3 Bomber Asing yang Jadi Ikon Arema

oleh Iwan Setiawan diperbarui 11 Apr 2020, 08:00 WIB
Striker Ikonik Arema (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Malang - Berstatus sebagai pemain asing di Arema FC sebenarnya bukan hal yang mudah. Mereka dituntut selalu tampil apik di lapangan. Jika bermain buruk, sanjungan berubah seketika jadi kritikan.

Tidak banyak pemain asing yang bisa main dalam tekanan seperti ini. Terutama bagi yang berposisi striker. Buktinya, dalam lima tahun terakhir, tim berjulukan Singo Edan ini selalu gonta-ganti penyerang asing.

Advertisement

Tapi, jika melihat kebelakang, ada juga striker asing yang justru jadi ikon tim. Saat dia tampil di lapangan, Aremania seakan terbius dengan aksi-aksinya.

Meski kadang tidak mencetak gol, pemain itu tetap mendapat dukungan. Bahkan sampai saat ini, nama striker asing itu masih sering dibicarakan kehebatannya.

Bola.com merangkum ada tiga striker asing yang jadi ikon Singo Edan. Meski tidak meraih gelar top scorer, mereka dikenal garang dilapangan. Tiga nama ini juga punya kesamaan, yakni temperamental. Tapi, karakter itu justru disukai Aremania.

Berikut deretan striker ikonik Arema FC.

Video

2 dari 4 halaman

Francisco ‘Pacho’ Rodrigues Rubio

Rodriguez “Pacho” Rubio berduel dengan pemain Persikota, Simamo A Basille di Liga Indonesia musim 2001. (vamosarema)

Karier Francisco ‘Pacho’ Rodrigues Rubiodi di Arema tegolong pendek, yakni hanya setengah musim pada Liga Indonesia 2000. Tapi, waktu yang singkat itu sudah cukup bagi striker asal Chile ini untuk jadi ikon Arema yang digilai Aremania.

Dia datang pada putaran kedua. Waktu itu, Liga Indonesia masih terbagi dalam dua wilayah. Dia mencetak 7 gol. Puncaknya, ketika delapan besar. Dia menambah 3 gol dan membuat total 10 gol yang disarangkannya musim itu. Sayang, Arema gugur di delapan besar.

Namun, Pacho jadi striker asing pertama yang bisa jadi idola dan ikon Arema secepat itu. Jika melihat karakter bermainnya, dia sebenarnya punya skill bagus. Tapi sisi lainnya, emosinya meledak-ledak saat dikasari lawan.

Sebenarnya Arema ingin mempertahankan Pacho. Tapi, komisi disiplin PSSI menjatuhinya sanksi larangan main di Indonesia. Itu karena kasus pemukulan yang dilakukannya kepada pemain asing Persikota Tangerang, Simamo Basille yang terjadi justru diluar lapangan.

Pacho emosi karena sebelumnya dia mengalami cedera karena tebasan Basille. Pacho pun absen pada laga terakhir delapan besar. Tapi disana dia berulah dengan memukul bek yang dianggap sengaja mencederainya.

3 dari 4 halaman

Franco Hita

Franco Hita (We Are Aremania)

Wajah garang dan postur tinggi besar membuatnya sangat ideal jadi seorang striker. Franco Hita berlabuh ke Arema dari Persita Tangerang pada musim 2003. Total, dia main dua musim untuk Singo Edan dan mencetak 22 gol.

Tidak terlalu banyak memang jumlah golnya. Namun, dia tetap dikenang sebagai ikon Singo Edan. Puncaknya, saat Hita ikut membantu Arema meraih juara Copa Indonesia 2005 dan mencetak satu gol pada partai final.

Hita makin melekat dengan Arema setelah membuat tato singa lengannya. Setiap melakukan selebrasi, dia membuka lengan baju dan pamer tato maskot Arema tersebut.

Dengan mematri tinta di bagian tubuh, Hita dianggap sangat mencintai Arema. Pemain asal Argentina ini juga kerasan tinggal di Malang. Setelah hengkang dari Arema, dia main di tim sekota, Persema Malang pada 2006-2007.

Hita memang bukan sosok yang meledak-ledak seperti Pacho. Bisa dibilang, dia lebih berteknik dan mengandalkan posturnya untuk berduel bola udara. Sayang, ada sebuah persoalan yang tidak diungkap kenapa dia hengkang dari Arema musim 2006.

4 dari 4 halaman

Noh Alam Shah

Noh Alam Shah saat memperkuat Arema. (Bola.com/Iwan Setiawan)

Striker yang satu ini cukup fenomenal. Noh Alam Shah datang ke Arema setelah dikenai sanksi larangan bermain satu tahun dari federasi sepak bola Singapura. Waktu itu, dia menyerang bek naturalisasi Daniel Bennett dalam sebuah pertandingan liga. Padahal, kedua pemain ini sama-sama anggota Timnas Singapura.

Terlepas dari sanksi tersebut, pemain yang akrab disapa Along ini langsung membawa Arema juara ISL 2010. 

Tapi dia sempat memperlihatkan sisi temperamentalnya. Tepatnya saat dia memburu bek Persela Lamongan, FX Yanuar. Waktu itu, Along tertangkap kamera sempat memegang kemaluan Yanuar dalam sebuah momen.

Aksi itu berujung sikutan yang melayang kepada Along. Setelah di kartu merah, striker yang mengenakan nomor 12 di Arema itu memburu Yanuar hingga di lorong kamar ganti.

Tapi jika sikap emosinya tidak keluar, dia merupakan striker menakutkan. Posturnya memang tidak tinggi, tapi Along berada di posisi yang tepat untuk melakukan penyelesaian akhir. Nyalinya juga tak ciut ketika berhadapan dengan bek asing yang lebih besar.

Along juga ditunjuk sebagai wakil kapten tim mendampingi Pierre Njanka.

Karakter itu yang membuat Aremania kerap bersorak. Selama dua musim di Arema, Along mencetak 33 gol. Dualisme kompetisi dan Arema membuatnya hengkang ke Persib Bandung musim 2013.  

Berita Terkait