Bola.com, Malang - Hampir 33 tahun Arema berdiri, banyak sosok lokal dan asing yang pernah menjadi pelatih kepala. Namun, ada satu nama yang dianggap paling sukses, yaitu Suharno.
Nama yang satu ini juga memang menjadi sosok yang dicintai Aremania. Selain mempersembahkan banyak gelar untuk Arema, Suharno tutup usia ketika masih memakai seragam latihan Arema pada 2015 silam. Prosesi pemakamannya di Blitar pada Agustus 2015 lalu juga dihadiri ratusan Aremania.
Suharno melatih Arema dalam tiga periode, yakni 1996-1997, 2011-2012 dan 2014-2015. Tapi, dalam periode terakhir dia memberikan banyak gelar. Ada 7 trofi yang berhasil dimenangi. Seperti Piala Gubernur Jatim, dua kali Trofeo Persija, SCM Cup, Inter Island Cup, Bali Island Cup dan Sunrise of Java Cup.
“Pelatih kadang membawa rejekinya masing-masing. Almarhum punya hoki bagus di Arema,” kata General Manager Arema, Ruddy Widodo.
Saat itu, Suharno banyak dibantu asisten pelatih Joko Susilo untuk menyusun taktik dan strategi. Sedangkan materi pemain, dia mewarisi era los galaticos yang dibentuk pelatih sebelumnya, Rahmad Darmawan.
Artinya, secara teknis Arema sudah sangat mumpuni untuk jadi tim tangguh. Sementara di luar teknis, banyak hal yang dilakukan Suharno untuk membentuk kekompakan tim. Dia membuat suasana latihan menjadi sangat enjoy. Banyak canda tawa yang membuat pemain selalu menikmati sesi latihan.
“Pertama saya tahu Coach Once (sapaan Suharno) waktu beliau melatih di Gelora Dewata pada 1990-an. Saya masih jadi anak gawang. Kesannya, pelatih yang cukup ditakuti sekaligus disegani. Tapi, waktu dilatih di Arema, saya baru tahu beliau suka bercanda juga,” kata gelandang Arema musim 2013-2015, I Gede Sukadana.
Video
Pelatih Royal
Suharno tak hanya sosok pelatih yang bisa membuat latihan Arema terasa lebih enjoy. Dia juga sosok yang sangat perhatian kepada semua orang saat di luar lapangan.
Jika ada pemain potensial tapi jarang dapat kesempatan, biasanya Suharno mengajaknya bicara empat mata sekaligus makan siang setelah latihan.
Tak hanya dengan pemain, kepada suporter, awak media, hingga satpam perumahannya pun dia sangat perhatian. Ajakan makan bersama sering ditawarkannya.
Bahkan ada sebuah momen di mana dia sedang menjalankan puasa sunnah, tapi tetap mentraktir awak media untuk makan. Beberapa ofisial tim hingga penjaga stadion sering mendapatkan traktiran dari Suharno.
“Kadang main tebak-tebakan dulu. Setelah itu diberi uang yang sengaja diselipkan di bagian atas kaos kaki atau kantong jaket” kata seorang ofisial Arema. Bisa jadi sifat dermawannya itu yang membuatnya punya hoki.
Selama berkarir sebagai pelatih, Suharno juga tidak pernah menganggur. Setiap musim selalu ada saja klub yang menggunakan jasanya. Tercatat Suharno merintis karier sebagai asisten pelatih pada 1988 di Niac Mitra dan mengakhirinya di Arema pada musim 2015. Prestasi tertingginya pernah menjabat sebagai asisten pelatih di timnas Indonesia pada 2011 silam.
Baca Juga
3 Biang Kekalahan Timnas Indonesia saat Digasak Jepang di Kualifikasi Piala Dunia 2026: Buang-buang Peluang Awal Babak Pertama
4 Alasan yang Membuat Jepang Jadi Lawan Menakutkan bagi Timnas Indonesia: Produktif Bikin Gol dan Susah Dibobol
Perjalanan Berliku PSS Sleman ‘Asapi’ Dua Tim Jawa Tengah: Start Minus Tiga Poin, Kini Sukses Hindari Zona Degradasi