Bola.com, Jakarta - Liverpool hanya membutuhkan hasil imbang atau kalah dengan selisih satu gol saat bersua Arsenal di Stadion Anfield, demi meraih trofi Liga Inggris 1988-1989. Namun, The Reds takluk dua gol dan gagal mempertahankan gelar.
Berstatus sebagai juara bertahan, Liverpool mengawali Liga Inggris edisi ke-100 dengan kurang meyakinkan. The Reds yang kala itu diasuh Kenny Dalglish hanya meraih empat kemenangan, tiga hasil imbang, dan menelan tiga kekalahan dalam 10 laga awal liga.
Hasil tersebut membuat Liverpool berada di peringkat keempat klasemen liga yang bernama First Division tersebut, dengan nilai 15. Mereka tertinggal tiga angka dari Arsenal di urutan kedua, dan delapan poin dari Norwich City di puncak klasemen.
Meski sempat terseok-seok, Liverpool akhirnya menggusur Arsenal dari posisi teratas pada pekan ke-37. Hasil tersebut tak lepas dari empat kemenangan beruntun yang diraih, yakni kontra Nottingham Forest (1-0), Wimbledon (2-1), Queens Park Rangers (2-0), dan West Ham United (5-1).
Di sisi lain, Arsenal hanya meraih dua kemenangan, sekali kalah, dan satu kali imbang. Tim Gudang Peluru menang atas Norwich City (5-0) dan Middlesbrough (1-0), kalah 1-2 dari Derby County, dan bermain imbang 2-2 kontra Wimbledon.
Liverpool mendulang 76 poin, hasil dari 22 kemenangan, 10 imbang, dan lima kali kalah dari 37 pertandingan. Di sisi lain, Arsenal mengoleksi 73 angka berkat 21 kemenangan, 10 imbang, dan enam kekalahan dari 37 pertandingan.
Bukan hanya unggul poin, Liverpool juga memimpin selisih gol atas Arsenal. Skuat Si Merah menorehkan +39, sedangkan Tim Meriam London dengan +35.
Pada laga pekan terakhir, Liverpool menjamu Arsenal di Stadion Anfield, 26 Mei 1989. Duel tersebut menjadi penentuan nasib kedua tim untuk merengkuh titel juara Liga Inggris 1988-1989.
Video
Perebutan Trofi Paling Dramatis
Dengan selisih yang cukup ketat di klasemen, Liverpool hanya membutuhkan hasil imbang atau kalah tidak lebih dari satu gol kontra Arsenal. Torehan tersebut sudah cukup membawa The Reds menjuarai Liga Inggris 1988-1989, sekaligus meraih titel liga yang ke-17.
Namun, Liverpool berambisi untuk mengalahkan The Gunners, sekaligus menghibur suporter mereka pasca-Tragedi Hillsborough pada 15 April 1989. Saat itu, sebanyak 96 suporter Liverpool meninggal dunia ketika menyaksikan laga final Piala FA kontra Nottingham Forest di Stadion Hillsborough.
Sejak bola digulirkan, Liverpool langsung tampil menekan. The Reds mengandalkan Steve McMahon, Ray Houghton, John Barnes, dan Ian Rush untuk membongkar pertahanan Arsenal.
Akan tetapi, The Reds kerepotan menembus lini belakang Tim Meriam London yang tampil dengan formasi 4-5-1. Arsenal yang mengandalkan serangan balik beberapa kali mengancam lewat serangan balik.
Masuk menit ke-52, gawang Liverpool yang dikawal Bruce Grobbelaar kebobolan. Eksekusi tendangan bebas Nigel Winterburn mampu dituntaskan Alan Smith menjadi gol dengan sundulan.
Meski kebobolan satu gol, Liverpool masih berpeluang merengkuh titel juara. Namun, petaka untuk The Reds terjadi pada injury time, tepatnya menit ke-90+1.
Berawal dari umpan Alan Smith, bola diterima dengan baik oleh Michael Thomas dan berhasil melewati kawalan Steve Nicol. Dengan tenang, Thomas menjaringkan bola ke dalam gawang The Reds dengan sepakan kaki kanan.
Sampai laga berakhir, Liverpool takluk 0-2 dari Arsenal. Hasil ini pun membuat The Gunners berhak atas trofi Liga Inggris yang pertama, setelah terakhir kali diraih pada 1970-1971.
Tak Menduga
Manajer Liverpool, Kanny Dalglish, hanya bisa terpaku melihat timnya gagal meraih gelar juara. Adapun manajer Arsenal, George Graham, dan seluruh bangku cadangan Tim Meriam London berjingkrak kegirangan merayakan titel juara.
"Itu menyakiti saya. Itu menyakiti saya. Itu sangat menyakiti saya. Itu seperti tidak nyata. Itu hanya terlintas di hadapan Anda, gol tersebut. Itu seperti 'Ah, apakah ini benar-benar terjadi?'," ujar gelandang Liverpool saat itu, Steve McMahon.
Di sisi lain, George Graham tak menduga Arsenal bisa membawa pulang trofi juara ke kota London. "Tidak ada orang di luar Highbury yang mengharapkan kita melakukannya. Tetapi, ketika Anda kehilangan kepercayaan, Anda mungkin juga akan keluar dari sepak bola," ucap Graham.
Sumber: BBC, The Sun, Transfermarkt