Bola.com, Makassar - Setelah berguru di Italia, alumni PSSI Primavera tidak sulit mencari klub di tanah air. PSM Makassar termasuk klub yang kerap memakai jasa mereka untuk mendongkrak penampilan tim sekaligus mengintip peluang meraih juara.
Dari puluhan pemain alumni PSSI Primavera, Juku Eja tercatat mengontrak enam pemain, meski secara tidak bersamaan. Keenam pemain yang direkrut PSM Makassar adalah Yeyen Tumena, Bima Sakti, Ilham Romadhona, Kurniawan Dwi Yulianto, Alexander Pulalo, dan Kurnia Sandy.
Yeyen menjadi rekrutan pertama PSM pada Liga Indonesia 1995-1996. Pemain kelahiran Padang ini berlabuh di PSM setelah kedua rekannya di posisi bek tengah, Aples Tecuari dan Eko Purjianto, ditarik Pelita Jaya, klub yang dimodali oleh Nirwan Bakrie. Seperti diketahui, Nirwan adalah sosok sentral pengiriman pemain PSSI Primavera ke Italia.
Meski sempat dipandang sebelah mata karena usianya yang belum genap 19 tahun, Yeyen mampu beradaptasi dengan cepat. Permainan keras dan cepat ala PSM justru melekat kental pada diri Yeyen.
Alhasil, pelatih PSM saat itu, M. Basri, menyerahkan ban kapten PSM kepadanya. Seperti diketahui, PSM berhasil menembus partai final sebelum dikalahkan Mastrans Bandung Raya dengan skor 0-2 di Stadion Gelora Bung Karno.
Gagal membawa Juku Eja juara, Yeyen tetap mendapat apresiasi dengan masuk skuat utama Timnas Indonesia di putaran final Piala Asia 1996 yang digelar di Uni Emirat Arab. Selain Yeyen, ikut juga gelandang jangkar PSM, Ansar Razak.
Dalam ajang tertinggi kawasan Asia inilah, Yeyen mendapat petaka yang memengaruhi perjalanan kariernya sebagai pemain. Ia mendapat cedera lutut setelah berbenturan dengan kapten tim tuan rumah Uni Emirat Arab, Adnan Al Tayani, pada laga penyisihan grup di Stadion Jeque Sayed, 10 Desember 1996.
Sepulang dari Piala Asia 1996, Yeyen harus istirahat panjang. Setelah pulih, kemampuannya menurun. Praktis, ia mulai jarang mendapat tempat. Apalagi pada musim 1997/1998, kompetisi terhenti karena krisis ekonomi dan politik melanda tanah air.
Saat Liga Indonesia 1999-2000, nama Yeyen tetap masuk skuat PSM yang kembali dikendalikan Nurdin Halid dan Kadir Halid. Namun, Yeyen kalah bersaing dengan stoper yang dimiliki PSM saat itu, yakni Ronny Ririn, Syamsuddin Batola, Joseph Lewono dan Alibaba.
Pada Liga Indonesia 1999-2000, Nurdin Halid yang dekat dengan Nirwan Bakrie mendatangkan Bima Sakti dan Kurniawan Dwi Yulianto dari Pelita Jaya. Hasilnya, PSM meraih trofi juara musim itu.
Setahun kemudian, PSM Makassar menembus empat besar Liga Champions Asia zona Timur dan melangkah ke final Liga Indonesia 2001. Dalam periode ini, alumni PSSI Primavera lainnya, Alexander Pulalo dan Ilham Romadhona ikut bergabung.
Video
Kontrak Berdurasi Singkat
Sebelum resmi dimiliki oleh Bosowa Gruo pada 2013, pengelolaan PSM Makassar dikendalikan oleh para pengusaha gila bola di Makassar. Sementara Pemkot Makassar menjadi pemilik sah layaknya klub eks Perserikatan lainnya. Selain Nurdin, manajemen PSM juga pernah dikelola Ande Latief dan Reza Ali.
Bisa jadi karena sistem kepengelolaan yang berganti membuat eks PSSI Primavera tidak lama bermain di PSM. Setelah partai final, Bima Sakti dan kawan-kawan sempat membawa PSM meraih trofi juara di Piala Ho Chi Minh City, Vietnam.
Dalam ajang ini, Bima didera cedera setelah ditekel secara brutal oleh dari pemain India, Bai chung Bhutia. Padahal status Bima saat itu adalah pemain pinjaman dari PSPS Pekanbaru.
Selain Bima, ikut pula Kurniawan yang meninggalkan PSM dan bergabung di PSPS Pekanbaru. Dukungan total dari Gubernur Riau saat itu, Saleh Djasit, membuat PSPS ibarat miniatur tim nasional.
Selain Bima dan Kurniawan, PSPS juga mendatangkan Eko Purdjianto, Aples Gideon Tecuari, Hendro Kartiko, Sugiyantoro, Edu Juanda, dan Amir Yusuf Pohan.
Satelah era Nurdin Halid selesai, PSM sempat memakai jasa Kurnia Sandy, kiper utama PSSI Primavera di Italia dalam Liga Indonesia 2002. Namun, kiprah Sandy di PSM hanya satu musim. Saat itu, PSM yang dikendalikan duet bersaudara, Reza Ali dan Diza Ali, berhasil menembus semifinal sebelum dihentikan Persita Tangerang.
Baca Juga
4 Alasan yang Membuat Jepang Jadi Lawan Menakutkan bagi Timnas Indonesia: Produktif Bikin Gol dan Susah Dibobol
Perjalanan Berliku PSS Sleman ‘Asapi’ Dua Tim Jawa Tengah: Start Minus Tiga Poin, Kini Sukses Hindari Zona Degradasi
Deretan Wonderkid Timnas Indonesia yang Bisa Mencakar Jepang di Kualifikasi Piala Dunia 2026: Muda tapi Berbahaya!