Bola.com, Jakarta - Valentino Rossi berhasil menorehkan prestasi gemilang bersama Yamaha. Meski begitu, Rossi beberapa kali melontarkan keluhan dan kritikan kepada tim pabrikan asal Jepang tersebut.
The Doctor pertama kali bergabung dengan Yamaha pada 2004. Selama tujuh tahun membela Yamaha, Valentino Rossi sukses meraih empat gelar juara dunia MotoGP, yakni pada 2004, 2005, 2008, dan 2009.
Setelah mengukir prestasi gemilang di Yamaha, pembalap asal Italia itu memutuskan hengkang ke Ducati pada 2011. Sayangnya, karier Valentino Rossi bersama Ducati mengalami penurunan.
Dua musim membela tim asal Italia tersebut, Rossi hanya mampu menempati peringkat ketujuh dan keenam di klasemen akhir pembalap. Gagal bersama Ducati, The Doctor memilih kembali ke pelukan Yamaha pada 2013.
Rossi berharap bisa mengulang kesuksesan seperti pada periode pertama membela tim yang memiliki logo tiga garpu tala tersebut. Namun pada kenyataannya, pembalap berusia 41 tahun tersebut kesulitan merengkuh titel juara.
Dia tak mampu menghentikan dominasi pembalap Repsol Honda, Marc Marquez, yang berhasil meraih enam titel juara dunia MotoGP, yakni pada 2013, 2014, 2016, 2017, 2018, dan 2019. Adapun Valentino Rossi hanya mampu finis di posisi runner-up klasemen pembalap, dari 2013 sampai 2015.
Kesulitan bersaing dengan Marc Marquez atau pun pembalap dari timnya lainnya, membuat Rossi frustrasi. Dia pun beberapa kali melontarkan kritikan kepada Yamaha.
Bahkan, The Doctor tak jarang menyebut pengembangan motor Yamaha YZR-M1 tidak berjalan dengan baik. Berikut ini adalah beberapa kritikan dan keluhan yang dilontarkan Valentino Rossi kepada Yamaha.
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:
Motor Yamaha Tak Istimewa
Valentino Rossi pernah menyebut motor Yamaha tak istimewa. Keluhan itu diucapkan setelah menyudahi sesi latihan bebas pertama dan kedua MotoGP Jerman di Sirkuit Sachsenring, pada 17 Juli 2016.
Rossi dan rekan setimnya saat itu, Jorge Lorenzo, hanya menempati posisi ke-14 dan 16 pada latihan bebas kedua.
"Sayangnya pada akhirnya kami mencoba sesuatu di motor yang tak saya sukai. Kami mencoba ban baru, tetapi saya tak mampu membuat catatan waktu yang bagus karena terjebak traffic. Jika tidak, saya bisa melaju sedikit lebih cepat. Tetapi, memang potensi kami sama sekali tak istimewa," kata Rossi, seperti dilansir Autosport.
"Kami harus berusaha lebih cepat dan lebih kompetitif agak bisa bersaing," sambung Rossi.
Pengembangan Motor Kurang Maksimal
Kritikan dilontarkan Valentino Rossi setelah dirinya dan Jorge Lorenzo gagal bersaing secara kompetitif dengan Marc Marquez. Menurut Rossi, kegagalan Yamaha mengembangkan motor YZR-M1 yang kompetitif pada paruh kedua MotoGP 2016 menjadi penyebab mereka gagal bersaing dengan Honda.
Kondisi ini berbeda dengan yang terjadi pada musim 2014 dan 2015. Saat itu, Yamaha mampu menunjukkan perkembangan positif pada paruh kedua musim.
Imbasnya, motor YZR-M1 tampil tangguh dan kompetitif hingga akhir musim, berbeda dengan yang terjadi pada paruh kedua MotoGP 2016.
"Menurut saya, kami memulai (MotoGP musim 2016) dengan sangat baik, tetapi pada paruh kedua musim ini, Honda berkembang pesat dan mampu mengatasi problem yang mereka alami pada awal musim. Yamaha juga bekerja, tetapo komponen baru yang diberikan kepada kami tidak bekerja baik. Kami tak pernah melangkah (maju)," kata Rossi seperti dilansir Motorsport, pada 17 Oktober 2016.
"Pada tahun lalu dan pada masa lalu, sepanjang musim, biasanya Yamaha terus bekerja dan motor terus berkembang. Tahun ini, komponen datang, kami menjalani tes, tetapi nyatanya, kami tetap berada di sana (di level yang sama). Jadi saya pikir itulah kunci (Yamaha tampil tak meyakinkan) pada paruh kedua," ujar Rossi.
Lemah pada Akhir Balapan
Valentino Rossi menyebut Yamaha harus memperbaiki kecepatan pada akhir-akhir balapan. Hal itu diungkapkannya seusai balapan MotoGP Australia (23 Oktober 2016) di Sirkuit Phillip Island, setelah Rossi hanya finis kedua di belakang pebalap LCR Honda, Cal Crutchlow.
Rossi meyebut kecepatan pada akhir-akhir balapan harus menjadi perhatian supaya Yamaha mampu bersaing dengan dengan Honda. Pada balapan tersebut, Crutchlow menang dengan selisih empat detik atas Rossi, yang finis kedua setelah start dari posisi ke-15.
"Pada paruh kedua balapan, Crutchlow, benar-benar menjauh dari saya. Dia cepat, tak ada yang bisa saya lakukan. Saya mendapat beberapa kesulitan pada paruh kedua balapan. Saya rasa, selain berusaha mengembangkan mesin yang lebih kuat, kami harus fokus pada hal itu (kecepatan pada akhir balapan)," kata Rossi, pada 25 Oktober 2016, seperti dilansir Motorsport.
