Seorang Dokter Ungkap Perjuangan Italia Menangani Wabah Virus Corona

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Mar 2020, 06:15 WIB
Seorang pria mengenakan masker pelindung melewati Colosseum di Roma, Italia, 7 Maret 2020. Hingga 21 Maret 2013, sebanyak 47.021 orang terinfeksi virus corona COVID-19 di Italia dengan korban meninggal mencapai 4.032 orang. (Photo by Alberto PIZZOLI/AFP)

Jakarta - Italia tengah dilanda bencana wabah virus Corona yang begitu parah. Hingga Minggu (22/3/2020) malam, jumlah kasus Covid 19 mencapai 53.578, 4.825 di antaranya meninggal dunia.

Italia pun akhirnya terpaksa mengisolasi seluruh negeri alias lockdown demi membatasi penyebaran virus ini.

Advertisement

Marco Pavesi, seorang dokter anastesi di Policlinico San Donato, Milan, yang merupakan bagian dari Provinsi Lombardy, pusat penanganan wabah virus Corona, menceritakan kisahnya.

Pada 21 Februari, saat virus pertama kali muncul, di rumah sakit tersebut yang berspesialisasi bedah jantung, menawarkan bantuan merawat pasien Covid-19.

Bekerja sama dengan rumah sakit lainnya, mereka membentuk semacam gugus tugas dari dokter ICU untuk dikirim ke rumah sakit "zona merah".

Pavesi yang merupakah ahli anastesi yang belum pernah berurusan langsung dengan pasien virus Corona, karena sebagian besar waktunya ia habiskan di meja operasi.

Namun suatu hari di pertengahan Februari, ia harus menganastesi seorang pria lansia untuk pengangkatan tumor. Operasi berjalan sebagaimana mestinya, dan setelah empat jam ia terbangun tanpa rasa sakit.

"Seminggu kemudian, gejala seperti demam tinggi dan batuk mulai terlihat. Tak lama menjadi pneumonia. Saat ini, ia dalam perawatan intensif, diintubasi (alat pernapasan bantuan), dan dalam kondisi kritis. Dia pun menjadi nomor tanpa nama, satu di antara yang mewakili situasi buruk saat ini," katanya, mengutip dari NYTimes.

 

Saksikan Video terkait Virus Corona di Bawah Ini

2 dari 6 halaman

Ranjang untuk Suspect

Dalam situasi darurat kesehatan saat ini, terpaksa semua jadwal operasi ditunda. Ranjang di ruang ICU di rumah sakit-rumah sakit penanganan Covid-19 diberikan untuk merawat pasien terinfeksi.

Dalam 24 jam, rumah sakit membentuk ICU baru menggunakan ruang operasi dan ruang anastesi. Dan sebanyak 40 lebih ranjang didedikasikan untuk pasien suspect atau posistif Covid-19, meskipun kondisinya tidak parah.

3 dari 6 halaman

Pasien Membeludak

Tentara membawa peralatan rumah sakit lapangan darurat Samaritan's Purse di Cremona, Italia, Jumat, 20 Maret 2020. Rumah sakit lapangan ini dibangun untuk merawat pasien virus corona COVID-19 yang terus melonjak. (Claudio Furlan/LaPresse via AP)

Jumlah pasien semakin membludak. Terhitung hari Selasa (17 maret), sudah ada 31.506 kasus, 2.941 sembuh, dan 2.503 meninggal.

Lombardy, daerah terdampak paling banyak memiliki 16.220 kasus dengan 1.640 kematian, 879 di rawat intensif, bertambah 56 dari hari sebelumnya, dan 2.485 dinyatakan sembuh. Dengan jumlah ini, sistem kesehatan negara bisa sewaktu-waktu lumpuh.

Pasien yang datang akan dirawat berhari-hari. Selain Italia Utara, Lombardy, Veneto, Emilia-Romagna dan Marche, sistem kesehatannya dalam tekanan besar. Para petugas kesehatan kelelahan. Dengan penyebaran virus yang cepat, tidak lama lagi daerah lain akan merasakan hal yang sama.

 

4 dari 6 halaman

Tindakan Agresif

Lombardy dan pemerintah negara mengadopsi tindakan penahanan agresif 10 hari yang lalu.

"Pada akhir minggu ini, setelah 15 hari, masa inkubasi infeksi, kita akan melihat apakah tindakan tersebut telah efektif. Hanya dengan demikian barulah kita bisa melihat penyebaran virus yang melambat," katanya.

Tentu tidak akan dengan cepat mereda.

"Ada spekulasi bahwa dokter mungkin terpaksa memutuskan siapa yang akan diobati, sehingga meninggalkan beberapa tanpa perawatan. Namun tidak semua dokter seperti itu," ujar Pavesi.

 

5 dari 6 halaman

Pasien Tidak Berkurang

Petugas membawa peti mati berisi jasad korban virus corona COVID-19 yang diturunkan dari truk militer di pemakaman Ferrara, Italia, Sabtu (21/3/2020). Italia menghadapi krisis paling parah sejak Perang Dunia II. (Massimo Paolone/LaPresse via AP)

Jika jumlah pasien yang terinfeksi tidak segera berkurang maka tenaga kesehatan juga tidak akan cukup untuk menjangkau semua pasien. Jika ini terjadi maka terpaksa tenaga kesehatan melakukan triase pasien, yaitu memberikan prioritas kepada mereka yang berpeluang lebih besar untuk bertahan hidup.

Semua tenaga kesehatan menunjukkan semangat pengorbanan yang luar biasa. Karena tahu sangat dibutuhkan saat ini, mereka sampai menahan kelelahan dan stres. Beberapa bahkan sampai tertular virus hingga memerlukan perawatan intensif.

 

6 dari 6 halaman

Satu Komando

Pemandangan ICU rumah sakit lapangan darurat Samaritan's Purse di Cremona, Italia, Jumat, 20 Maret 2020. Rumah sakit lapangan ini dibangun untuk merawat pasien virus corona COVID-19 yang terus melonjak. (Claudio Furlan/LaPresse via AP)

Mungkin, jika respons populasi tetap tenang, tidak ada 'panic buying', dan mentaati peraturan 'social distance' yang diberlakukan pemerintah, serta dengan pengalaman yang diperoleh dalam menangani pasien infeksi baru, tindakan pencegahan akan berhasil dan akan ada kabar baik segera.

Hanya jika semua bekerja sama dalam satu komando, pemerintah, dalam melawan penyebaran Covid-19.

 

Sumber: NYTimes

Disadur dari: Liputan6.com (Fitri Syarifah/Aditya Eka Prawira, published 22/3/2020)