Bola.com, Jakarta - Dalam perjalanan Timnas Indonesia sejak 1938, sudah ada 40 pelatih yang dipercaya oleh PSSI untuk menangani Tim Garuda. Namun, ada satu nama yang cukup mudah diingat. Alfred Riedl, pelatih asal Austria, merupakan sosok arsitek tim yang mendapat tiga kali kesempatan untuk menangani Timnas Indonesia.
Alfred Riedl merupakan pelatih yang cukup lekat dengan Timnas Indonesia dalam satu dekade terakhir. Tidak ada gelar juara yang berhasil dipersembahkan Riedl bersama Timnas Indonesia. Torehan terbaiknya hanya dua kali menjadi runner-up di Piala AFF.
Terakhir kali Timnas Indonesia ditangani oleh Riedl adalah di Piala AFF 2016. Saat itu, tepatnya akhir Mei 2016 setelah Indonesia bebas dari skorsing FIFA, Riedl dikontrak oleh PSSI untuk menangani Tim Garuda di Piala AFF 2016. Dalam waktu satu pekan, pelatih asal Austria itu pun memutuskan untuk menerima kembali pinangan PSSI.
Nama Riedl begitu lekat dengan Timnas Indonesia. Dalam tiga edisi Piala AFF, yaitu 2010, 2014, dan 2016, Tim Garuda berada di bawah asuhannya. Timnas Indonesia pun dua kali mencapai final pada 2010 dan 2016. Sayang Tim Garuda kalah dari Malaysia pada 2010 dan Thailand pada 2016.
Tiga episode bersama Tim Merah-Putih di Piala AFF membuatnya merasa dekat dengan Indonesia. Pelatih kelahiran Wina, Austria, 2 November 1949 menyebut, melatih Indonesia adalah proyek tersulit yang dia rasakan sepanjang 26 tahun berkarier menjadi pelatih.
"Selama 18 tahun lalu saya melatih di Asia Tenggara, ada firasat yang berbeda ketika saya tiba di Indonesia. Bila Anda bertanya apakah saya ditakdirkan berada di Indonesia untuk waktu yang lama, mungkin iya dan sekarang sudah terjadi,” ucap Alfred Riedl, dalam sesi wawancara dengan Bola.com di Sleman, 21 Oktober 2016.
Bicara soal pertama kali Timnas Indonesia diasuh Alfred Riedl, yaitu pada 2010, sang pelatih mengaku penasaran sejak menangani Laos di SEA Games 2009. Saat itu, tim asuhannya menang 2-0 atas Indonesia di babak penyisihan grup. Laos melangkah ke semifinal. Namun, satu tahun berselang, Riedl resmi menangani Timnas Indonesia.
Menangani Tim Garuda adalah pengalaman baru bagi Riedl. Pelatih asal Austria itu menyebut Indonesia paling sulit dilatih karena pemain yang berasal dari berbagai daerah dengan kultur dan karakter berbeda.
"Di Indonesia saya merasa sulit membentuk tim nasional yang kuat. Negara ini besar dan banyak perbedaan di masyarakat. Saya mengalami kendala ketika memanggil pemain dari Papua. Mereka harus menempuh perjalanan mungkin bisa sampai satu hari berikutnya," imbuhnya.
Tiga periode menangani Timnas Indonesia, Alfred pun mulai memahami karakter pemain yang berasal dari Jawa, Sulawesi, Sumatera, dan Papua. Tak hanya itu, mantan arsitek Vietnam dan Laos itu juga sangat paham dengan perbedaan agama di kalangan pemain, ofisial, hingga suporter.
“Salah satu yang membuat saya bersyukur adalah bisa mengenal masyakarat negara ini lewat Timnas Indonesia yang punya latar belakang berbeda, dari agama maupun ras. Ini membuat saya merasa sudah mengenal semua orang di dunia,” tutur Alfred Riedl.
Video
Pengalaman Pahit setelah 2010 dan Tanpa Tekanan pada 2016
Bicara soal kiprah Alfred Riedl pada Piala AFF 2010, semua orang pasti setuju jika Timnas Indonesia tampil mengilap di bawah asuhannya saat itu. Berbekal tim yang selalu dipimpin oleh Firman Utina sebagai wakil kapten, di mana kapten Bambang Pamungkas kerap menjadi pelapis, Riedl membawa Tim Garuda tampil trengginas sejak fase grup.
Tak hanya Firman Utina dan Bambang Pamungkas, skuad Indonesia saat itu cukup mumpuni. Markus Horison di bawah mistar gawang, lalu ada Nasuha di lini belakang, Ahmad Bustomi dan Firman Utina di tengah, serta Cristian Gonzales dan Irfan Bachdim yang menjadi senjata di lini serang.
Tim Garuda melaju hingga ke final. Namun, kekalahan dari Malaysia dalam dua leg pertandingan di partai puncak memang menjadi sebuah kenangan buruk, yang kemudian dibumbui cerita adanya dugaan 'suap' yang diterima beberapa pemain Timnas Indonesia.
Namun, di balik semua kekecewaan tersebut, Alfred Riedl bisa dibilang mampu membentuk sebuah tim yang sangat bagus dan mampu bersaing. Kedisiplinan yang diterapkannya kepada para pemain Tim Garuda memang membentuk karakter permainan tim ini begitu baik.
Alfred Riedl kemudian dipecat secara sepihak pada 2011, di mana saat itu polemik sedang terjadi di dalam tubuh PSSI. Pergantian struktur kepengurusan pusat PSSI juga berimbas kepada nasib Riedl. Pelatih asal Belanda, Wim Rijsbergen, datang sebagai penggantinya.