"Hal itu terjadi beberapa kali, di Misano, Silverstone, Aragon. Masalahnya adalah Honda terlihat lebih cepat pada bagian balapan ini. Kami harus berusaha memperbaiki motor, kami sangat cepat tapi kemudian (kecepatan) berkurang, terutama dibandingkan dengan Honda," imbuh dia.
Mulai Tertinggal dari Suzuki
Seusai MotoGP Australia di Sirkuit Phillip Island, Valentino Rossi bukan hanya merasa motor Yamaha kalah dari Honda. Dia bahkan merasa motor Yamaha sudah mulai tertinggal dari Suzuki, yang notabene bukan pesaing serius mereka pada musim ini.
"Saya merasa saat ini kami bahkan sudah tertinggal jauh dari Suzuki. Beberapa kali saya sempat melihat (Maverick) Vinales begitu cepat dan sulit bagi saya untuk mengejarnya. Saya beruntung bisa memulai balapan dengan lebih baik daripada Vinales di Phillip Island, sehingga saya bisa finis kedua," kata pebalap berusia 37 tahun tersebut, seperti dilansir Motorsport, pada 27 Oktober 2016.
"Yamaha harus segera mencari solusi untuk masalah ini. Banyak yang harus diperbaiki selain mendapatkan mesin yang lebih kuat, karena saya mengalami banyak kesulitan lain bersama motor musim ini," kata Rossi.
Yamaha Lemah Saat Kondisi Kering-Basah
Sebelum balapan MotoGP Malaysia, Valentino Rossi kembali mengkritik Yamaha. Dia menyebut motor Yamaha masih bermasalah saat balapan pada kondisi yang kering bercampur basah.
Hal itu diungkapkan Rossi seusai sesi latihan bebas kedua MotoGP Malaysia, Jumat (28/10/2016), yang direcoki hujan, namun perlahan lintasan mengering. Gara-gara kondisi tersebut, Rossi akhirnya menyudahi sesi ini dengan berada di posisi ke-13.
"Pagi ini cukup kering, tapi sayangnya tak terlalu kering. Aspalnya sangat bagus, tapi butuh waktu cukup lama untuk kering. Di Malaysia hal ini jadi masalah, karena hujan turun hampir setiap hari," ujar Rossi, pada 28 Oktober 2016, seperti dilansir Crash.
"Pada sore hari kami menjajal trek basah. Pada saat trek sepenuhnya basah dan menggunakan ban basah, saya tak terlalu buruk. Tapi kami punya masalah pada kondisi yang mixed (basah dan sebagian telah mengering)," sambung Valentino Rossi.
Tak Pernah Dengar Masukan
Valentino Rossi melontarkan kritik pedas buat Yamaha setelah hanya finis ketiga pada MotoGP Prancis, di Sirkuit Le Mans, 20 Mei 2018. The Doctor menuding Yamaha tak pernah mendengarkan nasihat darinya.
Setelah menjalani lima seri pada MotoGP 2018, Rossi baru dua kali naik podium, masing-masing di Qatar dan Prancis. Hasil tersebut membuatnya sulit bersaing dengan Marc Marquez kukuh berada puncak klasemen pembalap. Kedua pembalap terpisah margin 39 poin.
"Bukan sebuah kecelakaan Yamaha tak menang setelah 2015. Saya telah memperingatkan Yamaha pada Februari jika kami mengalami kemunduran. Saya pembalap berpengalaman dan biasa mengalami hal-hal seperti ini, tapi reaksi mereka sangat lamban," kata Rossi, seperti dilansir Tuttomoriweb, 22 Mei 2018.
"Saya tak memahami mengapa mereka tak mendengarkan saya," sambung pembalap asal Italia tersebut.
Terlalu Fokus dengan Kesuksesan Fabio Quartararo
Valentino Rossi menyebut Yamaha terlalu fokus dengan pencapaian yang ditorehkan Quartararo di MotoGP 2019. Menurutnya, Yamaha harus terus memperbaiki performa motor YZR-M1, ketimbang terlena dengan pencapaian Fabio Quartararo.
Pembalap asal Prancis itu tampil gemilang pada musim pertamanya di MotoGP. Memperkuat tim satelit, Petronas Yamaha SRT, Quartararo berhasil finis di peringkat kelima klasemen akhir pembalap.
Berhasil berada di urutan kelima dengan nilai 192, Quartararo meraih predikat Rookie of the Year MotoGP 2019. Adapun Rossi menyelesaikan musim di peringkat ketujuh dengan 174 poin.
"Ini (2019) musim yang sulit, Yamaha dan tim kami telah membuat banyak kesalahan. Saya percaya Yamaha tak akan membuat kesalahan masa lampau dengan bersembunyi di balik hasil-hasil Quartararo," tutur Rossi pada 18 November 2019, seperti dilansir Tuttomotoriweb.
"Mereka tahu kami punya masalah dan ingin kembali berjuang untuk memperebutkan gelar. Namun, saya pikir bagus penampilan Fabio begitu kuat. Saya percaya potensi kami lebih besar dari ini," lanjut yang juga dijuluki VR46 tersebut.
Sumber: Berbagai sumber
Baca Juga
2 Keajaiban yang Bisa Menahan Jorge Martin Jadi Juara Dunia MotoGP 2024: Ducati Bakal Netral sampai Akhir?
3 Alasan Jorge Martin Bisa Kalahkan Pecco Bagnaia untuk Jadi Juara Dunia MotoGP Musim Ini: Marc Marquez Juga Mainkan Peran!
3 Catatan Menarik usai MotoGP Jepang 2024: Keterpurukan Honda dan Yamaha, Perpisahan Takaaki Nakagami