Bola.com, Jakarta - Tidak banyak pembalap asal Indonesia yang bisa beprestasi di kancah balap dunia, baik itu roda dua maupun roda empat.
Namun jika melihat ke belakang, tepatnya tahun, 1970-an, siapa sangka, Indonesia ternyata pernah memiliki pembalap hebat dengan level dunia. Dia adalah Saksono SA atau yang akrab disapa Sony Saksono.
Saksono diketahui sangat rutin mengikuti balapan kelas motor 500cc (balapan bergengsi di eranya) di tanah Eropa. Dia bahkan pernah merasakan podium kedua saat berlomba di Sirkuit Zandvoort, Belanda tahun 1972.
Sayangnya kebintangan Saksono tidak berlangsung lama. Pada tahun yang sama, ia meninggal dunia ketika berlomba di Sirkuit Jalan Raya Praha, Rep. Ceko pada tanggal 12 Agustus 1972.
Kala itu, usianya masih 26 tahun. "Waktu itu, ia memberi kabar menang di Zandvoort dan beberapa minggu kemudian akan ikut balapan di Ceko," kenang adik Saksono, Andre SA saat berbincangan dengan Bola.com, Jumat (3/4/2020).
"Karena kecelakaan saat balapan di Ceko, ia sempat dibawa ke rumah sakit dan koma beberapa saat. Karena luka dalam di kepala. Piala saat menang di Zandvoort dan helm kakak saya yang retak di Ceko ada di museum balap Sentul (Bogor)," lanjut Andre SA.
Saksikan Video Pilihan Kami:
Kronologi Kecelakaan
Diketahui, Saksono mengalami kecelakaan saat mengikuti sesi kualifikasi balapan di Ceko. Dia kehilangan kendali motor saat memasuki tikungan chicane yang cepat.
Nahasnya di bawah sirkuit itu, ada rel kereta api. Dia terjatuh di sana dan pinggangnya menghantam rel. Pada eranya, aspek keselamatan sirkuit balap memang belum setinggi sekarang.
"Pas almarhum kecelakaan, pada hari yang sama saya juga lagi balap motor di Tangerang. Jadi saya sangat kaget mendengarnya," Andre SA menceritakan.
Andrea SA pun mengenang sosok sang kakak. Menurutnya Saksono merupakan sosok yang tegas mendidik adik-adiknya.
Kemudian sosoknya begitu gampang bergaul. Sehingga memiliki banyak teman. "Salah satu sahabatnya Tinton Soeprapto (pemilik Sirkuit Sentul)," kata Andre SA.
"Kami sendiri berlima di keluarga SA semua berprofesi sebagai pembalap. Dulu ayah saya selalu beli motor sendiri dari luar. Seperti Norton Manx 500," tambahnya.