Bola.com, Jakarta - Kompetisi Seria A menikmati masa kejayaan pada era 1990-an. Kompetisi level tertinggi di sepak bola tersebut menjadi yang paling ternama di seluruh penjuru dunia.
Kepopuleran Serie A saat itu jauh mengungguli kompetisi Premier Leaguea, La Liga maupun Bundesliga. Tak heran, Serie A menjadi magnet bagi pemain-pemain top dunia.
Bintang sepak bola dari berbagai penjuru dunia berlomba-lomba menjajal karier di Italia. Berkiprah di Negeri Pisa menjanjikan pendapatan tinggi dan popularitas yang meroket.
Tak mengherankan, pada era 1990-an Serie A tak pernah kekurangan pemain hebat. Mereka mayoritas berkumpul di klub-klub papan atas Serie A.
Saat itu, di Italia terkenal dengan klub-klub yang berjuluk The Magnificent Seven alias tujuh klub hebat. Anggota klub elite tersebut adalah AC Milan, Inter Milan, Juventus, AS Roma, Lazio, Fiorentina dan Parma.
Persaingan di antara tujuh tim papan atas tersebut sangat menarik dan ketat. Apalagi, masing-masing klub juga memiliki bintang-bintang hebat.
Siapa saja bintang sepak bola yang berkibar di Serie A pada era 1990-an. Berikut 15 di antaranya, seperti dilansir Daily Mail dan Planet Football.
15. Zvonimir Boban
Zvominir Boban dikenal sebagai pemain bertipe pemikir. Dia tangguh menghadapi tekanan besar di Serie A karena pernah menjadi saksi perang sipil di Kroasia.
Pemain berjuluk Zorro tersebut memenangi empat titel Serie A dan satu trofi Liga Champions bersama AC Milan pada era 1990-an. Meskipun Milan berganti-ganti pelatih, seperti Fabio Capello dan Arrigo Sacchi, dia tetap jadi andalan. Dia merupakan pemain yang cerdas, fleksibel, dan punya kemampuan di atas rata-rata.
14. Juan Sebastian Veron
Lupakan performa tak memuaskan Juan Sebastian Veron bersama Manchester United dan Chelsea. Veron saat memperkuat Sampdoria, Parma, dan Lazio sangat berpengaruh dan menawan. Pemain asal Argentina tersebut hampir punya segalanya yang dibutuhkan seorang gelandang hebat yang dibutuhkan setiap tim.
Dikenal dengan julukan Little Witch, Veron bisa menjemput bola dari bek tengah dan mulai bergerak, atau berlari kencang melewati bek-bek lawan dan mencetak gol. Dia juga pemain yang energik dan berani, serta spesialis bola-bola mati.
13. Hernan Crespo
Argentina punya stok banyak penyerang tengah bagus pada era 1990-an. Selain Gabriel Batistuta yang paling moncer, muncul juga sosok Hernan Crespo. Dia menghabiskan sebagian besar kariernya pada era 1990-an di Parma, yang memenangi Piala UEFA 1999.
Crespo dikenal dengan pergerakannya yang cerdas dan tajam dalam mencetak gol. Dia dianggap sangat cocok bermain di Serie A.
12. Fabio Cannavaro
Fabio Cannavaro pernah menjadi ball boy di San Paolo, kandang Napoli. Siapa menyangka Cannavaro kemudian menjadi bintang di Parma dan Timnas Italia.
Dari sisi postur, dia dianggap terlalu pendek menjadi bek tengah kelas dunia. Namun, Cannavaro mematahkan anggapan itu dengan kinerja yang menakjubkan.
Cannavaro berduet dengan hebat bersama Lilian Thuram di Parma. Mereka menjadi pilar penting keberhasilan Parma memenangi Piala UEFA 1999. Dia jago dalam melakukan intersep dan membersihkan kerusakan yang dilakukan pemain lain.
11. Alessandro Nesta
Alessandro Nesta memperkuat Timnas Italia lebih dari satu dekade. Dia ambil bagian dalam tiga Piala Dunia dan mencatatkan 78 caps. Selama itu, Nesta menyuguhkan keahliannya sebagai defender tangguh.
Nesta menyudahi kariernya dengan torehan tiga titel Serie A, dua trofi Liga Champions, serta tiga gelar Copa Italia bersama Lazio dan AC Milan.
10. Gialuigi Buffon
Gianluigi Buffon seperti sudah ditakdirkan menjadi pemain hebat. Dia menjalani laga debut di Serie A pada November 1995 ketika kiper Luca Bucci absen dalam tandang ke AC Milan karena ke AC Milan. Saat itu, Buffon mampu menjaga gawangnya tak kebobolan, serta bisa meredam Marco Simone dan George Weah.
"Buffon adalah pemain terbaik mereka. Sangat jarang melihat pemain 17 tahun yang sangat berani dan penuh determinasi," kata pelatih AC Milan saat itu, Fabio Capello.
Dia kemudian selalu menjadi pilihan pertama di Parma dan melakoni debut untuk Timnas Italia pada usia 18 tahun. Pada akhir 1990-an dia memenangi Piala UEFA dan Coppa Italia.
9. Marcel Desailly
Pada 1993 Marseille ingin menjual pemain Prancis Marcel Desaily. Pelatih AC Milan saat itu, Fabio Capello, bergerak cepat memboyong sang pemain ke San Siro. Langkah AC Milan itu ditertawakan pelatih Barcelona, Johann Cruyff.
