3 Striker Berlabel Timnas Indonesia yang Moncer Bersama PSM di Liga Indonesia

oleh Abdi Satria diperbarui 13 Apr 2020, 16:30 WIB
Striker timnas berkostum PSM Makassar: Ferdinand Sinaga dan Kurniawan Dwi Yulianto. (Bola.com/Dody Iryawan)

Bola.com, Makassar - PSM Makassar tak banyak melahirkan striker berlevel tim nasional Indonesia. Sejak berdiri pada 2 November hanya Andi Ramang dan Surul Lengu yang berkostum merah putih di level internasional.

Itulah mengapa di era Liga Indonesia, Juku Eja lebih bertumpu pada striker luar Makassar. Baik berstatus pemain asing atau timnas Indonesia. Khusus level timnas Indonesia, sederet striker pernah membela Juku Eja. Mereka adalah Yusuf Ekodono (1995-1996), Izaac Fatary (1996-1998), Kurniawan Dwi Yulianto (1999-2001), Miro Balde Bento (1999-2002) dan Rochi Putiray (2002).

Advertisement

Di era Liga 1, PSM Makassar tetap mempertahankan tradisi itu dengan merekrut Ferdinand Sinaga, eks pemain terbaik ISL 2014 dan top scorer Asian Games 2014. Ferdinand yang direkrut pada 2016 sampai saat ini masih menjadi andalan lini depan Juku Eja.

Selama memperkuat PSM, mereka menunjukkan kelasnya sebagai striker timnas. Yusuf Ekodono misalnya. Stiker yang membawa timnas Indonesia meraih emas SEA Games 1991 itu jadi duet ideal buat Jacksen Tiago di lini depan Juku Eja pada Liga Indonesia 1995-1996.

Hanya semusim di PSM, Yusuf membawa PSM menembus final sebelum dihentikan Mastrans Bandung Raya di Stadion Gelora Bung Karno. Begitu pun dengan Izaac Fatary. Striker timnas berbagai kategori usia ini datang ke PSM menggantikan peran Yusuf jelang musim 1996-1997. Pencapaian terbaik Izaac bersama PSM di Liga Indonesia adalah menempati urutan teratas wilayah timur musim 1997-1998.

Saat itu, Izaac sudah mencetak 14 gol buat PSM. Sayang kompetisi terhenti karena krisis ekonomi dan politik yang melanda Indonesia saat itu. Di level internasional, Izaac menjadi top scorer bersama Luciano pada Bangabandhu 1996 di Bangladesh. Kala itu, PSM menjadi runner-up turnamen.

Pada musim 1999-1996 adalah pencapaian terbaik striker timnas kala berbaju PSM Makassar. Sepanjang musim, Juku Eja bertumpu pada duet Kurniawan Dwi Yulianto-Miro Balde Bento. Hasilnya, PSM meraih trofi perdana Liga Indonesia setelah mengalahkan PKT Bontang 3-2 di final yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

2 dari 5 halaman

Tiga Pemain Pantas Dikedepankan

Selepas duet ini, manajemen yang dikendalikan dua bersaudara Reza Ali dan Diza Ali memakai jasa Rochi Putiray pada Liga Indonesia 2002. Sebelum datang ke Makassar, Rochi yang membawa timnas juara SEA Games 1991 bermain di Liga Hongkong bersama Instant Dict.

Di klub itu, Rochi menjadi top skorer dengan mengemas 20 gol dalam 15 laga. Hanya semusim di PSM, Rochi membawa Juku Eja lolos ke semifinal Liga Indonesia 2002. Setelah itu, ia kembali ke Hongkong bergabung dengan Kitchee SC.

Selama 2 musim disana, ia sukses menjadi andalan dengan 41 gol dari 20 laga. Setelah Rochi, PSM lebih memilih striker asing. Sederet nama-nama populer bergantian memperkuat PSM, diantaranya, Cristian Gonzales (Uruguay/kini naturalisasi), Oscar Aravena, Julio Lopez, Cristian Carrasco (Cile), Musa Kallon (Sierra Leone), Aldo Baretto dan Osvaldo Moreno (Paraguay).

Berdasarkan pencapaian gelar di PSM ada tiga nama striker lokal yang pantas dikedepankan. Mereka adalah Kurniawan Dwi Yulianto, Miro Balde Bento dan Ferdinand Sinaga. Berikut profil singkat mereka yang diolah Bola.com dari berbagai sumber.

