Kompetisi Disetop, Peserta Shopee Liga 1 Minta Solusi dari PT LIB terkait Kontrak Pemain

oleh Muhammad Adi Yaksa diperbarui 24 Mar 2020, 16:45 WIB
Pemain Persita Tangerang, Tamirlan Kozubaev, saat melawan PSM Makassar pada laga Shopee Liga 1 di Stadion Sport Center Tangerang, Jumat, (6/3/2020). Kedua tim bermain imbang 1-1. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Bola.com, Jakarta - Jadwal Shopee Liga 1 2020 terancam molor. Kompetisi kasta tertinggi di Indonesia itu semula akan kembali dimulai pada awal bulan depan setelah libur pada masa FIFA Matchday sejak pertengahan Maret 2020, tapi keputusan itu diubah. 

Akibat virus Corona yang belum menunjukkan tanda-tanda pengurangan penyebaran, PSSI menunda Shopee Liga 1 hingga batas waktu yang belum ditentukan.

Advertisement

Sesuai rancangan awal, Shopee Liga 1 akan berakhir pada akhir Oktober atau paling lambat pada 1 November 2020. Namun, dengan kondisi nasib kompetisi yang belum pasti, kemungkinan pengujung musim melenceng dari target awal.

Peserta Shopee Liga 1 telah menimang-nimang skenario terburuk setelah kompetisi ditangguhkan. Mereka terutama memikirkan dana operasional klub yang terus berjalan.

"Situasi seperti ini pasti berpengaruh kepada sponsor. Sponsor juga menunggu hasil keputusan PSSI mengenai kompetisi. Sejauh ini belum ada keluhan, tapi kami sedang persiapkan kemungkinan terburuknya," kata manajer Persita Tangerang, I Nyoman Suryanthara.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Konsultasi ke PT LIB

Pemain Persita Tangerang, Yevhen Budnik, saat melawan PSM Makassar pada laga Shopee Liga 1 di Stadion Sport Center Tangerang, Jumat, (6/3/2020). Kedua tim bermain imbang 1-1. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Imbas penghentian kompetisi juga berpengaruh terhadap kontrak pemain. Saat Shopee Liga 1 libur, para personel tetap mendapatkan gaji dari klub.

"Keadaan ini mungkin bisa dikategorikan sebagai force majeure yang berefek kepada kontrak bisnis dan kontrak pemain. Ini terburuknya," jelas Nyoman.

"Namun, kami masih optimistis untuk bisa melalui situasi saat ini dan kompetisi berjalan normal kembali," tuturnya.

Pendapatan klub juga kering ketika kompetisi berhenti. Tak ada pemasukan dari penjualan tiket. Dana dari sponsor juga biasanya cair per termin. Jika keadaannya makin tak jelas, bisa saja sponsor kabur dan memutus kontrak.

Meski begitu, Nyoman belum mau membahas mengenai kemungkinan merevisi kontrak pemain. PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator kompetisi diharapkannya dapat aktif untuk mencarikan solusi.

"Untuk masalah kontrak pemain, kami sudah bersurat dengan PT LIB untuk mencari solusinya. Tapi sampai saat ini belum ada arahan dari mereka. Kami juga sedang berdiskusi dengan klub lainnya untuk mencari solusi dari situasi ini," ucap Nyoman.