Kurniawan Dwi Yulianto Tak Segan Belajar dari Aji Santoso

oleh Aditya Wany diperbarui 10 Feb 2020, 14:45 WIB
Kurniawan Dwi Yulianto, pelatih Sabah FA. (Bola.com/Aditya Wany)

Bola.com, Surabaya - Pelatih Sabah FA, Kurniawan Dwi Yulianto, meraih hasil yang kurang memuaskan saat menjalani pramusim di Indonesia. Terbaru, tim asuhannya kalah 1-3 dari Persebaya dalam uji coba di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Sabtu (8/2/2020).

Dari pertandingan itu, Kurniawan mengaku banyak belajar dari pelatih Persebaya, Aji Santoso. Hal itu menjadi modal penting buatnya, yang melakoni debut sebagai pelatih kepala untuk berkiprah di Malaysia Super League 2020.

Advertisement

"Saya perlu mengontrol emosi pemain dalam bermain. Kami sempat mencoba bersabar dari awal, tapi pemain kami punya antusiasme tersendiri. Banyak kesalahan dari kami yang akhirnya bisa dimanfaatkan Persebaya," ucap Kurniawan.

Sebenarnya Sabah FA unggul terlebih dulu berkat gol Hector Ramos pada menit keenam. Persebaya lantas membalasnya lewat gelontoran tiga gol yang sekaligus memastikan kemenangan. Gol-gol itu lahir dari David da Silva (8' dan 40') dan Irfan Jaya (90+2').

Kurniawan juga menghadapi tantangan tidak mudah sebagai pelatih Sabah FA. Klub yang ditanganinya itu berstatus sebagai tim promosi setelah menjuarai Malaysia Premier League 2019. Meski begitu, manajemen klub langsung memasang target masuk lima besar Malaysia Super League 2020.

"Saya masih banyak belajar. Saya melihat Persebaya punya komposisi tim yang bagus, coach Aji mampu mengolaborasikan pemain asing dan lokal. Saya ingin mendapat pengalaman berharga di sini," ucap pelatih kelahiran Magelang itu.

2 dari 2 halaman

Bintang Bukan Jaminan

Pelatih Persebaya Surabaya, Aji Santoso dan pelatih Sabah FA, Kurniawan Dwi Julianto foto bersama pada laga persahabatan di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Sabtu (8/2). Persebaya menang 3-1 atas Sabah FA. (Bola.com/Aditya Wany)

Skuat Sabah FA musim ini sebenarnya dianggap tidak terlalu mentereng untuk bisa bersaing di papan atas. Kebanyakan pemainnya merupakan bagian skuat musim lalu. Termasuk pemain asing yang juga ikut menjuarai kasta kedua.

Namun, Kurniawan memandang komposisi tim dengan materi pemain bintang tidak menjadi jaminan juara. Dia pernah merasakan situasi seperti itu saat bersama PSPS Pekanbaru pada musim 2002.

Saat itu, PSPS mendatangkan deretan pemain Timnas Indonesia seperti Bima Sakti dan Hendro Kartiko. Hasilnya, klub berjulukan Askar Bertuah itu harus justru gagal ke babak 8 besar. Edisi Divisi Utama 2002 dijuarai Petrokimia Putra.

"Banyak pemain bintang kalau tidak bisa menekan ego, percuma. Saya merasakan itu di PSPS, yang belanja pemain bintang, toh hasilnya tidak sesuai harapan," tutur mantan striker Timnas Indonesia tersebut.

Berita Terkait