Loyalitas Tanpa Batas Suporter PSM, Gunakan Kapal Laut atau Pesawat saat Laga Tandang

oleh Abdi Satria diperbarui 29 Mar 2020, 05:00 WIB
Suporter PSM Makassar. (Bola.com/Abdi Satria)

Bola.com, Makassar - PSM Makassar memiliki sejarah panjang dalam persepakbolaan Indonesia. Karakter cepat dan keras khas Makassar yang kental melekat terhadap pemain Juku Eja kala berlaga, jadi tontotan tersendiri. Totalitas dan militansi suporter PSM saat mendukung tim kebanggaannya, baik laga kandang maupun tandang menambah motivasi pemain di lapangan.

Sejak era Perserikatan sampai Liga 1 saat ini, loyalitas suporter PSM Makassar tak pernah surut. Mereka tak pernah memikirkan dana, waktu, dan tenaga yang harus mereka korbankan untuk mendukung PSM, terutama saat laga tandang. Padahal hanya ada dua plihan moda transportasi yang bisa digunakan, yakni kapal laut dan pesawat terbang.

Advertisement

Kalau menumpang kapal laut, untuk pulang-pergi, waktu yang dibutuhkan untuk satu laga tandang minimal satu pekan. Itu pun dengan catatan ada jadwal kapal laut yang berdekatan dengan pertandingan tandang. Sementara kalau memilih jasa penerbangan, dana yang harus disiapkan bisa tiga kali lipat.

"Biasanya lebih dari sepekan. Karena jadwal kapal laut memang begitu," ujar Karaeng Iskandar (62), dedengkot PSM sejak era Perserikatan.

Karaeng mengenang pengalamannya bersama suporter lainnya saat mendukung PSM di era Perserikatan.

"Sejak awal musim, kami menabung uang untuk persiapan PSM berlaga di Senayan (Gelora Bung Karno). Kami yakin PSM pasti lolos berlaga di sana. Tapi, kami juga sudah siapkan dana untuk mendukung PSM pada laga tandang di penyisihan wilayah," kata Karaeng kepada Bola.com, Sabtu (28/3/2020).

Suporter PSM Makassar saat memberikan dukungan kepada tim kesayangan menghadapi PSMS Medan di laga final era perserikatan 1992 yang digelar di Stadion Utama Senayan. (Bola.com/Abdi Satria)

Puncaknya pada 1992. PSM yang tak pernah lagi meraih trofi juara sejak 1966, menembus final menghadapi PSMS Medan. Sebelum ke partai puncak, Juku Eja mengalahkan Persib Bandung 2-1 di semifinal.

Lewat babak perpanjangan waktu, PSM akhirnya meraih juara setelah mengalahkan PSMS 2- 1. Sukses ini dirayakan bersama oleh puluhan ribu suporter PSM yang memadati Stadion Gelora Bung Karno.

"Saat itu pula saya memutuskan pensiun dini dari kantor. Tidak enak juga kalau selalu minta izin karena mendukung PSM," terang Karaeng yang pernah jadi karyawan bank milik pemerintah ini.

Pada era Liga 1, Karaeng tetap mendukung PSM ketika Juku Eja melakoni laga tandang, meski tidak sesering dulu.

"Faktor usia juga berpengaruh. Saat ini saya lebih memilah laga tandang yang bisa ditonton langsung. Suporter angkatan saya sudah banyak yang tua dan meninggal," kata Karaeng.

Totalitas Karaeng dan kawan-kawan dilanjutkan para yuniornya di era Liga Indonesia. Fanatisme dan militansi mereka tak kalah kental. Seperti Daeng Uki, jenderal lapangan Laskar Ayam Jantan, kelompok suporter PSM Makassar.

Video

2 dari 3 halaman

Diwariskan ke Generasi Selanjutnya

Daeng Uki, jenderal lapangan Laskar Ayam Jantan, kelompok suporter PSM Makassar, ketika berada di kapal laut bersama anaknya untuk memberikan dukungan kepada Juku Eja saat bertandang. (Bola.com/Abdi Satria)

Daeng Uki selalu hadir di setiap laga PSM Makassar, baik kandang maupun tandang. Bahkan ketika PSM berlaga di level internasional.

"Ini karena cinta dan kebanggaan. Itulah mengapa kami tak pernah berhitung soal biaya. Kalau lagi kepepet, kami kadang mengadaikan barang milik pribadi untuk modal mendukung PSM di laga tandang," ungkap Daeng Uki.

Daeng Uki mengaku bersyukur dirinya selalu mendapatkan pelayanan baik oleh suporter tuan rumah. Daeng Uki dan kawan-kawan pun bebas berekspresi di lapangan mendukung tim kesayangannya. "Prinsip suporter PSM sederhana. Kalau ingin dilayani dengan baik, lebih dulu perlakukan orang lain dengan baik pula," tutur Daeng Uki.

Hal senada dikatakan Andi Coklat, mantan jenderal lapangan The Maczman yang pernah merasakan kerasnya gesekan antar suporter kala berlaga pada putaran final Liga Indonesia di Stadion GBK.

"Kami juga pernah tawuran dengan suporter tim lain. Lengan saya nyaris putus kena tebasan clurit. Alhamdulillah, semuanya diakhiri dengan perdamaian sampai sekarang," kisah Coklat yang sudah menjelajah berbagai tempat di tanah air demi mendukung PSM, termasuk menjadi suporter PSM kala dijamu Suwon Blue Samsung (Korea Selatan) di Piala Winners Asia 1997.

"Tak ada lagi dendam. Rivalitas hanya ada saat mendukung tim kesayangan bertanding. Setelah itu damai lagi," lanjut pendukung setia PSM itu.

3 dari 3 halaman

Jersey Nomor 12 Dipensiunkan

Red Gank, komunitas suporter PSM Makassar yang juga kerap memberikan dukungan dalam laga tandang. (Bola.com/Abdi Satria)

Pada era Liga Indonesia, mayoritas suporter PSM Makassar berasal dari kalangan pelajar dan pekerja muda.

"Mendukung langsung PSM bertanding adalah kewajiban dan wujud kecintaan kami kepada PSM. Bagi kami, tribune stadion adalah rumah kedua yang menyatukan suporter tanpa peduli status masing-masing," tegas Sadat Sukma, Sekjen Red Gank yang tak pernah absen mendukung PSM baik laga kandang maupun tandang.

Menurut Sadat, di Red Gank, setiap anggota ditekankan, kecintaan kepada PSM jangan sampai merusak karier dan sekolah. "Tapi, jangan hal itu menghalangi kecintaannya terhadap PSM," tegas Sadat.

Penghargaan atas totalitas dan militansi suporter mendapat apresiasi manajemen PSM. Sejak dimiliki oleh Bosowa Grup, jersey bernomor punggung 12 'dipensiunkan'.

Nomor itu diberikan ke suporter yang merupakan pemain ke-12 yang setia mendukung PSM berlaga. Penetapan dilakukan pada perayaan HUT ke-100 di Stadion Andi Mattalatta Mattoangin pada 2015.

Berita Terkait