Kontradiksi Karier Luis Enrique: Bak Anak Tiri di Real Madrid, Temukan Cinta di Barcelona

oleh Rizki Hidayat diperbarui 08 Apr 2020, 08:00 WIB
Luis Enrique saat masih berseragam Barcelona menghadapi Real Madrid di Santiago Bernabeu pada 19 April 2003. (AFP/PIERRE-PHILIPPE MARCOU)

Bola.com, Jakarta - Luis Enrique adalah satu dari segelintir pesepak bola yang pernah berseragam Real Madrid dan Barcelona. Meski menorehkan prestasi dan merasakan titel juara di Real Madrid, Enrique lebih dihargai dan sukses di Barcelona.

Pria asal Spanyol tersebut mengawali kariernya bersama Sporting Gijon. Setelah memperkuat Sporting Gijon B, Luis Enrique dipercaya membela tim senior pada awal musim 1989-1990.

Advertisement

Namun, performa Enrique baru mencuri perhatian pada musim 1990-1991. Pada musim tersebut, Enrique yang berposisi sebagai gelandang dan penyerang berhasil mencetak 17 gol dari 44 pertandingan di seluruh ajang.

Gemilang bersama klub berjulukan Rojiblancos tersebut, Luis Enrique dilirik Real Madrid. Manajemen Madrid tak perlu mengucurkan dana besar untuk mendapatkan Enrique. Mahar 250 ribu pesetas (1,5 juta euro) sudah cukup memboyong sang pemain ke Santiago Bernabeu pada musim panas 1991.

Luis Enrique yang ketika bergabung masih berusia 21 tahun mampu menjadi sosok penting dalam skema permainan El Real. Piawai dalam membobol gawang lawan membuat dia berhasil mencetak 18 gol dan satu assist dari 213 pertandingan di seluruh ajang bersama Madrid.

Satu dari 18 gol tersebut bersarang ke gawang Barcelona pada laga pekan ke-16 La Liga 1994-1995 di Santiago Bernabeu, 7 Januari 1995. Berawal tendangan Ivan Zamorano yang membentur mistar gawang, bola liar langsung disambar Luis Enrique dengan sepakan kaki kanan.

Si kulit bundar meluncur deras masuk ke gawang Los Cules yang dikawal Carles Busquets. Enrique langsung berlari ke arah suporter Los Blancos sambil merentangkan jersey putih yang dipakainya.

Berkat kontribusi Luis Enrique pada musim tersebut, Real Madrid berhasil menjuarai La Liga 1994-1995. Selain trofi liga, Enrique juga membantu Madrid merengkuh trofi Copa del Rey 1992-1993 dan Piala Super Spanyol 1993.

 

Video

2 dari 3 halaman

Merasa Tak Dihargai

Luis Enrique menghabiskan lima musim bersama Real Madrid dari 1991 sampai 1996. Dia juga membawa Madrid meraih tiga titel juara. (dok. beIN Sport)

Dengan prestasi yang ditorehkan, Luis Enrique seharusnya menjadi idola dan sosok legenda di Real Madrid. Namun pada kenyataannya, Enrique tak dihargai oleh suporter ataupun manajemen Madrid. Dia seperti anak tiri yang tak diperhatikan. 

"Dia muak dengan jari yang selalu tertuju ke arahnya, dia merasa tidak dihargai. Dia berada di antara siulan dan kritikan, dia mengaku merasa sendirian," tulis satu di antara media Spanyol terkait karier Luis Enrique di Real Madrid seperti dilansir ESPN.

Puncaknya terjadi pada tahun terakhir kontraknya, yakni musim 1995-1996. Pelatih Real Madrid pada saat itu, Jorge Valdano, jarang memberikan pemain asal Spanyol tersebut kesempatan untuk tampil. Bahkan, dia tak diikutsertakan saat Madrid menghadapi Albacete pada pekan ke-10 La Liga Spanyol, 28 Oktober 1995.

Ketika Jorge Valdano dipecat pada 22 Januari 1996 menyusul hasil buruk yang didapat Real Madrid, Luis Enrique tetap terpinggirkan dari tim inti. Bahkan, pelatih pengganti Arsenio Iglesias beberapa kali tidak mengikutsertakan Enrique.

