Bola.com, Makassar - Sejak penyatuan Perserikatan dan Galatama menjadi Liga Indonesia pada 1994, kompetisi sepak bola kasta tertinggi Indonesia selalu melahirkan striker tajam yang menjadi buah bibir pada setiap musimnya.
Malah pada edisi perdana Liga Indonesia pada musim 1994-1995, penyerang Bandung Raya, Peri Sandria, langsung menggebrak dengan mencetak 34 gol dalam satu musim.
Kala itu, kompetisi memakai sistem penyisihan wilayah, 8 Besar, semifinal dan final. Total laga yang dimainkan tim finalis mencapai angka 37 pertandingan. Bandung Raya tersingkir di 8 Besar.
Perolehan gol Peri Sandria dalam semusim ini baru dipatahkan oleh Sylvano Comvalius yang mencetak 37 gol buat Bali United pada Liga 1 2018.
Perbedaannya, Comvalius melakukannya di Liga 1 yang memakai sistem kompetisi penuh, di mana setiap klub memainkan total 34 laga dalam semusim.
Setelah dua pemain itu, ada duet Amerika Latin, yaitu Cristian Gonzales asal Uruguay, top scorer Liga Indonesia 2007 dengan 32 gol bersama Persik Kediri dan Oscar Aravena asal Chile yang menjadi pencetak gol terbanyak pada musim 2003 dengan 31 gol buat PSM Makassar.
Satu nama lagi yang bisa menembus lebih dari 30 gol dalam satu musim, yakni Dejan Glusevic saat membela Mastrans Bandung Raya. Striker asal Montenegro ini melakukannya pada Liga Indonesia 1995-1996 dengan koleksi 30 gol.
Menariknya, Cristian Gonzales dan Oscar Aravena pernah bermain bersama di PSM pada Liga Indonesia 2003. Aksi mereka bersama Juku Eja pada musim itu terbilang fenemonal. Oscar yang menjadi top scorer mencetak 31 gol, sedang Cristian mencetak 27 gol.
Total koleksi gol PSM sendiri pada musim itu mencapai angka 68. Artinya, mayoritas gol yang dicetak klub kebanggaan Kota Daeng ini berasal dari ketajaman keduanya.
Perolehan duet ini bisa jadi bakal sulit dipecahkan. Apalagi, mayoritas klub di Liga Indonesia sampai era Liga 1 saat ini memakai sistem 4-3-3 atau 4-2-3-1.
Berbeda dengan PSM Makassar yang pada masa Liga Indonesia ditangani oleh Miroslav Janu yang memakai pola 4-4-2 dengan memainkan dua striker pada waktu bersamaan dengan memaksimalkan dua sisi sayap.
Video
Kejelian Miroslav Janu
Optimalnya ketajaman Oscar dan Cristian di PSM pada era Liga Indonesia tidak lepas dari kejelian pelatih Miroslav Janu serta materi pemain yang mendukung. Keberhasilan Oscar dan Cristian mencetak gol tidak lepas dari dukungan maksimal dua sisi sayap yang dihuni Irsyad Aras di sisi kanan dan Ronald Fagundez di sisi kiri.
Irsyad dan Fagundez tidak hanya memiliki kecepatan dan skill tinggi dalam melepaskan umpan silang. Keduanya pun kerap melakukan penetrasi ke kotak penalti untuk memudahkan Oscar dan Cristian mencetak gol. Belum lagi penetrasi yang sesekali dilakukan oleh Ponaryo Astaman dari lini tengah.
Alhasil, Cristian yang baru pertama kali merumput di kompetisi Indonesia langsung menjulang. Padahal, sebelum bermain di PSM, Cristian berposisi sebagai gelandang serang. Produktivitas golnya pun sangat minim.
Memulai karier profesionalnya pada 1995 bersama hanya mencetak dua gol saat bermain pada tiga klub berbeda sampai 2002, yakni Sud America, Hurracan Corrientes, dan Deportivo Maldonado.
Begitu pun dengan Oscar yang datang ke PSM setelah musim sebelumnya bermain di Persela Lamongan. Berkat kejelian Janu menerapkan strategi, kemampuan Oscar tergali maksimal dengan mencetak gol lewat kedua kaki dan kepalanya.
Sayang Oscar hanya satu musim di PSM. Oscar memutuskan kembali ke Persela. Langkah Oscar ini ternyata jadi penanda masa suram kariernya di Indonesia. Setelah membela PSM, pamornya memudar.
Sementara Cristian sempat bertahan satu musim di PSM sebelum hengkang menyusul skorsing PSSI berupa larangan bermain dan denda Rp20 juta karena memukul ofisial Persita Tangerang. Namun, selepas skorsingnya berakhir, Cristian menjelma jadi striker yang tajam di Liga Indonesia dengan 4 kali menjadi top scorer.
Tiga penghargaan pertama diraih Oscar ketika berseragam Persik Kediri, masing-masing pada 2005 dengan 25 gol, 2006 dengan 25 gol dan 2007 dengan 32 gol. Satu gelar top scorer lainnya diraihnya bersama Boaz Salossa (Persipura Jayapura). Kala itu, Cristian yang membela Persib Bandung mencetak jumlah gol yang sama dengan Boaz, yakni 28 gol.
Baca Juga
5 Wonderkid yang Mungkin Jadi Rebutan Klub-Klub Eropa pada Bursa Transfer Januari 2025, Termasuk Marselino Ferdinan?
Bintang-Bintang Lokal Timnas Indonesia yang Akan Turun di Piala AFF 2024: Modal Pengalaman di Kualifikasi Piala Dunia
Mengulas Sosok Pemain yang Paling Layak Jadi Kapten Timnas Indonesia: Jay Idzes Ada Tandingan?