Riedl baru kembali ke Indonesia pada 2013, saat kisruh dualisme kepengurusan PSSI sudah mulai mengarah kepada perbaikan. Pelatih asal Austria itu mempersiapkan Tim Garuda untuk tampil di Piala AFF 2014. Sayang, kiprah Timnas Indonesia saat itu tidak cukup bagus dan tersingkir di fase grup.
Riedl kemudian harus memutus kerja sama dengan Timnas Indonesia karena FIFA memberikan skorsing kepada PSSI yang berdampak terhadap kiprah Timnas Indonesia yang tidak boleh tampil di level internasional.
Riedl kembali pada Mei 2016, di mana FIFA mencabut skorsing untuk Indonesia. Dalam waktu hanya beberapa bulan, Riedl harus membangun tim yang diproyeksikan menuju Piala AFF 2016. Pemusatan latihan digeber mulai saat itu dan dilakukan di beberapa tempat, seperti Solo dan Karawaci.
Meski hanya punya persiapan yang mepet, Alfred Riedl merasa tanpa tekanan. Walau hanya diberikan dua pemain dari setiap klub, Riedl tak mau ambil pusing dan hanya fokus dengan pemain yang dimilikinya.
“Saya tidak merasa tertekan dengan situasi ini. Anda melihat dalam setiap sesi latihan dan pertandingan, para pemain berusaha keras. Mereka yang tadinya kurang disiplin, kini belajar disiplin. Saya punya keyakinan mereka akan tampil bagus di Piala AFF 2016 dan satu hal lagi, apabila mereka gagal, mereka tetap memiliki masa depan yang cerah,” kata Riedl saat itu.
Dalam mengawal pemain Indonesia ke Piala AFF 2016, Alfred tergolong sabar. Padahal, kondisi timnas saat ini tak menguntungkan buatnya. Mulai persiapan mepet, keterbatasan pemain, hingga kondisi pemain yang mayoritas tak memiliki fisik ideal.
Kesan mendalam Alfred terhadap skuat Garuda tak hanya dari sisi pemain, tapi juga ofisial dan suporter. Saat ditanya arti staf di mata dia, Alfred menjawab satu kata, keluarga. Bagi Alfred, para staf bekerja profesional dan mereka menjadi satu tim dengan saling memperhatikan satu sama lain.
"Sudah dua pertandingan saya merasakan euforia suporter luar biasa seperti pada lima tahun lalu. Timnas Indonesia memiliki banyak rumah di seluruh negara ini," ucap Alfred Riedl
Timnas Indonesia memulai Piala AFF 2016 dengan kurang baik. Boaz Solossa dkk. harus kalah 2-4 dari Thailand. Namun, hasil imbang 2-2 dengan tuan rumah Filipina, dan kemenangan 2-1 atas Singapura membuat Tim Garuda berhasil melangkah ke semifinal sebagai runner-up grup.
Setelah menyingkirkan Vietnam di semifinal, Timnas Indonesia pun berhasil melangkah ke laga puncak menghadapi Thailand. Keinginan untuk mengakhiri puasa gelar, di mana Indonesia belum sekalipun menjadi juara sepanjang sejarah Piala Tiger dan Piala AFF. Sayang, Tim Garuda kandas oleh Thailand dan lagi-lagi runner-up harus menjadi hasil terbaik dalam sejarah Indonesia di Piala AFF.
Begitu Dekat dengan Jurnalis
Alfred Riedl tidak hanya memiliki kenangan manis bersama para pemain Timnas Indonesia. Pelatih yang kini sudah berusia 70 tahun itu juga dikenal cukup baik dalam melayani jurnalis. Alfred mengakui, dia mudah menanamkan momen-momen unik dalam pekerjaannya, termasuk saat meladeni media.
Sebagai pelatih profesional, setiap saat dan di mana pun apabila para jurnalis ingin mewawancara, ia akan menerima. Prinsip itulah yang dia tularkan kepada para pemain tim nasional
Para pemain bahkan dianjurkan menerima sesi wawancara asal dilakukan pada jam-jam yang sudah ditentukan. Bila pada sesi pemusatan latihan, pemain diperbolehkan bertemu wartawan setelah makan malam.
“Semua yang bekerja di sepak bola, termasuk wartawan adalah profesional, maka kami juga harus profesional bekerja baik dengan media,” tegasnya pada 2016.
Peristiwa pemecatan Alfred Riedl pada 2011 menggugah sebagian besar jurnalis peliput sepak bola memberikan perhatian kepadanya dengan membuat sebuah forum diskusi di media sosial Facebook bertajuk “You Need Me”.
Kalimat itu merupakan ucapan khas Alfred Riedl saat selesai melatih dan puluhan wartawan sudah menantinya. Alfred masih mengingat kenangan itu. “Saat itu saya menerima banyak dukungan, termasuk dari wartawan dan mereka memberi kaus. Saya masih ingat,” katanya.
Alfred Riedl juga mudah mengingat satu per satu para jurnalis yang sering menemuinya baik dalam sesi wawancara bersama maupun face to face. “You again?” sambil geleng-geleng kepala, begitu biasanya Alfred menyapa sosok yang sering meminta waktu untuk wawancara.
Baca Juga
Duel Pelatih Persebaya Vs Persija di BRI Liga 1: Paul Munster Pengalaman, Carlos Pena Memesona
Adu Gemerlap Pemain Asing Persebaya Vs Persija di BRI Liga 1: Mewah! Panas di Tengah dan Depan
Sempat Diragukan, Lalu Bisa Kandaskan Arab Saudi: Yuk Bedah Taktik Timnas Indonesia, Kuncinya Perubahan Lini Depan