Bola.com, Jakarta - Perpindahan pemain pada masa bursa transfer bukanlah peristiwa spesial. Bahkan, bisa dibilang perpindahan pemain antarklub sudah menjadi rutinitas di kancah sepak bola dunia. Selalu dinanti dan menarik dibahas.
Namun, tak sedikit transfer pemain bisa memicu gelombang besar, diiringi kontroversi hingga kemarahan fans. Tentu saja ada alasan khusus yang melatarbelakanginya.
Jika yang pindah bersatatus pemain-pemain saja tentu tak akan menimbulkan kehebohan. Tapi, beda jadinya jika yang hengkang pemain berlabel kapten klub, legenda hidup, hingga bintang yang disayangi fans.
Biasanya alasan mereka pergi karena ingin mengejar titel yang belum pernah diraih, atau memburu lebih banyak gelar. Alasan seperti itu sangat manusiawi dan masuk akal.
Tapi, beda jadinya jika pemain tersebut hengkang ke klub yang merupakan rival berat tim yang ditinggalkannya. Bagi sebagian pemain, loyalitas di sepak bola tak eksis. Tak sedikit pemain yang rela menghadapi kemarahan fans demi mengejar ambisinya atau impiannya.
Berikut ini enam bintang sepak bola yang kepindahannya di bursa transfer memicu kontroversi dan sebagian dibarengi kemarahan fans, seperti dilansir Mirror, Jumat (3/4/2020).
1. Sol Campbell (Tottenham Hotspur ke Arsenal, 2001)
Menjelang musim 2001, Tottenham Hotspur berencana menjadikan Sol Campbell pemain bergaji tertinggi di White Hart Line. Saat itu, performa Campbell sangat gemilang dan membuat petinggi Spurs puas.
Namun, alih-alih menyambar peluang itu, bek tengah brilian itu malah memancing kehebohan dengan hengkang ke Arsenal, yang merupakan seteru berat Spurs di London Utara. Ironisnya, Campbell pindah setelah sempat bilang tak akan pernah mau bermain untuk The Gunners.
Dia dicap sebagai Judas. Tapi, Sol Campbell tak peduli. Berselang tiga tahun kemudian, dia menjadi bagian skuat Arsenal yang meraih gelar Premier League tanpa terkalahkan dalam semusim pada 2004.
2. Robin van Persie (Arsenal ke Manchester United, 2012)
"Anak kecil dalam diri saya meneriakkan Manchester United." Begitulah yang diucapkan Robin van Persie tentang alasannya pindah ke Manchester United pada 2012.
Kepindahan Robin van Persie ke MU benar-benar melukai hati fans Arsenal. Saat itu, Van Persie merupakan kapten dan mesin gol The Gunners. Dia juga belum lama memenangi gelar PFA Player of the Year. Dia dengan cepat menjadi idola di Arsenal, bahkan dalam perjalanan meraih status legenda. Dia memiliki segalanya, kecuali trofi Premier Leagie.
Godaan pindah ke Manchester United sulit diabaikan. Saat itu, Manchester United terlihat mudah meraih trofi demi trofi dan sedang mencari mesin gol.
Robin van Persie memutuskan pindah dengan kesadaran penuh akan dicap pengkhianat oleh suporter The Gunners. Dia mencetak banyak gol bersama Setan Merah dan meraih gelar Premier League sembilan bulan berselang. Misi berhasil.
3. Gonzalo Higuain (Napoli ke Juventus, 2016)
Gonzalo Higuain menjadi tukang gedor andalan Napoli saat itu. Dia menyumbangkan 71 gol dalam 104 penampilan di Serie A bersama Napoli. Pemain asal Argentina itu membantu Napoli finis di peringkat kedua Serie A pada musim 2015-2016.
Ya, hanya posisi kedua. Dia menyadari jika ingin memenangi titel Serie A harus bergabung dengan tim yang punya rekor mentereng, seperti lima scudetto secara beruntun. Tim tersebut tak lain adalah Juventus.
Pada 2016, Higuain menerima pinangan Juventus dengan banderol 75 juta poundsterling. Fans Napoli murka. Wajah Higuain terpampang di tisu toilet di seluruh penjuru Naples.
Hiaguain menyalahkan hubungan buruknya dengan pemilik Napoli sebagai alasan pindah ke Juventus. Namun, kepindahan Higuain terbayar dengan titel.
Dia dengan cepat memenangi dua gelar Serie A. Setelah dua kali dipinjamkan ke AC Milan dan Chelsea, Hiaguain kembali tampil apik bersama Juventus.
4. Luis Figo (Barcelona ke Real Madrid, 2000)
Beberapa pemain pindah kerena dalam hati terdalam mengetahui klubnya saat itu tak bisa memenangi titel. Namun, Luis Figo berbeda. Dia telah memenangi dua gelar La Liga bersama Barcelona dan masih hijrah ke Real Madrid.
Beberapa transfer benar-benar tak termaafkan, termasuk kepindahan Luis Figo. Kedua klub adalah seteru abadi. Luis Figo seperti menyiramkan bensin ke api. Fans Barcelona benar-benar membenci Figo atas keputusannya itu.
Ejekan dari fans Barcelona nyaring terarah ke Figo, ketika Real Madrud menjalani duel el clasico. Insiden yang paling dikenang tentu saja lemparan kepala babi kepada Figo.
Tetapi, semuanya tak membuat Figo patah arang. Buktinya, dia berhasil merebut dua titel La Liga bersama Real Madrid.
5. Robert Lewandowski (Borussia Dortmund ke Bayern Munich, 2014)
Robert Lewandowski saat itu baru saja memenangi dua gelar Bundesliga bersama Borussia Dortmund. Menjuarai Bundesliga bersama klub yang bukan Bayern Munchen selalu dianggap istimewa.
Namun, Lewandowaski sepertinya menyandari Dortmund tak akan bisa juara lagi. Dia memilih gabung Bayern Munchen pada 2014.
Pemain Polandia itu sebenarnya tengah membangun status sebagai ikon di Borussia Dortmund, namun mengorbankannya demi titel yang lebih banyak.
Pilihan Lewandowski tidak salah. Dia berhasil memenangi lima gelar lagi bersama Bayern Munchen.
6. Raheem Sterling (Liverpool ke Manchester City, 2015)
Raheem Sterling gabung Liverpool saat masih sangat muda, tepatnya berusia 17 tahun. Dia secara mengejutkan mampu memenuhi harapan tinggi fans dan menjadi bagian trisula menakutkan The Reds bersama Luis Suarez dan Daniel Sturridge.
Tapi, tetap saja Liverpool finis di peringkat keenam Premier League.
Pada usia 20 tahun, Sterling diming-imingi gaji 100 ribu pounds per pekan untuk bertahan di Liverpool, tapi dengan yakin ditolaknya. Dia memilih hijrah ke Manchester City pada musim panas 2015 dengan banderol 44 juta pounds. Kepindahan Sterling memicu kekecewaan fans Liverpool.
Namun, Sterling berhasil memenuhi misinya. Dia menggenggam dua trofi Premier League sejak pindah ke Manchester City. Sayangnya, dia gagal memenangi Liga Champions.
Sumber: Mirror
Baca Juga