Namun, keputusan Capello tak salah. Desailly tampil mengesankan sebagai bek dan gelandang bertahan tangguh di AC Milan dan berduet dengan Demetrio Albertini. Barisan pertahanan Rossoneri menjadi tangguh bak dinding karang.
Desailly ikut membantu AC Milan memenangi dua titel Serie A, satu trofi Liga Champions dan satu gelar Piala Super UEFA selama merumput di Italia.
8. Lilian Thuram
Lilian Thuram bisa bermain sebagai bek tengah atau bek kanan. Dia menjadi salah satu pemain kunci Parma saat menjuarai Piala UEFA 1999. Thuram juga dikenal sebagai pemain yang menjunjung tinggi fair play.
Di luar lapangan, Thuram ikut berkampanye untuk hak asasi manusia dan pertarungan melawan diskriminasi.
7. Gabriel Batistuta
Selama era 1990-an, Gabriel Batistuta menghabiskan kariernya di Fiorentina. Dia menyumbangkan 207 gol dalam 333 laga.
Pemain asal Argentina itu dikenal sebagai striker yang memiliki skill penyelesaian akhir yang mematikan dan membuat bek-bek lawan tak berdaya.
Batistuta juga menyumbangkan 54 gol untuk Timnas Argentina.
6. Alessandro Del Piero
Alessandro Del Piero menjadi striker andalan Juventus di era 1990-an. Bahkan, dia punya julukan khusus "Mr Juventus" karena saking identiknya dengan klub tersebut.
Del Piero membantu Juventus meraih tiga gelar Serie A pada era 1990-an serta trofi Liga Champions pada 1996. Pada dekade berikutnya ia ikut menyumbangkan lima gelar liga lagi.
Del Piero juga selalu menjadi kandidat pemenang Ballon d'Or sejak 1995 hingga 19999. Dia memperkuat Juventus dalam 705 pertandingan, serta mencetak 290 gol.
5. Zinedine Zidane
Nama Zinedine Zidane muncul sebagai satu di antara playmaker hebat menjelang akhir 1990-an. Ia sukses meraih gelar Piala Dunia 1998, Piala Eropa 2000 bersama Timnas Prancis, dan beberapa trofi bergensi bersama Real Madrid.
Ia juga dinobatkan sebagai Man of the Match di final Piala Eropa 2020, Pemain Terbaik Dunia FIFA, dan Ballon d'Or. Rekan setim Zidane di Juventus, Edgar Davids, pernah menyebutnya sebagai pemain spesial.
"Dia menciptakan ruang ketika rasanya tidak ada. Tak masalah bagaimana dia mendapatkan bola, maka dia bisa keluar dari masalah," kata Davids tentang Zidane.
4. Franco Baresi
Franco Baresi sudah membangun kesuksesan sejak era 1980-an. Bek Italia tersebut masih bertaji pada era 1990-an, dengan membawa AC Milan meraih empat gelar liga, dan trofi Liga Champions pada 1994.
Dia juga membantu Timnas Italia menjuarai Piala Dunia 1982, menempati peringkat ketiga pada 1990, dan jadi runner up pada 1994.
3. Paolo Maldini
Paolo Maldini disebut-sebut sebagai salah satu bek terbaik yang pernah ada dalam sejarah sepak bola. Dia dua kali menempati urutan ketiga pada penghargaan Ballon d'Or, pada 1994 dan sembilan tahun berselang.
Paolo Maldini sepanjang kariernya hanya membela AC Milan. Dia tampil sangat konsisten bersama Rossoneri. Selama menjadi kapten AC Milan, dia membantu klub memenangi lima gelar Liga Champions dan tujuh gelar Serie A.
2. Roberto Baggio
Roberto Baggio merupakan playmaker andal asal Italia. Ia mampu mencetak 220 gol di Serie A sebelum kariernya hancur karena cedera.
Ia juga merupakan eksekutor penalti yang ulung. Namun, satu kegagalan dalam mengeksekusi penalti pada Piala Dunia 1994 mengubah segalanya.
Permainan yang menawan selama perhelatan tersebut rontok dan semua orang hanya mengingat penalti buruknya. Namun, terlepas dari itu, ia tetap merupakan satu di antara playmaker terbaik era 90-an.
Pada era 1990-an, Baggio menghabiskan kariernya bersama Juventus, AC Milan, dan Bologna. Dia menjadi pemain penting di ketiga klub tersebut.
1. Ronaldo
Ronaldo mendulang kesuksesan saat memperkuat PSV pada 1994-1996 dengan menyumbangkan 54 gol dalam 58 laga. Pada 1996, pemain asal Brasil itu pindah ke Barcelona.
Ronaldo hanya semusim di Camp Nou, namun menandainya dengan torehan 47 gol dalam 49 pertandingan, serta membantu tim meraih gelar Copa Del Rey, Piala Winners, dan Piala Super Spanyol pada 1996.
Setelah Barcelona, petualangan Ronaldo berlanjut ke Inter Milan. Cedera merecoki sang pemain saat mengenakan jersey Nerazzurri. Meski demikian dia masih memyumbangkan 58 gol dalam 99 laga. Saat Ronaldo fit, dia bisa membuat Paolo Maldini dan Alessandro Nesta kalang kabut. Dia memiliki kecepatan, teknik tinggi, dan penyelesaian akhir yang mumpuni.
Pemain yang berjuluk O Fenomeno tersebut juga mengoleksi dua trofi Piala Dunia dalam kariernya, yaitu pada 1994 dan 2002.