Bola.com, Jakarta Pemuda asal Malang, Rhesa Haryo Wicaksono mengucap syukur setelah pulih usai menjalani perawatan di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA), Malang, Jawa Timur, karena positif COVID-19.
Sejak Sabtu, 28 Maret 2020, mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (UB) Malang itu sudah diperbolehkan pulang. Berkumpul dengan keluarga ketika itu menjadi momen paling berharga. Kendati masih diminta dokter untuk tetap jaga jarak dan mengisolasi mandiri lantaran masih rentan menularkan.
Bukan sesuatu sulit bagi Rehsa. Permintaan itu tentu dituruti. Dia tidak ingin lingkungan sekitarnya mengalami hal serupa, apalagi sampai ada korban nyawa. Tentu itu tidak pernah diharapkan. Tentu saran tim medis benar-benar dituruti. Apalagi di rumahnya ada orang tua yang rentan dan berisiko tinggi ketika tertular.
"Sudah normal (kondisi saya), memang tetap jaga jarak dengan keluarga. Soalnya masih rentan menular juga," ujar Rehsa bercerita kepada Merdeka.com, Rabu, (1/4/2020).
Selama wabah pandemi corona di Indonesia, banyak jumlah pasien dinyatakan sembuh. Data per 2 April 2020, jumlah kasus pasien sembuh dari virus corona bertambah.
Menurut data dari pemerintah, ada penambahan sembilan pasien baru sembuh dari COVID-19. Sehingga total ada 112 pasien yang berhasil sembuh melawan Corona.
Awal Gejala
Sembuh dari infeksi virus corona, tentu menjadi momen bagi Rehsa untuk menyelesaikan skripsi. Sudah lebih dua pekan tugas akhir kuliahnya itu tertunda. Kesempatan isolasi mandiri saat ini tentu membuatnya lebih fokus untuk mengerjakan.
Meski skripsi menjadi beban tanggung jawab, dia mencoba menjalani dengan nikmat. Dia tidak mau terlalu stress yang mengkhawatirkan imunitas dalam tubuhnya menurun. Tentu keadaan seperti itu memungkinkan dirinya kembali terserang virus corona maupun penyakit lain. Apalagi posisinya masih termasuk rentan walau dinyatakan dokter sudah sembuh.
"Kebetulan saya kan mahasiswa semester terakhir. Sekarang tentu melanjutkan skripsi, dicicil. Lumayan. Karena ini sempat tertunda dua minggu," ungkap dia.
Kegiatan menjaga kondisi agar terhindar dari segala penyakit juga dilakukan. Tim medis menyarankan dirinya untuk berjemur selama 15 menit tiap jam 10 pagi. Sejak pulang dari rumah sakit, aktivitas itu rutin dilakukan. Kemudian menjaga pola makan dan olah raga agar kondisi badan tetap bugar.
Hingga saat ini, Rehsa tidak pernah mengetahui bagaimana bisa tertular virus corona. Hanya bisa menduga-duga sambil mengingat ke mana saja dirinya pergi sebelum tertular.
Awal gejala dirasakan ketika itu suhu tubuhnya panas dan demam. Ketika itu hanya menduga deman biasa, sehingga hanya meminum obat penurun panas. Sempat reda, tetapi tidak lama. Kondisi tubuhnya kembali demam. Terus berulang selama dua pekan.
Gejala Lanjutan
Kemudian pemuda 22 tahun ini memutuskan ke dokter di Jalan Bengawan Solo, Malang. Mulai muncul radang tenggorokan ketika itu. Dokter menduga bahwa Rehsa hanya gejala tifus atau malaria sehingga disarankan untuk tes ke laboratorium. Tetapi, ternyata hasilnya hasil laboratorium menunjukkan bahwa tidak ada tanda-tanda mengarah ke dua penyakit itu.
