Deretan Pemain Asing yang Paling Berpengaruh di Liga Indonesia dalam 10 Tahun Terakhir

oleh Zulfirdaus Harahap diperbarui 01 Apr 2020, 07:30 WIB
Trivia - Pemain Asing Paling Berpengaruh (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Sepak bola Indonesia telah menjadi tujuan karier menjanjikan bagi pesepak bola asing. Hal itu tercermin dari semakin meningkatnya pemain top yang bermain di kompetisi elite Indonesia.

Kompetisi Indonesia berangsur mengarah ke kondisi yang lebih baik. Hal itu terjadi sejak era Liga 1 pada 2017 di mana jumlah peserta dibatasi hanya 18 klub. Hal yang semakin membuat peta persaingan semakin sengit.

Advertisement

Bola.com mencoba menjabarkan beberapa nama pesepak bola top yang memberikan pengaruh positif. Pengaruh yang diberikan berupa kontribusi maupun gelar.

Contoh pertama adalah Paulo Sergio. Pemain asal Spanyol itu mulai mencicipi sepak bola Indonesia sejak 2017 dengan bergabung bersama Bhayangkara FC.

Sebagai pemain asli binaan akademi Sporting CP, Paulo Sergio betul-betul membawa perbedaan. Paulo Sergio mencetak sembilan gol dan delapan assist dalam debutnya sekaligus memberikan gelar Liga 1 2017 untuk Bhayangkara FC. Paulo Sergio juga menyabet penghargaan pemain terbaik.

4. Paulo Sergio (Bali United) - Gelandang asal Portugal ini kualitasnya tak perlu diragukan lagi. Meski usianya sudah mencapai 36 tahun, Sergio adalah sosok yang diandalkan dalam penyerangan Bali United. (Bola.com/Yoppy Renato)

Paulo Sergio pada 2018 kembali membela Bhayangkara FC. Namun, pemain pemilik nama lengkap Paulo Sergio Moreira Goncalves gagal membantu The Guardians mempertahankan gelar. Sang pemain kemudian memutuskan bergabung dengan Bali United untuk musim 2019.

Lagi-lagi Paulo Sergio berhasil membuktikan kualitasnya. Paulo Sergio menyumbang dua gol dan 10 assist sekaligus mengantarkan Bali United meraih gelar juara Liga 1 2019.

"Terima kasih Tuhan kami juara. Bukan karena saya saja karena saya hanya datang ke sini untuk membantu tim untuk juara, atas rahmat Tuhan saya melakukannya dengan baik. Percayalah, jika Anda bisa membuat sesuatu berhasil, itu akan baik juga bagi Anda selama di sini," ujar Paulo Sergio.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 4 halaman

Simic Menggila

Striker Persija Jakarta, Marko Simic, melakukan selebrasi usai membobol gawang Borneo FC pada laga Shopee Liga 1 di SUGBK, Jakarta, Minggu, (1/3/2020). Persija menang 3-2 atas Borneo FC. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Jika Bali United memiliki Paulo Sergio, maka Persija Jakarta mengandalkan Marko Simic. Pemain asal Kroasia itu langsung membawa dampak positif buat klub ibu kota setelah bergabung pada 2018.

Simic langsung tampil gemilang dan mempersembahkan gelar Piala Presiden 2018. Simic mencetak 11 gol dalam turnamen pramusim tersebut sekaligus menyabet penghargaan pemain terbaik dan pencetak gol terbanyak.

Ketajaman Simic berlanjut pada Liga 1 2018. Simic sukses mencetak 18 gol dalam 30 laga yang dimainkannya. Berkat ketajamannya, Persija berhasil menjadi juara Liga 1 2018, gelar perdana setelah 17 tahun.

"Saya haus gelar bersama Persija. Saya berharap memenangi sebanyak mungkin gelar di klub ini. Bermain di Persija menjadi sesuatu yang luar biasa, klub ini punya suporter fanatik yang menyemangati saya untuk memberikan yang terbaik," ujar Marco Simic.