Kekesalan Luis Enrique semakin menjadi karena permintaan kenaikan gaji dan kontrak baru tak digubris manajemen Real Madrid. Gerah dengan situasi yang dialami, pria kelahiran Gijon memutuskan untuk hengkang angkat kaki dari Santiago Bernabeu pada musim panas 1996, setelah kontraknya berakhir.

"Saya tidak bermain dan saya tidak pernah bermain. Ini mengklarifikasi masa depan saya dan saya akan berbicara dengan agen saya. Kalau begini terus saya akan banyak beristirahat sehingga saya bisa bermain sampai umur 60 atau 70!" kata Enrique seperti dilansir Goal International.

Suatu hari pada 1996 di tempat parkir Bandara Barajas, sebelah timur kota Madrid, Luis Enrique menandatangani kontrak bersama Barcelona. Kendati klub lamanya, Sporting Gijon, juga tertarik, Enrique lebih memilih menerima tawaran dari rival abdi Real Madrid tersebut.

"Waktu saya di Madrid seperti pramusim, mempersiapkan saya untuk apa yang mungkin terjadi jika saya menandatangani kontrak bersama Barcelona," ujar Enrique.

3 dari 3 halaman

Kontradiksi Karier Luis Enrique di Barcelona

Bukan hanya bersama Real Madrid, Luis Enrique juga menorehkan prestasi bersama Barcelona. Selama delapan musim berseragam Barca, Luis Enrique merasakan tujuh titel juara. (AFP/CESAR RANGEL)

Pertama kali datang ke Camp Nou, kehadiran pria bernama lengkap Luis Enrique Martinez Garcia itu disambut skeptis oleh pendukung Barcelona. Meski begitu, dia perlahan mampu mencuri hati suporter Blaugrana.

Selama delapan musim berseragam Barca, Luis Enrique berhasil mencetak 109 gol dan 36 assist dari 301 pertandingan di seluruh ajang. Dia turut membawa Barcelona meraih tujuh titel juara, beberapa di antaranya adalah dua trofi La Liga dan dua gelar Copa del Rey.

Dari 109 gol tersebut, lima di antaranya bersarang ke gawang Real Madrid. Satu yang paling berkesan adalah ketika Barca bertandang ke Santiago Bernabeu pada pekan kesembilan La Liga 1997-1998, 1 November 1997.

Dalam laga tersebut, Luis Enrique tampil sejak menit awal. Dia berhasil membobol gawang Los Blancos pada menit ke-50. Bola hasil tendangan keras kaki kanan Enrique dari luar kotak penalti tak mampu dihalau kiper Madrid, Santiago Canizares.

Luis Enrique yang merasa tak dihargai ketika berseragam Real Madrid, langsung berlari ke arah pendukung tim tuan rumah. Dia pun melakukan selebrasi yang hampir sama ketika menjaringkan bola ke gawang Barcelona, empat tahun sebelumnya. El Barca menyudahi laga dengan skor 3-2.

"Selebrasi gol yang saya lakukan memperlihatkan dengan jelas seberapa besar keinginan saya mencetak gol di sini. Bukan hanya kami yang memimpin, tetapi saya mencetak gol di sini, di Bernabeu," tutur Enrique terkait selebrasi golnya ke gawang Madrid.

Bersama Los Cules, Enrique merasa sangat nyaman. Dia merasa seperti berada di keluarga, kontras ketika lima musim berseragam Real Madrid.

"Setiap kali saya melihat diri saya di poster atau di televisi, saya merasa saya terlihat aneh dengan jersey putih (Real Madrid). Saya mengenali diri saya dalam jersey putih. Saya merasa warna biru dan merah (Barcelona) lebih cocok untuk saya," ujar Enrique.

"Saya beruntung. Saya merasa betah di Barcelona, pada kenyataannya, itu telah menjadi rumah saya, tidak seperti di Madrid," ucap Luis Enrique.

Sumber: ESPN, Goal International, Transfermarkt