Bola.com, Makassar - PSM Makassar adalah klub tertua di Indonesia yang sampai saat ini masih eksis di kompetisi kasta tertinggi Tanah Air. Berdiri pada 2 November 1915, Juku Eja sudah menyumbang puluhan pemain yang berkiprah di Timnas Indonesia.
Di antara puluhan pemain itu, ada satu pemain yang kental mewarnai perjalanan PSM dan Tim Garuda. Sosoknya bahkan tetap jadi pembicaraan sampai saat ini. Dia adalah Andi Ramang, penyerang bertubuh kecil ini jadi legenda dan mitos sepak bola Indonesia.
FIFA sebagai otoritas tertinggi sepak bola dunia mengakui Ramang sebagai sosok penting pada puncak kejayaan sepakbola Indonesia di tahun 1950-an. FIFA pernah mengangkat kisah kehebatan Ramang secara khusus dalam situs resmi mereka saat peringatan ke-25 tahun kematiannya pada 26 September 2012.
Minimnya dokumentasi berita dan foto aksi Ramang bersama PSM dan Timnas Indonesia membuat informasi seputar dirinya lebih banyak berdasarkan pengakuan dari pemain seangkatan atau orang-orang terdekatnya.
Rekan satu tim Ramang pada tahun 1960-an, Keng Wie, menceritakan kehebatan sang legenda.
"Saya beruntung masih bisa satu tim dengan Ramang yang saat itu hampir pensiun sebagai pemain,"ujar Keng Wie yang bersama Ramang membawa PSM meraih trofi juara Perserikatan 1965 dan 1966.
Menurut Keng Wie, meski usianya sudah kepala empat saat itu, Ramang tetap jadi sosok penting di PSM Makassar.
"Kharisma Ramang memmbuat pemain lawan segan. Kami pun bisa bermain lepas dan percaya diri. Bagi saya, Ramang adalah penyerang alami dengan insting gol tinggi," kenang Keng Wie.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Dari Bek Jadi Striker
Berdasarkan penelusuran Bola.com melalui berbagai sumber, Ramang lahir pada 24 April 1924 di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Ia menghabiskan masa remaja sampai menikah pada usia 18 dan hijrah ke Makassar tahun 1945.
Di Makassar, Ramang bekerja serabutan mulai jadi tukang becak sampai kernet truk untuk menghidupi keluarganya.Dua tahun setelah menetap di Makassar, Ramang direkrut klub Persis (Persatuan Sepakbola Induk Sulawesi) atau Coution Voetbal Bond untuk mengikuti kompetisi PSM.
Dia langsung direkrut PSM setelah mencetak tujuh dari sembilan gol kemenangan Persis atas lawannya. Nama Ramang mulai mencuat di level nasional pada 1952. Kala itu, ia dipanggil seleksi timnas menggantikan seniornya, Sunar Arland yang berhalangan karena sakit.
Uniknya, Ramang datang ke Jakarta dengan status bek kanan sesuai posisi Sunar. Pelatih timnas saat itu, Tony Pogacnik tidak terkesan dengan aksi Ramang sebagai bek kanan.
Apalagi posturnya kecil dan ringkih. Beruntung, Maladi, pengurus PSSI yang berdiri di pinggir lapangan punya pemikiran lain. Maladi meminta Tony memainkan Ramang sebagai striker. Hasilnya, Ramang mencetak tiga gol kemenangan timnya pada internal gim.
Ramang pun akhirnya menjelma menjadi stiker yang disegani di kawasan Asia. Pada 1954, Indonesia melakoni uji coba di Filipina, Hongkong, Thailand dan Malaysia, Ramang mencetak 19 dari 23 gol Indonesia ke gawang lawan.
Hampir Jebol Gawang Lev Yashin
Dua tahun kemudian, tepatnya pada 1956, Indonesia hampir mengalahkan Uni Soviet di perempat final Olimpiade Melbourne. Pada menit terakhir, Ramang hampir menjebol gawang Lev Yashin andai kausnya tidak ditarik lawan. Skor akhir imbang 0-0. Dan Indonesia tersingkir setelah kalah telak 4-0 pada partai ulang kesokan harinya.
Bersama Ramang, Timnas Indonesia nyaris menembus putaran final Piala Dunia 1958. Timnas Merah Putih selangkah lagi ke Swedia setelah unggul aggregat 5-4 atas China. Tiga dari lima gol Indonesia dicetak oleh Ramang. Namun, langkah Indonesia terhenti karena menolak bertanding melawan Israel yang akhirnya lolos ke Swedia.
Di pentas Asia, Ramang membawa Indonesia medali perunggu Asian Games 1958 Tokyo. Sayang, karier cemerlang Ramang ternoda jelang persiapan timnas menghadapi Asian Games 1962.
Bersama mayoritas pemain timnas saat itu, Ramang dituduh menerima suap. Ramang pun mundur dari timnas karena merasa tidak pernah menerima suap. Setelah itu Ramang hanya memperkuat PSM sampai 1967 dan kemudian jadi pelatih di sejumlah daerah selain Makassar yakni Palu dan Blitar.
Nama Ramang Jadi Julukan Tim dan Suporter PSM
Cerita kehebatan aksi dan sepak terjang Ramang jadi inspirasi penerusnya sampai saat ini. PSM yang lekat dengan julukan Juku Eja ketika sang legenda masih bermain, kini kerap juga disebut Pasukang Ramang.
Belakangan, namanya juga dipakai oleh satu diantara puluhan kelompok suporter di Makassar yakni Ramang Mania yang memiliki anggota mencapai 2000 orang.
Menurut Ahmad Susanto, pembina kelompok suporter yang berdiri pada 2018 ini, menjelaskan alasan pihaknya memakai nama Ramang.
"Kami terinspirasi dengan semangat dan motivasi Ramang mengharumkan nama PSM dan tim nasional Indonesia," ungkap Ahmad Susanto kepada Bola.com, Senin (30/3/2020).
Ahmad Susanto berharap semangat Ramang mengalir ke suporter sebagai pemain-12 PSM di luar lapangan.
"Sebagai suporter, kami harus total mendukung aksi para pemain yang berjuang di lapangan. Semoga PSM bisa kembali menjadi klub yang disegani di pentas sepak bola Indonesia," harap Ahmad Susanto.
Baca Juga
Sangat Optimistis! Timnas Indonesia Disebut Bisa Lolos ke Piala Dunia 2026 tanpa Perlu Lewat Putaran Keempat
Digilas Hong Kong pada FIFA Matchday November Jadi Cambuk Filipina demi Bisa Moncer di Piala AFF 2024
Double Date, Erick Thohir dan Istri Kunjungi Vakansi Maarten Paes dan Luna Bijl di Bali: Dengarkan Cerita Melihat Berbagai Budaya Indonesia