Pep Guardiola Mengalami Fobia Liverpool

oleh Gregah Nurikhsani diperbarui 05 Feb 2020, 08:15 WIB
Pelatih Manchester City, Pep Guardiola menyaksikan pemainnya bertanding melawan Manchester United pada pertandingan semifinal Piala Liga Inggris di stadion Etihad, Manchester, Rabu (29/1/2020). MU menang 1-0 atas City namun gagal ke final karena skor agregat 3-2. (AP Photo/Dave Thompson)

Bola.com, Manchester - John Aldridge mengklaim bahwa Pep Guardiola menjadi sosok paling bertanggung jawab di balik merosotnya prestasi Manchester City musim ini. Menurutnya, ada kesan fobia Liverpool.

Penampilan City sebagai juara bertahan Premier League memang mencemaskan. Titel tersebut sangat mungkin pudar mengingat trengginasnya performa Liverpool musim ini.

Advertisement

Aldridge menilai, Pep Guardiola selalu mengalami fobia terhadap Liverpool. Saat sudah gagap mengejar The Reds, maka City langsung kehilangan fokus dan konsistensi.

"Guardiola itu selalu fobia terhadap Liverpool setelah film dokumenter mengenai Man City rilis, di mana ada klip memperlihatkan bagaimana dia khawatir akan trio lini serang Liverpool," kata Aldridge, mantan pemain Liverpool.

Persoalan utamanya, menurut Aldridge, kekhawatiran itu ditularkannya ke Manchester City. Andai saja suatu saat nanti Guardiola tak lagi menangani City, namun fobia ini masih berlanjut, maka mantan pelatih Barcelona dan Munchen itu harus bertanggung jawab.

"Dia cemas tiap kali bertemu Klopp. Ini sudah terlihat saat mereka bertarung di pentas Bundesliga. City bisa-bisa tertular fobia terhadap Liverpool dan itu adalah salah Guardiola," sambungnya.

Video

2 dari 2 halaman

Takut Dicap Gagal

Ekspresi pelatih Manchester City Pep Guardiola jelang para pemainnya menghadapi Manchester United pada pertandingan Liga Inggris di Etihad Stadium, Manchester, Inggris, Sabtu(7/12/2019). Manchester City kalah 1-2. (AP Photo/Rui Vieira)

Pep Guardiola mengklaim dirinya bakal dianggap gagal jika tak mampu meraih satu gelar musim ini buat Manchester City, terutama Liga Champions. Mengingat Premier League tampaknya bakal menjadi milik Liverpool, ia khawatir lepasnya Trofi Si Kuping Besar akan makin memperparah citra buruknya sebagai manajer.

Guardiola telah memenangi lima trofi sejak mengambil alih nahkoda City di Etihad Stadium pada 2016 silam. Dua titel Premier League menjadi bukti kepiawaiannya sebagai manajer di Inggris.

Akan tetapi, ia belum berhasil memberikan gelar Liga Champions kepada City. Apalagi, tekanan dirasa lebih besar jika sudah bicara kompetisi sepak bola antar klub se-Eropa tersebut.

Sejarah mencatat, City tak pernah bisa lolos dari perempat final Liga Champions di bawah asuhan Guardiola. Dari tiga musim terakhir, Aymeric Laporte cs. dikalahkan AS Monaco, Liverpool, dan Tottenham Hotspur.

Guardiola menuai sukses kala masih menangani Barcelona. Sayang, performa impresif gagal ia ulangi ketika menangani Bayern Munchen dan City.

"Manchester City tidak dinilai dari bagaimana tim ini bermain di atas lapangan, tapi lebih kepada hasil akhir dan berapa banyak gelar yang berhasil didapat. Itulah kenyataannya, sesederhana itu," kata Guardiola.

"Musim lalu misalnya, kami berhasil tampil luar biasa di Premier League. Tetap saja orang menganggap kami gagal karena kami tidak meraih gelar Liga Champions."

"Begitulah cara saya dinilai di sini, kalau saya tidak menjuarai Liga Champions pada musim terakhir saya di sini, yang mana adalah musim ini, maka saya akan dicap gagal. Saya tahu itu dan itu membuat saya khawatir."

"Tapi, saya menikmati pekerjaan saya di sini. Banyak pemain berkelas di Manchester City. Menang adalah satu-satunya jalan meraih titel juara, saya yakin kami bisa mewujudkannya," katanya memungkasi.

Sumber; Sky Sports, Goal International