7 Efek Corona yang Mengancam Masa Depan Sepak Bola Eropa

oleh Gregah Nurikhsani diperbarui 23 Mar 2020, 11:45 WIB
Suasana sepi di luar Stadion San Siro di Milan, Italia (27/2/2020). Akibat virus COVID-19 yang sedang mewabawah, pertandingan leg kedua babak 32 besar Liga Europa UEFA antara Inter Milan melawan Ludogorets dimainkan tanpa penonton. (Xinhua/Alberto Lingria)

Bola.com, Jakarta - Pandemi virus corona COVID-19 belum usai bahkan cenderung memburuk. Sepak bola, khususnya Eropa, sangat terpukul, terutama dari segi finansial.

Otoritas sepak bola tertinggi dunia, FIFA dan juga UEFA sebagai induk sepak bola Eropa terus berupaya menemukan formula terbaik mengatasi situasi ini.

Advertisement

Beberapa keputusan sudah diambil, termasuk menunda jalannya kompetisi. Piala Eropa 2020 yang sudah di depan mata pun diundur hingga 2021 mendatang.

Klub-klub sepak bola di berbagai belahan dunia pusing dibuatnya. Finansial pun terganggu. Tak ada satu pun yang bisa memastikan kapan situasi ini bisa reda.

Berikut ini Bola.com merangkum tujuh hal yang menjadi concern buat sepak bola Eropa.

 

 

 

 

Video

2 dari 8 halaman

Bagaimana Liga Berakhir

Federasi Sepak Bola Inggris (FA) terpaksa harus melakukan penundaan liga karena sudah ada pelaku sepak bola di Inggris yang terkena virus Corona. Tercatat, manajer Arsenal, Mikel Arteta dan punggawa Chelsea, Callum Hudson-Odoi. (AP/Rui Vieira)

Bila dikerucutkan, maka ada tiga opsi terbaik.

Pertama, liga kembali digulirkan langsung ketika sudah bisa dijalankan. Yang kedua, dimainkan secara tertutup. Terakhir, dianggap selesai dan tak pernah ada kompetisi musim 2019-2020.

3 dari 8 halaman

Kolaps

Sejumlah orang menyaksikan pertandingan Serie A antara Inter Milan dan Juventus di Allianz Stadium, Turin, Italia, Minggu (8/3/2020). Pertandingan yang dimenangkan Juventus 2-0 itu digelar tanpa penonton akibat kekhawatiran akan penyebaran virus corona (COVID-19). (Marco Alpozzi/LaPresse via AP)

Berhentinya roda kompetisi membuat klub tidak mendapatkan pemasukan dari hak siar atau broadcasting royalty. Padahal, gaji pemain dan staf tetap berputar secara normal.

Jika masalah ini tak teratasi, maka banyak klub terancam bangkrut. UEFA bisa bersikap bijaksana dengan melenturkan regulasi Financial Fair Play.

4 dari 8 halaman

Kebijaksanaan Pemain

Para pemain Borussia Monchengladbach merayakan gol Marcus Thuram ke gawang AS Roma pada matchday keempat Liga Europa di Stadion IM Borussia-Park, Jumat (8/11/2019) dini hari WIB. Monchengladbach menang 2-1. (AP Photo/Martin Meissner)

Menyambung poin kedua, maka pemain punya peran signifikan. Pengeluaran terbesar klub umumnya datang dari sektor gaji pemain.

Klub sebenarnya bisa mengajukan permintaan kepada pemainnya dengan opsi pemotongan gaji. Klub Bundesliga, Borussia Monchengladbach paling bersyukur sebab para pemain sepakat memotong gajinya agar finansial klub stabil.

5 dari 8 halaman

Bahwa Kontrak Pemain Habis pada 30 Juni

Lazio siap menyelamatkan karier bek Chelsea, Papy Djilobodji, pada bursa transfer Januari 2016. (Chelseafc.com)

Kontrak dan status peminjaman akan habis pada 30 Juni. Sementara dengan ditundanya kompetisi, besar kemungkinan musim baru akan selesai pada Juli.

Ini akan membuat pusing klub, agen, dan pemerintah terkait izin kerja karena diharuskan ada penyesuaian.

6 dari 8 halaman

Transfer Pemain

Barcelona resmi mengumumkan Kevin-Prince Boateng sebagai rekrutan anyara pada bursa transfer Januari 2019. (AFP/Lluis Gene)

Krisis keuangan yang menimpa mayoritas klub akan mengganggu bursa transfer. Saga transfer yang biasa ditemui saat musim panas dan dingin besar kemungkinan tak akan ada.

Dengan krisis ini, jual beli pemain bakal minim. Jika pun ada, bisa dipastikan besaran uang tak akan besar karena nyaris semua klub memiliki defisit keuangan.

7 dari 8 halaman

Uang Lagi

Steven Bergwijn, pemain baru Tottenham Hotspur. (Dok. Twitter/@THFCAlessio)

Banyak klub sudah menyepakati klausul kontrak dengan klub lain. Ada kewajiban membayarkan sejumlah uang, seperti bonus, add-ons, 'kredit pembelian' pemain, dan masih banyak lagi.

Dengan kolapsnya finansial klub, mereka akan sulit melakukan tambal sulam di sana sini. Jeratan utang bakal membengkak.

8 dari 8 halaman

Meledak Tahun 2021

Logo Piala Eropa 2020 terlihat di sebelah pintu masuk Markas UEFA, Nyon, Swiss, Selasa (17/3/2020). Pengunduran Piala Eropa 2020 diambil berdasarkan rapat UEFA yang digelar melalui konferensi jarak jauh. (Jean-Christophe Bott/Keystone via AP)

Jika situasi tak membaik dalam waktu dekat, sementara finansial makin jeblok, perputaran uang di klub bakal tidak jelas.

Tahun 2021, bisa jadi banyak klub sepak bola yang pontang-panting memperbaiki roda ekonomi. Sementara pajak dan kewajiban finansial lainnya tetap berjalan 'normal', maka klub bisa bangkrut tahun depan.

Berita Terkait