Bola.com, Boyolali - Pembalap Indonesia yang tampil di ajang balap motor level Asia sampai dunia, dipastikan memiliki nilai kontrak yang sangat besar.
Namun jumlah tersebut hanya segelintir saja. Tentu mayoritas berkiprah pada ajang balap level nasional dan mencari nafkah di negara sendiri.
Pertanyaannya, apakah nilai kontrak yang mereka dapat sudah sesuai dengan risiko yang mereka hadapi sebagai pembalap? Bola.com coba menguak besaran pendapatan pembalap motor nasional di sela-sela seri 1 Yamaha Cup Race 2020 di Sirkuit Gokart Boyolali, Jawa Tengah, akhir pekan ini.
Hasilnya seorang pembalap kelas pemula, Wildan Maulida menyebut pembalap yang memiliki level sepertinya mendapat kontrak Rp 35 juta per tahun.
"Itu nilai kontrak untuk mengikuti semua event balap dalam satu tahun. Kami dapat asuransi, perlengkapan balap sampai latihan difasilitasi oleh tim," kata Wildan.
Wildan pun tak memungkiri punya potensi mendapat uang tambahan jika bermain 'tarkam' dengan memperkuat tim lain dalam sebuah event selama tidak bentrok dengan jadwal lomba timnya.
"Kalau soal 'tarkam' bagaimana bos. Kita pasti minta izin dahulu," ucap Wildan. "Kalau ditanya sudah cukup apa belum (kontrak Rp 35 juta), pasti yang namanya manusia tidak ada cukupnya," lanjutnya tertawa.
Saksikan Video Pilihan Kami:
Pembalap Seeded Lebih Mahal
Wildan turut menceritakan nilai kontrak pembalap seeded atau senior tentu punya nilai lebih tinggi darinya. Menurutnya rata-rata kontrak pembalap seeded ada di angka Rp 100 juta per musim.
Nilai Rp 100 juta per musim coba dikonfirmasi kepada salah satu tim papan atas di balap motor nasional, Yamaha Bahtera Racing.
Perwakilan manajemen Bahtera Racing, Jeje membenarkan nilai kontrak pembalap seeded ada di kisaran Rp 100 juta per tahun. "Bahkan bisa membeli mobil baru mas," jawab Jeje.
"Kalau pembalap seeded yang sudah mempunyai nama seperti Rafid Topan, nilai kontraknya bisa lebih tinggi lagi. Bisa sampai Rp 500 juta," tambahnya.
Bahtera sendiri merupakan tim yang disokong oleh Yamaha Racing Indonesia. Karena berstatus tim pabrikan, soal merekrut pembalap, keputusan bukan sepenuhnya ada di tim.
"Kami biasanya menyodorkan nama ke Yamaha Indonesia. Jika kami sudah setuju, belum tentu Yamaha setuju. Soal nilai kontrak pembalap kami juga berkonsulasi dengan mereka," Jeje menerangkan.
"Pembalap yang sudah dapat kontrak itu kelas pemula dan senior. Kalau yang masih anak-anak, paling kami kasih jajan," tambahnya.