Dokter memberi obat pereda panas dengan dosis cukup tinggi, tetapi setelah dua hari tidak juga membaik. Sehingga kembali ke dokter lagi. Dokter meminta untuk memerika paru-paru (thorak) dan hasilnya ditemukan flek di paru-paru kanan yang sudah mulai menumpuk. Sementara paru-paru sebelah kiri fleknya lebih sedikit.
Dokter menyarankan untuk rawat inap, sehingga tanggal 7 Maret masuk di Rumah Sakit Panti Nirmala. Tanggal 10 Maret masuk ICU, sebelum keesokannya dirujuk ke RSSA. "Fleknya itu bukan muncul lama sih, baru-baru itu munculnya. Dugaan awal, fleknya itu ya virus itu. Tapi tidak tahu itu infeksi paru-paru atau covid itu," kata dia.
Setelah dirujuk ke RSSA, Resha awalnya masuk ke ICU, sebelum dipindahkan ke ruang steril untuk isolasi. Kondisi yang dirasakan saat itu sesak napas sejak di rumah sakit sebelumnya, sehingga harus dibantu oksigen.
Menjalani Perawatan
Rehsa menjalani perawatan intensif sejak 11 Maret 2020. Selama itu, dokter melakukan tes laboratorium dengan mengambil sample swap (air lir dan cairan hidup), darah, urine dan dahak.
Dalam ruangan isolasi, dia hanya seorang diri. Beruntung ponsel pintarnya diperbolehkan dibawa selama menjalani perawatan. Tentu ini menjadi hiburan tersendiri. Meski keadaannya sudah harus diberikan oksigen tambahan, kondisinya masih dalam keadaan sadar.
Beberapa perawat yang membantunya selama di rumah sakit selalu berpakaian alat pelindung diri (APD) lengkap. Obat diberikan melalui suntikan. Dia tidak begitu tahu detil obat apa yang diberikan. Tetapi, keadaannya selalu diawasi para dokter spesialis melalui CCTV selama dirinya di ruang isolasi.
"Kalau dokter, ada beberapa harus memasukkan obat lewat injeksi. Tapi beberapa dokter spesialis memantau lewat CCTV. Baru dipasang CCTV pas saya masuk itu," ungkap dia.
Selama di rumah sakit, dirinya tidak pernah diinformasikan sebagai pasien positif corona. Padahal hasil pemeriksaannya sudah keluar sejak 17 Maret 2020. Sebenarnya ibunda Rehsa dokter tentang kondisi anaknya sehari setelahnya. Namun, mereka melarang ibunya untuk memberitahu agar pasien tidak semakin stres.
Selama masa perawatan, Rehsa juga menduga terserang corona. Meskipun dalam hatinya masih bertanya-tanya. Apalagi dari cara rumah sakit merawat dirinya selama di ruang isolasi. Tetapi, dia enggan menanyakan itu lebih jauh. Kesembuhan menjadi prioritasnya. Apalagi Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur mewawancarainya via telepon ketika sedang menjalani perawatan.
Baru ketika sembuh dan diperbolehkan pulang, Rehsa mengetahui bahwa dirinya menjadi salah satu pasien terinfeksi corona. Dugaanya benar. Meski begitu, dia tidak mau ambil pusing. Justru kesembuhan yang dirasakan kini ingin dia tularkan kepada pasien lain.
Resha juga mengajak masyarakat untuk membantu pasien Covid19 kembali sehat. Setidaknya dengan memberi semangat. Sehingga diharapkan tidak memunculkan persoalan baru yang menjadi beban bagi pasien. Salah satunya dikucilkan dari lingkungan. Beruntung dirinya tidak pernah mengalami itu. Justru dukungan deras datang dari para kerabatnya.
"Tetap berpikir positif, yang pasien atau yang sudah positif, berpikir bahwa kamu pasti sembuh," kata Rehsa memberi semangat.
Sumber: Merdeka.com (Darmadi Sasongko, published 3/4/2020)