Bola.com, Semarang - Selain prestasi juara pada Perserikatan 1987 dan Liga Indonesia 1998-1999, PSIS Semarang akan sulit melupakan musim hebat 2005 dan 2006. Laskar Mahesa Jenar keluar sebagai peringkat ketiga pada Liga Indonesia 2005 dan runner-up semusim kemudian.
Di balik kesuksesan tim kota Atlas tersebut, ada peran dua pemain asing asal Argentina, yakni playmaker Gustavo Hernan Ortiz dan striker Emanuel de Porras. Duo Tango ini menjadikan PSIS ancaman bagi lawan-lawannya.
Mereka menjadi sosok sentral dan menaklutkan di pertahanan lawan. Peran masing-masing yang berbeda dan saling mengisi, membuar PSIS kala itu menjadi tim yang paling diperhitungkan di Liga Indonesia.
PSIS cukup jeli memanfaatkan situasi Hernan Ortiz dan De Porras saat hengkang dari Persija Jakarta pada musim 2004.
Kedua pemain ini sulit dipisahkan. Tidak hanya kompak di atas lapangan, keduanya tinggal dalam satu rumah saat berseragam PSIS, hingga kembali bermain di Jakarta FC 1928 pada Liga Primer Indonesia 2011.
Banyak kenangan manis yang didapat keduanya selama dua musim di kota Lumpia.
"Saya mengikuti turnamen sepak bola di Indonesia. Saya tertarik untuk mengetahui segala sesuatu karena saya Pelatih. Saya tertarik mengetahui perkembangan PSIS Semarang dan Persija Jakarta," ujar De Porras kepada Bola.com.
Berikut ini ulasan kiprah Gustavo Hernan Ortiz dan Emanuel De Porras yang begitu garang bersama PSIS Semarang, versi Bola.com:
Saksikan Video Berikut Ini
Pelayan Setia
Gustavo Hernan Ortiz lahir di Buenos Aires, Argentina, 42 tahun silam. Ia merupakan seorang gelandang serang dengan skill individu yang menawan, terutama kekuatan kaki kirinya yang spesial
Ortiz gampang dikenali dengan ciri khas penampilannya, yakni rambut gondrong diikat tapi ke belakang. Dari gaya bermain, larinya tidak kencang, namun ia cukup gesit dalam melakukan pergerakan.
Ia kerap membuat keajaiban lewat umpan terobosan terukur, serta umpan silang yang memanjakan penyerang. Ortiz juga mempunyai kepiawaian mengesekusi bola mati.
Semasa di PSIS, Ortiz yang mengenakan nomor punggung 10, menjadi pelayan setia Emanuel De Porras. Ortiz dikenal memiliki daya jelajah tinggi sebagai pengatur permainan.
Ortiz juga pernah membuat gol spektakuler untuk PSIS, yakni ke gawang PSIM Yogyakarta, melalui tendangan keras kaki kiri jarak jauh. Bola menghujam deras tanpa bisa dihalau kiper PSIM kala itu, Oni Kurniawan.
Beberapa catatan gol yang dihasilkan Emanuel De Porras, prosesnya tak lepas dari peran Ortiz. Porras selalu memakan bola umpan-umpan dari kaki kirinya.
Ortiz berpisah dengan De Porras pada musim 2007. De Porras hijrah ke kompetisi di Italia, sedangkan Ortiz masih melanjutkan petualangan di Liga Indonesia bersama sejumlah tim, yakni Persisam Samarinda (sekarang Bali United) dan Persibo Bojonegoro.
Insting Mematikan Emanuel De Porras
Emanuel De Porras memiliki sebutan lain, Cachi. Ia memiliki kemampuan yang begitu komplet, kaki dan duel udara. Pemain kelahiran Argentina, 16 Oktober 1981 ini punya insting mematikan.
Naluri De Porras sebagai predator di pertahanan lawan memang tinggi. Saat bersama Persija Jakarta pada musim 2004, Cachi menjadi top scorer Macan Kemayoran dengan 16 gol, lebih banyak dari Bambang Pamungkas sebagai duetnya.
Sayangnya, Persija hanya mampu finis sebagai peringkat ke-3. Hingga akhirnya Emanuel De Porras terdepak dari skuat Macan Kemayoran.
Kemudian ia hijrah ke PSIS dan langsung menjadi andalan lini depan Mahesa Jenar. Bersama Hernan Ortiz, ia bahu-membahu membawa PSIS meraih peringkat ketiga musim 2005 dan runner-up Liga Indonesia 2006.
Meski kalah dari Persik Kediri pada laga puncak, De Porras tetap jadi idola Panser Biru dan Snex. Ia mampu melesakkan 23 gol dalam dua musim bersama PSIS.
Setelah pergi dari PSIS, Cachi De Porras berkelana ke Italia, bersama Benevento. Ia sempat kembali ke Indonesia dan bermain bersama Jakarta 1928 FC. Kemudian, ia berlabuh ke Atletico Bucaramanga dan itu menjadi klub terakhirnya.
Meski sudah pensiun dan tinggal di kampung halamannya, Emanuel De Porras masih sempat membantu Mahesa Jenar pada musim 2018 lalu. Ia ikut membantu manajemen PSIS mencari pemain asing.
De Porras ternyata juga selalu up-to-date dengan sepak bola Indonesia.
"Stadion sekarang cantik sekali! Saya suka mengikuti perkembangan pembangungan stadion di Indonesia. Senang rasanya mengetahui sudah banyak stadion di sana dengan kualitas internasional," kata De Porras.