 

3 dari 5 halaman

1. Kurniawan Dwi Yulianto

Kurniawan Dwi Yulianto. (Bola.com/Abdi Satria)

Kurniawan Dwi YuliantoKurniawan termasuk striker terbaik Indonesia. Ia sempat menjadi pencetak gol terbanyak di Timnas Indonesia dengan 31 gol sebelum diputus oleh Bambang Pamungkas (34 gol).

Di PSM, alumnus PSSI Primavera ini meraih trofi juara Liga Indonesia 1995-1996. Koleksi golnya pada musim itu adalah 23 atau terpaut satu gol dengan Bambang Pamungkas yang menjadi top scorer. Bersama PSM, Kurniawan juga tampil di Liga Champions Asia.

Di ajang tertinggi Asia ini, PSM menembus empat besar zona Asia Timur musim 2001. Kini Kurniawan berstatus pelatih kepala di Sabah FA yang berkompetisi di Liga Super Malaysia 2020.

 

4 dari 5 halaman

2. Miro Balde Bento

Miro Baldo Bento (kanan) pernah menjadi andalan PSM Makassar. (Bola.com/Abdi Satria)

Bento adalah tandem yang pas buat Kurniawan. Sebelum ke PSM, Bento bersatus pemain timnas Indonesia di Piala AFF 1998. Skil individu di atas rata-rata melekat kental pada striker berdarah Timor Leste ini. Kelebihan inilah yang membuat Bento lebih berperan sebagai pelayan Kurniawan di PSM.

Alhasil, sepanjang musim 1999-2000, ia hanya mencetak 10 gol buat PSM. PSM adalah klub terbaik buat Bento dalam pencapaian prestasi. Selain trofi juara Liga Indonesia 1999-2000, ia juga membawa Juku Eja menembus final pada musim berikutnya.

Di level internasional, Bento bersama PSM menembus empat besar Zona Asia Timur Liga Champions Asia 2001 serta trofi juara Ho Chi Minh Cup Vietnam 2002. Selepas dari PSM pada 2002, ia sempat bermain pada sejumlah klub di Indonesia. Tapi, pencapaiannya tak sebaik di PSM. Bento terakhir memperkuat klub kampung halamannya, FC Porto Taibesi pada 2016.

Setelah pensiun sebagai pemain, Bento berkarier jadi pelatih. Ia pernah menjadi asisten pelatih tim nasional Timor Leste di Piala AFF 2018.

 

5 dari 5 halaman

3. Ferdinand Sinaga

Striker PSM Makassar, Ferdinand Sinaga, saat melawan Kaya FC-Iloilo pada laga penyisihan Grup H Piala AFC di Stadion Madya, Jakarta, Selasa (10/3/2020). Kedua tim bermain imbang 1-1. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Ferdinand datang ke PSM dengan modal mentereng yakni pemain terbaik Liga Super Indonesia (LSI) 2014 dan top scorer Timnas Indonesia pada Asian Games 2014. Sempat memperkuat Sriwijaya pada Liga QNB 2015 yang terhenti karena sanksi FIFA ke PSSI, Ferdinand berlabuh ke PSM pada 2016.

Karakter khasnya yang militan di lapangan hijau membuat Ferdinand menjelma jadi idola suporter di PSM. Di era Liga 1, pencapaian Ferdinand di PSM terbilang baik.

Di musim perdana, PSM bertengger di peringkat tiga, setahun kemudian naik menjadi peringkat dua pada 2018. Pada Liga 1 2019, PSM memang berada di peringkat 12.

Tapi, pada musim itu, PSM meraih trofi juara Piala Indonesia dan menembus semifinal Piala AFC zona Asean. Secara personal, Ferdinand selalu menjadi pencetak gol terbanyak di PSM pada setiap musim.

Pada musim ini, Ferdinand sejatinya sudah mengawali kiprahnya dengan baik. Di Piala AFC 2020, ia sudah mengoleksi enam gol sedang di Liga 1, satu gol. Perolehan ini terbilang bagus karena Ferdinand lebih banyak bermain sebagai penyerang sayap dan tidak selalu menjadi starter. Sayang kompetisi terhenti sementara karena wabah Covid-19.