilic.
Masalah lain datang bertubi-tubi. Prestasi yang dijanjikan tak kunjung terjadi. Alih-alih menjadi tim disegani, West Ham malah terancam terdegradasi untuk kesekian kali.
Video
Bangkrut Jika Terdegradasi?
"Bertahan di Premier League adalah sebuah keharusan mutlak demi keberlangsungan klub," bunyi pernyataan West Ham.
West Ham menyatakan bahwa akan ada konsekuensi mahal jika akhirnya musim depan turun kasta ke Divisi Championship. Padahal, pada Oktober tahun lalu Sullivan sesumbar bisa menembus empat besar.
Efek dari tidak tampilnya West Ham di Premier League memang sangat besar. Tak cuma West Ham saja sebenarnya. Semua klub Premier League sangat bergantung pada uang dari hak siar yang jumlahnya per musim bisa mencapai 35 juta pounds. Jumlah yang akan sangat membantu menghidupi semua orang di West Ham selama satu musim kompetisi.
Bermain di Championship Division berimbas pada klausul-klausul lain berkaitan dengan sponsor yang sangat mungkin membatalkan kerja sama kontrak.
Dikutip dari BBC, perputaran uang di West Ham selama satu tahun hanya naik 8,75 persen mencapai 190,7 juta pounds. Akan tetapi, total gaji seluruh pemain naik 28 persen menjadi 135,8 juta pounds. Itu belum ditambah uang yang dikeluarkan untuk biaya transfer, bonus, dan tetek bengek lainnya.
Pengeluaran terbesar ada pada Issa Diop, Lucasz Fabianski, Jack Wilshere, Andriy Yarmolenko, dan Felipe Anderson. Selain itu, West Ham juga menghambur-hamburkan uang mencapai 45 juta pounds untuk Sebastian Haller, mantan duet Luka Jovic di Eintracht Frankfurt. Sayang, dari 22 penampilan, striker asal Jerman itu baru mencetak enam gol saja.
"Sekarang kami yakin West Ham adalah salah satu tim dengan skuat dan manajemen terkuat di Premier League," lanjut Sullivan.
Manajemen Bobrok
Untuk urusan keuangan, GSB mungkin ahlinya. Toh, ia terbukti membawa West Ham masuk 20 besar tim terkaya Eropa per 2019 kemarin. Akan tetapi, mereka tidak pintar dalam urusan teknis sepak bola.
Parahnya, mereka juga tidak cermat memilih orang-orang di bawahnya.
Ketika Pellegrini direkrut, ia membawa serta 'sohibnya', Mario Husillos sebagai Direktur Sepak Bola West Ham. GSB yakin betul keduanya adalah jawaban terbaik dan rela mengeluarkan angka besar buat keduanya.
Pada 2018 silam, ketika Pellegrini dan Husillos datang, Sullivan memutuskan untuk menyerahkan segala urusan transfer kepada dua orang tersebut. Sayang, kepercayaan itu dikhiantai.
Banyak blunder yang dilakukan Husillos. Perekrutan paling buruk adalah Roberto, kiper yang diterbangkan dari Espanyol. Ia diplot sebagai pelapis Fabianski, namun performanya sangat mengecewakan. 16 gol bersarang dari tujuh penampilan.
Lalu David Martin, kiper ketiga, dipercaya sebagai penjaga gawang utama. Hasilnya cukup bagus, di mana pada debut kontra Chelsea, anak dari legenda West Ham itu meraih clean-sheet. Namun berikutnya, tetap saja gawang The Hammers jadi bulan-bulanan lawan.
Permasalahan West Ham sangatlah rumit dan fatal karena berkenaan dengan finansial. Betul bahwa GSB sudah melakukan investasi besar-besaran dalam beberapa tahun belakangan, tapi banyak blunder di sana sini. Kini, taruhannya adalah kebangkrutan karena uang yang sudah dibakar sulit balik modal.
Di era sepak bola modern di mana prestasi sering kali berbanding lurus dengan finansial, apa yang West Ham tampilkan di lapangan membuat meja perusahaan berantakan. Untuk saat ini, Claret and Blues, julukan klub, tidak boleh terdegradasi karena akan banyak yang dikorbankan.
Kepercayaan suporter sudah sulit dikembalikan. Sekarang, tinggal bagaimana semua elemen klub, termasuk fans, pemain, pelatih, direksi klub, dan manajemen klub bisa bekerja sama mencapai tujuan.
Sumber: BBC
Baca Juga
Netizen Ngeri dengan Skuad Timnas Indonesia untuk Piala AFF 2024: Ada Trio Ronaldo - Rivaldo - Kaka
Pratama Arhan Merapat tapi Telat, Kepastian Pemain Abroad Gabung Timnas Indonesia di Piala AFF 2024 Ditentukan pada 5 Desember 2024
Legenda Australia: Socceroos Bakal Kalahkan Timnas Indonesia dan Makin Cepat Lolos ke Piala Dunia 2026