Sayang, pada musim selanjutnya Simic gagal membawa Persija mempertahankan gelar. Padahal, pada 2019 Simic tercatat mencetak 28 gol dalam 32 laga yang menjadikannya sebagai pemain paling tajam di liga.

3 dari 4 halaman

Makan Konate Si Kutu Loncat

Makan Konate, Firman Utina, dan Atep Rizal (Yoppy Renato/Liputan6.com)

Makan Konate juga tak bisa dipisahkan dari warna sepak bola Indonesia. Pemain asal Mali itu menjelma menjadi sosok yang sangat krusial dan memiliki pengaruh di timnya.

Makan Konate pertama kali datang ke Indonesia pada 2012 dengan bergabung dengan PSPS Pekan baru. Bersama klub berjulukan Askar Bertuah, Makan Konate gagal tampil bersinar dan hanya mencetak enam gol dari 16 laga.

Pada 2013, Makan Konate mencoba peruntungan dengan bergabung dengan Barito Putera. Namun, sang pemain hanya mencetak enam gol dalam 14 laga.

Masa-masa keemasan Makan Konate justru terjadi ketika bermain untuk Persib Bandung pada 2014-2015. Makan Konate menjadi nyawa permainan Persib di lini tengah dan sukses menyumbang 14 gol.

Pemain asal Mali juga menyumbang gelar Liga Super Indonesia 2014 dan Piala Presiden 2015 untuk Persib Bandung. Pencapaian ini yang membuat Makan Konate masih dielu-elukan oleh suporter Persib.

"Saya dulu memiliki banyak memori bersama Persib. Saya tidak bisa melupakan Persib dan Persib memang adalah tim kuat," kata Makan Konate.

Pada 2015, Makan Konate sempat bermain ke luar Indonesia dengan bergabung dengan T-Team Malaysia. Namun, pada 2018 Makan Konate akhirnya kembali ke Tanah Air dengan bergabung dengan Sriwijaya FC.

Makan Konate kembali meraih masa-masa sukses pada 2018 setelah bergabung dengan Arema FC. Makan Konate sukses menctak 29 gol dalam 59 laga dan mengantarkan Singo Edan meraih gelar Piala Presiden 2019. Kini, Makan Konate memperkuat Persebaya Surabaya untuk musim 2020 dan siap mengembalikan kesuksesannya.

4 dari 4 halaman

Zah Rahan

Gelandang Madura United, Zah Rahan, saat melawan Bhayangkara FC pada laga Liga 1 di Stadion PTIK, Jakarta, Kamis, (07/6/2018). Bhayangkara FC menang 1-0 atas Madura United. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Zah Rahan juga pernah memberikan warna lain di sepak bola Indonesia. Pemain asal Liberia itu mengawali kariernya dengan bergabung dengan Persekaba Badung (2004-2015).

Kemudian Zah Rahan membela Pesepabpas Pasuruan (2005-2006). Pada 2007, pemain berpostur 167 cm itu memutuskan untuk bergabung dengan Sriwijaya FC. Bersama Laskar Wong Kito inilah masa-masa keemasan Zah Rahan.

Sang pemain berhasil mengantarkan Sriwijaya FC menjadi juara pada Liga Super Indonesia 2007-2008. Zah Rahan juga berhasil memberikan gelar Piala Indonesia tiga musim beruntun untuk Sriwijaya FC pada 2007-2008, 2008-2009, dan 2010.

Setelah itu, Zah Rahan kemudian melanjutkan karier di Persipura Jayapura. Selama empat musim, Zah Rahan berhasil memberikan penampilan terbaik dan menyumbang gelar Liga Super Indonesia 2010-2011 dan 2012-2013.

Gelar itulah membuat nama Zah Rahan menjadi satu di antara pemain asing dengan pengoleksi terbanyak. Saat ini, Zah Rahan bermain untuk PSS Sleman. Menarik untuk menyaksikan kelanjutan kiprah dari pemain berusia 35 tahun itu.

Berita Terkait